Perkenalkan, Jung Anggi gadis cantik kelahiran Jakarta, 27 Oktober 2002 anak dari bapak Suho dan ibu Irene. Sebentar lagi statusnya akan berubah menjadi Kim Anggi, bagaimana bisa? mari ku ceritakan.
—
—
—
Cuaca pagi ini mendukung, namun mood Anggi yang tidak mendukung. pasalnya sang ayah tiba-tiba memberitahunya bahwa ia akan di jodohkan oleh seorang CEO anak kenalannya. Jelas saja Anggi menolak, ia baru berumur 17tahun sudah disuruh menikah? oh God pekerjaan rumah saja hampir tak pernah ia kerjakan, mengurus dirinya saja dia tidak becus, lalu apa ini? menikah mengurus anak dan suami? Anggi merasa ia ingin mati saja.
Namun apalah daya, Ayah tetaplah ayah yang akan terus memaksanya meskipun Anggi menolak dengan seribu alasan andalannya. Mama? mana bisa ia meminta bantuan mama. Bang Jaehyun? abangnya itu tidak akan pernah mau berurusan dengan ayahnya, meskipun dia sangat menyayangi adiknya.
“Yah please, ujian Nasional aja belom lho yah. masa udah mau di nikahin ajasi?” tolak Anggi.
“Seminggu lagi kamu akan ujian, setelah itu kalian akan ayah nikahkan.” ucapnya final.
“Ayah, emangnya calon Anggi bakalan nerima Anggi apa adanya? Anggi cuci baju, cuci piring aja ga pernah lah ini suruh ngurus suami.” ucap Anggi tak paham.
Sang mama mendekat lalu mengusap pelan rambut putrinya. “Anggi kamu harus belajar nak, mau kapanpun kamu menikah, kamu akan di bebankan tugas yang sama.” ucap sang ibu lembut.
“Tapi mah..” ucapnya hendak menyela.
“Betul kata mamahmu.” ucap ayah menambahkan.
“Kalian memang ingin Anggi pergi ya?” ucapnya tak percaya lalu memilih keluar untuk berangkat sekolah.
Cukup sudah sang ayah mengacaukan moodnya pagi ini. Niatnya ia ingin menyatakan perasaannya sekali lagi kepada Kim Minkyu anak IPA di sekolahnya. Anggi sangat menyukainya, bahkan sudah 2 Tahun terakhir ini Anggi menyukai pria tersebut. Tetapi Minkyu tak kunjung membalas perasaannya, namun berbeda dengan wanita yang lainnya jika di tolak mereka akan mundur dan tak akan muncul di hadapan pria tersebut. Tetapi Anggi akan terus mengejarnya sampai dapat.
Di tengah jalan mobilnya mendadak mogok. “Ah shit!” umpatnya lalu keluar dari mobil. Anggi membuka kap penutup mobil, asap keluar dari kap mobilnya setelah ia buka. Sambil terbatuk-batuk Anggi segera menutup kembali kap mobil tersebut. Sudah 2 kesialan yang dialami dirinya. Ia berniat menelpon Somi temannya, namun urung, sepertinya macet dan sudah siang Somi tidak mungkin mau menjemputnya.
Tintin
Klakson mobil mengagetkan lamunan singkat dan sumpah serapah yang di ucapkan gadis tersebut. “Bisa minggir tidak?” triak sang empu dari dalam mobil.
“Haish!” dengan sedikit kesal ia pun minggir dan mempersilahkan sang pengemudi untuk berjalan.
Mobil putih tersebut berhenti di persimpangan. Keluarlah seorang laki-laki berjas rapi menuju ke arahnya. “Kenapa mobil mu?” tanyanya saat sudah sampai di hadapan Anggi.
Anggi sempat mematung dibuatnya. Terlalu dekat jarak yang di ciptakan oleh pemuda di depannya ini. “Emm...anu itu mogok om.” ucapnya terbata-bata.
Pria tersebut mengangguk. “Bareng saya saja, kebetulan kita searah.” Tawarnya.
“Kamu mau ke SMAN 127 kan?” tanyanya.
Anggi mengganguk bingung mau menjawab dengan apa. “Ya sudah ayo bareng.” ucapnya lalu berjalan menuju mobilnya.