Sicheng menggebrak mesin fotocopy yang berada di hadapannya. Membuat pandangan semua karyawan tertuju padanya, sedetik kemudian sicheng merasa malu akan perbuatannya hingga ia menundukkan kepalanya.
"Ada apa sicheng?" Tanya pria yang bernama Nakamoto Yuta yang berstatus sebagai bos di kantor tersebut. Ia menghampiri sicheng dengan mengernyitkan alisnya.
"Mesinnya rusak pak." adu sicheng sembari memajukan bibirnya. Ia kesal ketika mesin tersebut tak bekerja dengan benar seperti biasanya.
Yuta hanya memutar bola matanya malas ketika mendengar keluhan karyawannya yang masih terbilang baru. Bukan hanya sekali sicheng hampir merusak barang barang yang ada di kantornya, dua hari yang lalu pria manis itu hampir menendang pintu ruangan rapat hanya karena pintu tersebut tidak mau terbuka, padahal—ia hanya perlu membuka pintu itu dengan menggesernya bukan mendorongnya.
"Tapi kau tidak perlu memukulnya bukan?" Ucap yuta dengan sedikit menaikkan suaranya.
"Aku tak sengaja memukulnya pak. Itu reflek dari kekesalanku." balas sicheng membela diri. Ia tak merasa bersalah sama sekali, yang salah adalah mesinnya yang kenapa tiba tiba rusak.
Yuta mendengus kasar. Selama sicheng bekerja ditempatnya, pria manis itu selalu melakukan pembelaan ketika ia melakukan kesalahan. Dan kesalahan tersebut timbul karena emosinya yang tak dapat di kontrol.
"Lebih baik kau ikut aku ke ruangan." yuta tak memperdulikan pembelaan sicheng, ia menyuruh pria manis itu agar mengikutinya menuju ruangannya. Tangan yuta memberi isyarat kepada karyawan lainnya agar kembali mengerjakan pekerjaan mereka.
Otomatis sicheng terkejut. Ia menaruh lembaran kertas yang dibawanya diatas mesin fotocopy, dengan langkah pelan sicheng mengikuti bosnya memasuki ruangan sembari memainkan jarinya.
"Kau melakukan banyak kesalahan beberapa hari terakhir." ucap yuta seraya mendudukkan dirinya di kursi putar miliknya. Ia menumpu dagunya dengan tangan kanannya sembari menatap sicheng.
Jantung sicheng berdebar kencang. Apakah ini hari terakhirnya bekerja?
"Maafkan aku pak. Aku tau aku salah, tapi bisakah kau memberi satu kesempatan lagi? Tolong... Jangan pecat aku pak." sicheng menyatukan kedua tangannya; memohon pada bosnya sembari menunjukkan raut memelasnya.
Yuta mengernyitkan alisnya ketika melihat sicheng memohon sembari memelas kepadanya. Namun sedetik kemudian ia terkekeh, ah! Karyawannya ini sepertinya salah paham.
"Kau tidak akan dipecat. Aku akan memberimu pekerjaan yang layak—ah tidak! Lebih tepatnya aku akan memberimu sebuah tantangan." ucap yuta disertai senyuman yang penuh arti.
"Tantangan apa pak?" Tanya sicheng sembari mengernyitkan alisnya.
"Tantangan yang akan melatih kesabaranmu. Kalau kau berhasil mengendalikan emosimu, kau boleh kembali bekerja di kantorku." jawab yuta tanpa melunturkan senyum di wajahnya. Ia sengaja memberikan tantangan ini, karena ia tak mau sicheng menghancurkan barangnya dengan alasan emosi.
Yuta berharap setelah melakukan tantangan ini, sicheng dapat mengendalikan emosinya.
---
Malam ini sicheng tengah berada didalam mobil milik bosnya. Ya, yuta akan membawanya menuju rumahnya. Entah untuk apa, sicheng sendiri juga tak tau, sebab bosnya itu tidak memberitau alasannya.
"Apa sekarang bapak akan memberitau alasannya?" Tanya sicheng seraya turun dari mobil milik yuta. Ia ternganga ketika melihat rumah bosnya yang begitu luas.
Yuta tak menjawab. Ia menutup pintu mobilnya lalu melangkah menuju rumahnya; meninggalkan sicheng yang kini menggerutu sembari berjalan dengan menghentakkan kedua kakinya berulang kali.
"Jawabannya ada didalam." ucap yuta seraya membuka pintu rumahnya, lalu mempersilahkan sicheng untuk masuk.
Sicheng mengernyitkan alisnya, namun tetap melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah milik bosnya itu. Sungguh pemandangan yang memuakkan matanya! Rumah bosnya terlihat berantakan dengan mainan yang berceceran di lantai.
"Tantanganmu adalah menjadi babysitter untuk anakku." yuta terkekeh ketika melihat perubahan di wajah sicheng.
Rasanya sicheng ingin berteriak keras saat ini. Tantangan ini akan membuatnya semakin emosi. Bagaimana tidak? Di dunia ini sicheng membenci dua hal; pertama ia benci kotor, kedua ia tidak menyukai anak kecil. Dan sekarang, dengan seenaknya yuta menyuruhnya menjadi babysitter.
"Aku tidak mau melakukan tantangan ini pak!" Tolak sicheng dengan berteriak tepat di wajah yuta.
"Aku akan memberimu gaji tambahan jika berhasil melakukannya." balas yuta sembari melipat kedua tangannya di dada. Akan ada dua keuntungan bagi yuta; pertama, anaknya akan menjadi sedikit penurut dengan adanya sicheng sebagai babysitternya. Kedua, barang barang di kantornya tak akan rusak jika sicheng berhasil mengendalikan emosinya.
Wajah sicheng sedikit melunak. Kekesalannya mereda setelah mendengar bosnya akan memberi gaji tambahan untuk tantangan yang akan ia lakukan.
"Baiklah, aku terima tantangannya." ucap sicheng dengan tersenyum.
Jika sudah berhubungan dengan uang, maka seberat apapun tantangannya sicheng tak akan menolak.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Letters Challenge •yuwin•
Hayran KurguMudah emosi, itulah sifat dari seorang Dong Sicheng. ia mendapatkan tantangan dari bosnya yang akan menguji kesabarannya. BXB CONTENT! Don't like? Then don't read it!