Mulai hari ini, sicheng tak lagi datang ke kantor. Pagi pagi sekali ia telah tiba di kediaman bosnya; tentu saja bekerja sebagai babysitter untuk sementara. Walaupun sicheng tau pekerjaan ini akan menguji kesabarannya, namun ia tetap melakukan tantangan yang diberikan bosnya—demi uang tentunya.
"Beritau namamu pada uncle sicheng nak.." Ucap yuta pada putranya yang berada dalam gendongannya. Usianya baru menginjak 4 tahun.
"Xiaojun.. Namaku xiaojun.." Bocah itu—xiaojun, dengan malu malu memperkenalkan dirinya pada sicheng.
Hal itu membuat sicheng tak dapat menahan senyumannya. Anak bosnya ini sangat manis, jauh sekali dari pikirannya sebelum bertemu dengan bocah ini; bagaimana nakalnya bocah tersebut ketika ditinggal bersamanya.
Setelah putranya memperkenalkan dirinya pada babysitternya, yuta menurunkan xiaojun dari gendongannya. Ia merogoh kantong celananya, mengeluarkan lipatan kertas lalu memberikannya pada sicheng.
"Apa ini?" Tanya sicheng seraya menerima lipatan kertas tersebut. Ia membuka lipatannya, melihat sekilas tulisan yang terdapat pada kertas di tangannya.
"Jadwal kegiatan putraku." jawab yuta, lalu berjongkok dihadapan putranya.
"Ayah berangkat dulu. Baik baik bersama uncle sicheng, jangan terlalu nakal." ucap yuta seraya mengacak surai hitam milik putranya.
Xiaojun mengangguk patuh dengan senyuman lebar di wajah lucunya. Bersama sicheng, ia mengantarkan ayahnya ke luar rumah. Dari depan pintu ia melambaikan tangan kanannya pada sang ayah yang kini telah berada di dalam mobilnya.
Tangan kecilnya masih melambai ketika mobil ayahnya mulai meninggalkan rumahnya. Barulah ketika mobil ayahnya sudah tak terlihat, xiaojun menghentikkan lambaian tangannya.
"Nah, bocah tampan.. Karena ayahmu sudah berangkat, ayo kita masuk." ucap sicheng seraya mengajak xiaojun untuk masuk kembali ke dalam rumah.
Sicheng mengajak xiaojun ke ruang tengah sembari membaca kembali kertas yang diberikan oleh bosnya. Dalam hati ia mengerang kesal; terdapat banyak sekali kegiatan yang tertulis pada kertas tersebut.
"HOREE!"
Sicheng terkejut ketika mendengar seruan xiaojun. Ia menghentikkan kegiatan membacanya, dan mendongakkan kepalanya untuk melihat keadaan bocah tersebut. Mulutnya ternganga ketika melihat xiaojun yang mengelilingi ruangan sembari melempar mainannya ke berbagai arah.
Helaan nafas panjang keluar melalui mulut sicheng. Ia terlalu mudah untuk percaya dengan sikap manis yang bocah itu tunjukkan beberapa menit lalu. Tebakan sebelumnya ternyata benar—anak bosnya sangat nakal.
Mencoba untuk tidak mendengar suara xiaojun, mata sicheng kembali menuju kertas tersebut—untuk membaca daftar yang tertulis disana. Hal pertama yang harus ia lakukan adalah; mengajak xiaojun makan dan menemaninya hingga selesai.
"Aww!" Sicheng berteriak keras ketika merasakan bola karet yang mengenai wajahnya. Langsung saja ia menatap xiaojun tajam dengan kedua alisnya yang mengerut.
"BOCAH! Apa maumu?!" Bentak sicheng yang masih menatap tajam bocah 4 tahun tersebut. Demi tuhan, belum sehari ia berada di rumah bosnya, namun kesabarannya telah diuji.
"Main." jawab xiaojun disertai cengiran di wajahnya. Bocah itu sama sekali tidak takut saat sicheng membentaknya.
Sicheng memutar bola matanya malas. Tidak, ia tidak akan menemani xiaojun bermain. Mengasuhnya saja sudah membuatnya emosi, apalagi menemaninya bermain? Bisa-bisa sicheng terkena stroke.
Didekatinya xiaojun. Sicheng menyentuh pergelangan tangan bocah itu; hendak mengajaknya menuju dapur.
"Kau bisa bermain nanti.. Sekarang, waktunya makan." Ucap sicheng—berusaha melembutkan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Letters Challenge •yuwin•
FanfictionMudah emosi, itulah sifat dari seorang Dong Sicheng. ia mendapatkan tantangan dari bosnya yang akan menguji kesabarannya. BXB CONTENT! Don't like? Then don't read it!