🍁Protective🍁

1.1K 104 9
                                    

Protektif. Itulah satu kata yang menggambarkan sikap Julian saat ini. Semenjak mengetahui Jenny hamil, Julian melarang Jenny mengerjakan pekerjaan rumah. Ia juga lebih mengawasi Jenny daripada sebelumnya. Misalnya, melarang Jenny melakukan hal sepele sampai hal yang sangat sepele. Julian selalu mempermasalahkan apapun yang ingin dikerjakan Jenny hingga membuat Jenny jengah sendiri. 

"Julian, aku bisa sendiri." ujar Jenny pada suaminya yang tentu saja mendapatkan penolakan.

Julian menggeleng tegas dan menatap Jenny dengan tajam. "Kamu ga boleh kecapekan." 

"Tapi Ju-"

"Gak ada tapi tapian. Mending kamu minum susu hamil terus bobo aja." Perintah Julian pada Jenny, membuat Jenny mengerucutkan bibirnya. 

"Jen, denger, aku ga mau kamu kecapekan. Biar aku aja yang-" belum selesai Julian berbicara, Jenny sudah menyelanya.

"TAPI AKU GAK BAKALAN KECAPEKAN SAYANG, CUMA NYAPU DOANG IH." Jenny memekik yang membuat Julian terkejut. 

'Keras banget, kaget.'' batin Julian.

Julian menghela napas pelan, lalu mengusap pipi Jenny kala bulir bening mulai menuruni pipi wanita itu. "Jangan nangis ah, nanti jadi jelek." 

"Makanya, biarin aku nyapu dong ... Biar aku berguna dikit jadi istrimu." 

"Ya udah, boleh. Tapi nyapu aja oke?" 

Jenny mengangguk lucu dan tersenyum lebar. "Oke! Kamu istirahat gih, capek 'kan kemarin habis lembur di rumah sakit?" 

Julian mengelus puncak kepala Jenny, "ya udah aku istirahat dulu deh." 

Sedetik kemudian, Julian mendaratkan ciuman singkat di pelipis Jenny sebelum akhirnya berjalan menuju kamarnya. 

Jenny yang merasa senang setelah berhasil membujuk Julian untuk diperbolehkan menyapu pun, langsung melakukan tugasnya. Ia menyapu ruang tamu, dapur, ruang keluarga, dan juga teras. 

Sudah hampir satu jam Jenny membersihkan tiap ruangan. Keringat pun telah membasahi keningnya, namun wanita itu malah merasa belum letih. Entah efek hamil atau bagaimana, ia malah merasa lebih bertenaga ketimbang biasanya. 

"Aku masih semangat bersih-bersih nih. Kira-kira bersihin apa lagi ya?" gumam Jenny. 

"Ngepel aja kali ya? Kan itu gak berat. Pasti dibolehin." ujar Jenny. 

Ia beranjak mencari kain pel dan mulai mengepel setiap sudut ruangan yang tadi sudah disapu olehnya. Jenny berpikir bahwa menyapu dan mengepel itu sudah satu paket, jadi ia mengira Julian pasti tak akan memarahinya. 

'Lagipula, Julian juga sudah bekerja keras. Pasti ia lelah kalau harus mengepel semuanya.' Begitu batin Jenny. 

Beberapa saat setelah selesai mengepel, Jenny merasa mual. Ia bergegas ke wastafel. 

"Hoeeek. Hooekk." 

Setelah merasa lebih baik, ia mencuci mulutnya dengan air kran lalu berjalan menuju kulkas untuk mengambil bahan masakan untuk dimasak. 

"Ada wortel, jagung, tomat, seledri, juga daging. Apa aku buat sup saja ya untuk makan malam?" gumam Jenny. 

Ia mengambil semua bahan masakan tadi dan mulai mengiris tiap-tiap bahan tersebut dengan telaten. Namun saat hendak mengiris daging ayam, ia merasa perutnya seakan di aduk-aduk. Rasa mual mulai menjalar lagi di tubuhnya. Ia berlari menuju wastafel lagi dan tanpa sengaja menjatuhkan panci di dekatnya.

Prang!

"Hoeeek. Hoekkk." 

"Huh, gak ke-hooeeekkk." 

Grep 

Julian memijiti leher Jenny, mencoba membantu istrinya itu supaya merasa lebih baik. 

Currr

Air kran mengalir dan dengan cepat Jenny membersihkan bibirnya. Ia kemudian membalikkan badan, menatap suaminya. 

"Kok kamu dah bangun?" tanya Jenny. 

"Aku tadi denger suara panci jatuh, aku langsung aja ke dapur, takut kamu kenapa-kenapa," jawab Julian jujur, membuat Jenny tak kuasa menahan senyumnya. 

Jenny lantas memeluk Julian dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Julian. Aroma sabun menguar dari tubuh suaminya itu. 

'Oh, dia udah mandi.' Batin Jenny. 

Julian yang tiba-tiba saja dipeluk jadi bingung, namun ia segera balas memeluk Jenny. 

"Kamu mau masak Jen?" 

"Iya. Tapi aku mual pas cium aroma daging. Uh, gak enak." 

"Aku aja yang masak, gimana? Kamu pasti capek habis nyapu." 

"Em, gak usah deh. Biar aku aja yang masak gapapa." 

Julian melonggarkan pelukannya dan menatap manik Jenny. "Kamu tuh capek, Jen. Udah duduk aja, biar aku yang masak buat makan malam kita." 

Jujur saja, Jenny tak sanggup menatap mata indah milik Julian lama-lama. 

"Yaudah deh...." pasrah Jenny dan menatap ke arah lantai. 

Julian ikut menatap lantai, lalu memicingkan matanya. 

"Jen." panggil Julian. 

Jenny menatap Julian penuh tanya, "apa?" 

"Aku mau tanya. Jawab jujur oke?" 

Jenny menatap Julian bingung, "hem ... Emang nanya apa?" 












































"Kamu habis ngepel?" tanya Julian dengan sorot mata tajam nya.

'Mati aku.' Batin Jenny.

























TBC

A/N : 

Yash, maaf ya kalo pendek 😢

Next ga nih? 

Wkwkwk.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After Getting MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang