Mendewasakan Pada Akhirnya

23 0 0
                                    

Hai, sudah lama tak bertegur sapa sama tulisan absurd ku ini.

Bagaimana harimu selama pandemi, stres kah? Lelah kah? Bahagia kah? Aku harap kamu menjawab jawaban yang terakhir. Tapi, kalo engga juga gpp karena ngga semua hal harus dipaksa untuk tetap bahagia.

That's right, kamu dan kita belajar banyak akan hal itu kan.

Tidak menutup kemungkinan seseorang itu gagal untuk tidak memikirkan orang lain. As simple as untuk melihat orang lain bahagia. Banyak orang yang rela untuk mementingkan kebahagiaan orang lain dibanding kebahagiaan nya sendiri. Dan menurut saya itu kejam loh, serius kejam. Tak terkecuali untuk orang yang amat sangat dekat denganmu.

Banyak orang bilang, (ah kata orang mulu deh), ya iya wong kita juga hidup bersosialisasi sama orang, bukan sama hewan.

But, saya juga tidak akan menelan mentah-mentah anggapan orang lain itu ferguso.

Seorang teman pernah berkata, "kali ini aku lelah, lelah dengan pikiranku sendiri karena berbagai hal yang mau tidak mau harus diurus, kemudian aku mikir lagi, (ah shit, mikir mulu deh) aku takut lama-lama bisa stress dengan keadaaan diriku saat ini"

Wah, langsung tuh saya ngomong dalam hati saya. Tuhan bener-bener baik banget ya, saya dikasih kekuatan dengan cara dipertemukan bersama orang yang juga sedang mengalami hal serupa seperti saya. Secara tidak langsung, Tuhan bilang sama saya, kamu tidak sendirian.

Saya tipe orang yang selalu mengamati banyak hal di sekitar saya, bahkan sampai hal terjauh pun bisa saya pikirkan. Haha entahlah, tapi saya belajar banyak dari hal itu.

Sikap yang orang lain anggap sedikit childish, nyatanya poin itulah yang bakal menyelamatkan antara saya dengan diri saya, saya dengan kamu dan kita semua.

Sikap untuk sedikit lebih egois juga nantinya bakal ber impact baik ngga hanya bagi saya, tapi juga bagi kamu. Contoh sederhana yang saya rasa ini sering terjadi disekitar kita.

Sekarang, saya memposisikan sebagai seorang yang sedang mengerti dan sedikit paham bahwa teman saya sedang ada masalah dengan orang lain. Saya yakin, kamu bakal ambil keputusan untuk masuk dalam permasalahan temanmu dan ikut andil untuk membantu permasalahannya. Karena kamu temannya.

Ah, memang gelar teman baik pantas untuk kamu dan hal itu juga baik kok.

Tapi tapi tapi, ngga selamanya kita harus melakukan semua itu, at least saya rasa bukan dia (temanmu) sedang membutuhkan perhatian orang lain, tapi dia lebih membutuhkan perhatian dari dirinya sendiri. As simple as that points to achieve happiness. Bukan untuk kita tetapi untuk dirinya sendiri.

Dan, cara itu juga berlaku ketika kita sedang berada dalam posisinya.

Eits, bukan berarti kamu juga ngga peduli sama dia. Tidak perlu juga untuk bilang, sabar ya yang kuat ya.

Basi, dia ngga butuh itu. Yang dia butuh bahwa dia tahu kamu akan tetap berada dalam circle nya. Pun tidak selamanya dengan cara masuk kedalam urusan kehidupannya, saya rasa kita punya cara sendiri-sendiri untuk menyadarkan kepada teman kita bahwa saya akan tetap ada walaupun fisik saya tidak selalu ada disamping kamu.

Salam sayang. 

On my opinionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang