Bertaut - Bagian 1

17 2 0
                                    

BAGIAN - 1

Pelajaran ekonomi baru saja selesai bertepatan dengan bunyi bel pertanda istirahat kedua dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pelajaran ekonomi baru saja selesai bertepatan dengan bunyi bel pertanda istirahat kedua dimulai. Medina meletakkan kepalanya di atas tumpukan tangan di meja. Pelajaran ekonomi di waktu siang hari sangat membuatnya malas. Terlebih tadi mereka sekelas berkutat dengan hitungan.

Medina tidak lapar, istirahat pertama tadi ia sudah makan nasi goreng di kantin, jadi ia tidak ada niatan ke kantin siang-siang begini. Lagi pula pasti kantin sangat ramai dan terasa sesak karena banyak siswa yang makan siang. Medina tidak tau harus melakukan apa. Kelasnya sepi, beberapa anak memakan bekal di pojok belakang.

Melangkahkan kaki keluar kelas, Medina memilih untuk santai sejenak di taman yang jarang didatangi murid-murid sekolah ini. Ada beberapa yang ke sana, namun tidak banyak karena tamannya berada di belakang sekolah, lumayan jauh dari lapangan. Menurut Medina itu tempat yang pas untuknya menghilangkan bosan. Ia akan menghidupkan musik dengan volume keras di sana.

Namun sepertinya keinginan Medina untuk menyendiri di taman belakang harus dihilangkan karena sesampainya di sana, ia melihat seorang murid laki-laki yang duduk sembari menaikkan sebelah kakinya. Medina mendekat, ia tidak tau siapa anak laki-laki itu, namun ia tidak mungkin balik ke kelas, kan? Toh tidak masalah juga kalau ia tidak sendiri di sana.

"Loh?!" Medina terkejut saat anak laki-laki itu memalingkan wajah untuk melihatnya. "LO NGAPAIN? ANJIR NGEROKOK?!" Medina berteriak yang cukup keras sehingga membuat anak laki-laki itu berdiri dan menutup mulut Medina dengan tangannya.

"Diem, jangan teriak!" Perintah anak itu sembari masih membekap mulut Medina. Medina memukul tangan yang ada di mulutnya. Tangan itu bau rokok. Medina tidak suka.

"Apaan sih, tangan lo bau rokok!" Protes Medina.

"Sstt," laki-laki itu mengarahkan telunjuk ke depan mulutnya, menyuruh Medina agar diam. "Diem, please. Nanti gue ketauan," katanya pelan.

Medina menatap tajam anak laki-laki itu. "Wah kacau! Ketos kita kacau!" serunya. "Aduh anjir, lo ketos kan? Lee Taeyong? Ketos ngerokok?!"

Anak laki-laki bernama Taeyong itu menatapnya datar dengan sebelah alis yang naik. "Kenapa? Ketos juga manusia."

"Wah kece jawaban lo," Medina mengambil tempat duduk di sebelah Taeyong. "Menurut lo kalo guru pada tau gimana?"

Perkataan Medina itu mengusik Taeyong. Ia benar-benar takut saat ini. Bisa-bisanya ada orang yang menyiduknya saat merokok? Mau ditaruh di mana reputasinya?

"Lo...mau nyebarin?" tanya Taeyong.

"Gue cuma nanya, tapi lo mikir begitu jadi gue tertarik."

"Jangan!" sahut Taeyong cepat. "Diem aja, ya? Gue gak tau nama lo siapa, tapi oke, gue ngakuin kalo gue salah karena ngerokok. Tapi bisa gak lo diem aja kalo lo tau?"

"Lo kata tutup mulut gampang? Gak ada bayaran?" balas Medina enteng.

"Lo mau apa?"

Medina tampak berpikir sejenak, lalu dia menggeleng. "Gak deh, gak usah. Gue gak bakalan bocor kalo seorang Taeyong ngerokok, santai aja, gak urusan gue juga."

"Janji?" tanya Taeyong serius.

Medina tertawa, "Lo ketakutan banget kayanya."

"Ck," Taeyong membuang mukanya. "Serius dulu, janji lo gak akan bilang siapa pun?"

"Iye elah, kan kata gue santai. Tapi kadang gue suka keceplosan, sih..." cicit Medina pelan di akhir kalimat.

"Ah," Taeyong mengacak rambutnya kasar. "Gimana bisa gue percaya sama lo? Lo gak meyakinkan sama sekali!"

"Yaudah, sih. Kalo gue keceplosan tandanya udah waktunya semua orang tau, hehe."

Taeyong menatap Medina tajam, lalu ia bangkit dari duduknya. Ia merapikan bajunya yang tadi dikeluarkan, dan memasang dasi.

"Lo, awas. Gue percaya sama lo!" Taeyong berucap demikian sembari menatap Medina tepat di kedua matanya, dan berlalu begitu saja.

# # # # #

Bertaut - TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang