2. Terbayang Dia

19 4 0
                                    

Bayangan wajah Kak Joey tidak mau pergi dari pikiran Meribeth. Membuat gadis itu jadi senyum-senyum sendiri. Untungnya tidak sampai merusak konsentrasinya mengerjakan berbagai kesibukan di kampus. Hanya saja, tingkah Meribeth kali ini membuat sahabatnya, Silvana geram.

"Aduh... Betsy!!" Silvana mulai menggerutu. "Come on! Kegilaan lo hari ini bikin gue senewen tahu, gak?"

Meribeth semakin senyam-senyum tidak jelas. "Abis gimana dong, Van? Tuh cowok ganteng abis. Semua cowok yang pernah jadi gebetan gue... LEWAATT...!"

"Termasuk Endru?" Silvana mulai menyindir. Maksudnya Andrew Hidayat. Cowok tajir melintir yang memang sih--menurut Meribeth, ia cowok paling tampan di kampus ini. Wajah oriental khas bintang Korea, Oh Em Ji!

Dengan mantap, kali ini Meribeth bisa berkata, "Lewaaatt!!"

Silvana mengerutkan keningnya. "Jadi penasaran gue ama si Kak Joey itu."

Namun Meribeth malah jadi merengut dan mengerucutkan bibirnya. "Entah kapan bisa ketemu lagi ama dia."

"Eh, kenapa lo gak modus aja pengen jengukin si korban kecelakaan itu? Kalo beruntung sih, lo bakal ketemu ama dia. Ya, gak?" Otak Silvana emang tokcer kalo urusan kayak beginian.

"Iya ya. Kalo gitu, gue siap-siap dulu." Meribeth langsung pergi meninggalkan kampus. Rencananya sih, mau pulang dulu, trus mandi, dan memakai pakaian yang pas untuk pick up the moment.


Sesampainya di rumah, Meribeth disambut oleh sang nenek. "Udah pulang kamu, Beth?"

"Iya, Eyang," sahut Meribeth yang lantas memeluk neneknya dari belakang. Ia tidak bisa menyembunyikan suasana hatinya sedang bahagia.

"Ini cucu cantik Eyang kenapa, toh?" Irawati bertanya-tanya sekaligus menggoda cucu sematawayangnya.

Meribeth tidak menjawab, malah hanya tersenyum-senyum.

"Profit Beth shop lagi naik banyak, ya?" tanya Irawati, penasaran.

"Lebih dari itu, Eyang," bisik Meribeth, masih dengan wajah yang sumringah ala orang kasmaran.

"Ujian hari ini sukses, kan?" Irawati masih bertanya.

Meribeth semakin memeluk sang nenek. "Sukses beraaat.."

Irawati tidak mau lagi menebak-nebak apa yang membuat cucu sematawayangnya ini bahagia. Sebagai orang terdekat pun, sang nenek tahu menghargai privasi cucunya. "Ya udah, cepet mandi, ganti baju, trus makan siang. Abis itu bobo siang ya, Cantik."

Meribeth menganggukkan kepala. "Iya. Tapi ntar sore, Beth mau pergi, Eyang."

"Mau ke mana?" tanya Irawati, sekadar ingin tahu.

"Mau jenguk temen sakit," jawab Meribeth. "Dia abis kecelakaan gitu, Eyang. Bagusnya ntar dibawain apa, ya?"

"Buah aja," saran Irawati. "Biar temanmu cepet sembuh."

"Oke, deh." Meribeth pun mengerti. "Kalo gitu, Beth ke kamar dulu, ya." Ia mencium pipi sang nenek.


Masuk kamar, Meribeth mencoba menghubungi Sari lewat WhatsApp. 

Dibalas, "Aku sudah di rumah, Kak. Datang aja. Ini alamat aku.."

Ternyata rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah Meribeth. Hanya berbeda kompleks. Perumahan tempat Sari tinggal lebih elit. Dengan semangat, Meribeth berkata pada dirinya sendiri di depan cermin, "Ya udah, ntar sore cuss ke sana."

***

Nama lengkap pemuda itu adalah Joyo Hadikusumo Peterson. Ia adalah putra tunggal pemilik sebuah hotel bintang lima, yaitu Hotel Vanessia. Ia juga menangani beberapa hal di hotel tersebut. Namanya juga wakil direktur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mama, Aku Cinta DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang