Sorry

5 2 0
                                    

HAPPY READING

Brug

"Sorry-sorry." Ucap Chika menunduk setelah tak sengaja menabrak seseorang yang ada didepannya.

"Kak Andra." Gumam Disti, namun nasih terdengar jelas ditelinga Chika,

Chika perlahan mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang ia tabrak, dan benar Andralah yang tak sengaja ia tabrak.

"Maaf kak." Ucap Chika lagi, namun tetap tak ada jawaban.

Wajah Andra pun datar hingga tak bisa ditebak apa yang ia pikirkan. Tanpa berbicara apapun Andra langsung pergi meninggalkan Chika dan Disti.

Sementara Chika dan Disti hanya melihat punggung Andra yang semakin menjauh.

"Chika, lo ceroboh banget sih. Untung dia gak marah." Ucap Disti lebai.

"Gue kan gak sengaja, lagian cuma nabrak ini, gak sampai lukakan?" Dalam hatinya, Chika masih merasa tak enak karna belum dimaafkan, walaupun ini kecelakan kecil, tapi tetap saja Chika harus mendapat penerimaan maaf itu.

"Kenapa?" Chika tersadar dari lamunannya saat Disti memanggilnya dan menepuk pundaknya.

Chika menggelengkan kepalanya, dan langsung pergi ke kelas, karna bel masuk sudah bunyi. Sementara Disti masih heran tentang apa yang Chika lamunkan barusan.

¤¤¤¤

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari lima menit lalu. Chika dan Disti sekarang berada di parkiran.

"Chik, lo serius gak mau bareng gue?" Tanya Disti memastikan.

"Iya, serius." Ucap Chika meyakinkan.

Disti hanya mengagguk lalu pergi memasuki mobil jemputannya.

Sementara Chika sedang menunggu seseorang. Chika melihat ke kanan, ke kiri, ke depan dan ke belakang, tapi tak ada tanda-tanda orang yang ia tunggu.

"Hm nungguin yah?" Tanya seseorang dari belakang Chika, Chika menengok kebelakang dan yah dia orang yang dari tadi Chika tunggu, Daffa.

Tadi saat bel sekolah bunyi Daffa mengirim pesan yang isinya mengajam Chika buat jalan bareng dan Chika setuju, makanya dia nolak tawaran Disti.

Chika sama Daffa, mereka kenalan pas MPLS, kira-kira mereka udah kenal selama setahun lebih. Dulu Daffa itu anggota osis makanya bisa kenalan sama Chika.

¤¤¤¤

Setelah cukup lama menaiki motor, Chika dan Daffa akhirnya sampai di tempat tujuan, yaitu kafe.

"K..kak, ko kesini?" Tanya Chika sedikit gugup.

"Iya, emang kenapa? Gak suka yah?" Tanya Daffa bingung.

"Bukan gitu kak, cuma.." Ucapan Chika terpotong.

"Udah, lo gak usah ngerasa gak enak atau apapun, mening sekarang kita masuk, tadi gue udah mesen makanan lewat telepon, jadi kita nanti tinggal tunggu aja gak usah mesen lagi." Jelas Dafffa dan langsung menggandeng tangan Chika untuk masuk.

Mereka duduk di kursi paling pojok. Chika melihat-lihat kesekelilingnya, tangan Chika tiba-tiba gemetar, tangan itu Chika kepal agar gemetarannya hilang, Chika menggit bibir bawahnya menahan rasa takut yang menyelimutinya sekarang, keringat dingin juga keluar dari tubuhnya saat Chika melihat sebuah pisau di setial tangan pengunjung kafe yang sedang makan. Chika berusaha untuk tak melihat itu dengan menunduk dan memejamkan matanya. Alhasil Chika mendapat teguran dari Daffa.

"Kenapa Chik?" Tanya Daffa yang sudah dari tadi memperhatikan Chika.

"Hah, e..enga ko, gak papa." Jawabnya gugup.

Setelah beberapa menit mereka duduk makannan merekapun akhirnya datang, Chika semakin ketakutan dan bemetar saat meliha ada pisau dipiringnya.

"AAAHHHH." Teriak Chika histeris.

Chika berhasil menjadi tontonan, tapi untungnya Chika masih bisa mengendalikan diri diringa, lalu ia berlari keluar kafe dengan diikuti oleh Daffa.

¤¤¤¤

Brug

Chika menabrak sesosok lelaki, lelaki itu menatap Chika dengan penuh teliti, melihat keadaan Chika yang tangannya gemetar, wajah yang ketakutan, dan mata yang membendung air mata, lelaki itu tau Chika tak sedang baik-baik saja.

Chika mulai mengeluarkan air matanya, ia sudak tak kuasa membendungnya lagi, Chika menutup kedua matanya dengan kedua tangannya dihadapan kelaki itu.

Lelaki itu masih memperhatikan Chika, dan sesaat kemudian lelaki itu melepaskan kedua tangan Chika yang menutupi matanya. Lelaki itu langsung memeluk Chika.

Entah apa yang Chika rasakan, tapi tubuhnya terasa sangat hangat dan ia mulai ,erasa tenang saat berada dipelukan lelaki itu, serasa ia merasa aman.

Sementara di sisi lain Daffa hanya memerhatikan adegan itu, tanpa bertindak apa-apa. Daffa kesal, karna bukan dia yang berada di posisi lelaki itu.

¤¤¤¤

Hari ini Chika sangat lesu untuk berangkat sekolah, ia masih kepikiran kejadian kemarin.

Chika berjalan di koridor sendirian, hingga sampai didepan kelasnya XI IPA 2.

Chika hari ini berangkat lebih pagi, karna takut telat seperti kemarin, tapi sekarang ia datang malah terlalu pagi, makannya kelasnya masih kosong.

¤¤¤¤

"Chika!"

Chika yang tengah asik duduk sambil main handphone pun langsung melihat asal suara.

"K...kak Daffa." Gumam Chika gugup.

Chika bingung harus apa, ia yakin kalou Daffa datang ke kelasnya ingin menanyakan masalah kemarin.

Daffa mulai mengambil langkah mendekati Chika.

"Chika lo ke..." perkataan Daffa langsung dipotong oleh Chika.

"Gue keluar dulu yah kak, soalnya Disti minta dijemput." Ucap Chika bohong.

Chika langsung pergi dengan tergesa-gesa meninggalkan Daffa yang betada di kelasnya.

Suasana sekolah mulai ramai, terutama saat Andra dan kedua sahabtnya datang, kini mereka sedang menuju kekelasnya, XII IPA 1.

Brug

Andra mengedipkan matanya berkali-kali dan menatap perempuan yang baru saja menabraknya. Andra menatap perempuan itu dengan sangat dingin.

"So...sorry, g...gue gak sengaja." Ucap Chika gugup.

"Lo pasti mau kenalan yah sama cogan, sampai modus pura-pura nabrak lagi." Tebak Rehan sok ganteng.

Chika mengerutkan keningnya heren, kenapa bisa seorang Andra berteman dengan orang-orang yang sifatnya justru bertentangan dengan sifat Andra sendiri.

"Ko diem, mau kenalan kan?" Tanya Rehan sotoy.

Chika tak menjawab pertanyaan Rehan, dia malah menatap Andra yang dari tadi menatapnya dingin, disadari atau tidak Chika dan Andra sedang saking menatap sekarang.

Defan yang dari tadi diam saja, ternyata diam-diam ia memperhatikan Andra dan Chika.

"Woi, buka muhrim." Teriaknya hingga membuat dua orang yang lang menatap tadi mengalihkan pandangangannya.

Andra melihat ke arah Dafit lalu pergi, tanpa berkata apa-apa, begitu juga Chika, ia juga pergi, tapi mereka pergi berlawanan arah.

Rehan yang nampak bingung, apa yang sedang ia lewatkan.

"Def, ada apa sih?" Tanyanya polos.

Defan hanya menggelengkan kepala dan mengikuti Andra yang sedang menuju kelas.


Like dan follow jika suka dan boleh komen kalou mau ngasih saran atau kritik.

Terimakasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAVABIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang