# # O1 ✰

133 18 2
                                    

Lee Jaehyun, atau yang biasa dipanggil Hyunjae, karena kebetulan teman sekelasnya ada juga yang bernama Jaehyun, supaya memudahkan mereka semua akhirnya munculah panggilan Hyunjae.

Hyunjae tidak terlalu terbuka tentang perasaannya. Dia jarang menuliskan hal-hal bucin untuk pujaan hatinya.

Tapi, entah kenapa sore itu Hyunjae menulis banyak surat untuk pujaan hatinya yang berusia setahun lebih muda, Lee Juyeon namanya. Bukan surat, lebih tepatnya kumpulan kata-kata random yang menjadi satu paragraf pujaan untuk Juyeon.

"Sudah! Sudah! Ok, sekarang waktunya berpikir bagaimana cara untuk mengirimkan semua bayi ini kepadanya"

Hyunjae menaruh pulpen yang dia pakai untuk menulis tadi, lalu merebahkan dirinya di atas kasur.

Apakah Hyunjae harus mengirimkan surat-surat itu melalui pos?

Oh tidak, alamatnya asalnya akan tertera jelas. Hyunjae pasti akan malu setengah mati jika Juyeon tau surat itu darinya.

Bagaimana kalau lewat perantara temannya?

Tidak! Big no! Temannya dan teman Juyeon akan tau rahasia Hyunjae yang menyukai Juyeon lalu nanti mulai mengejek Hyunjae.

Huuh, Hyunjae tidak mau diejek.

Tapi jika dipikir-pikir, apakah Hyunjae sudah siap jika Juyeon tau perasaanya pada si empu?

Asdghdjfkf, Hyunjae belum siap. Bagaimana jika dia ditolak? Bagaimana jika Juyeon jijik kepadanya? Bagaimana jika Juyeon malah langsung menjauhinya?

Tapi Hyunjae sayang bukannya kamu mau memberi surat itu pada Juyeon tanpa menyantumkan nama?^^

Ah tidak tau, terserah dia saja. Kembali.

Hyunjae menggelengkan kepalanya berulang-ulang. Dia tidak mau semua kejadian itu terjadi padanya. Hyunjae langsung mengurungkan niat untuk mengirim surat-surat itu ke Juyeon.

"Kaaak" pintu kamar milik Hyunjae diketuk berserta terdengar panggilan dari luar.

Hyunjae yakin yang mengetuk pintu kamarnya adalah Eric; saudara sepupunya. 

Dia dan Eric mempunyai age gap yang cukup jauh, Hyunjae jadi suka menganggap Eric anak. Di tambah tinggi Eric yang kurang lebih hanya sepundaknya

Tidak jarang saat berjalan berdua Hyunjae akan dikira seorang ayah dan Eric adalah anaknya.

"Masuk ric, ada apa?" Hyunjae bangkit dari posisi rebahannya tadi.

Eric yang habis membuka pintu mendekat. Tanganya memegang kertas origami warna-warni.

"Ajarin buat pesawat kertas dong kak, Eric mau soft hour-an sama Hyunjoon" kata Eric sambil menundukan kepalanya, malu.

Eric sudah berumur 17 tahun, tapi tidak tau cara membuat pesawat kertas sederhana, maka dari itu dia malu.

Hyunjae yang melihat Eric, hanya menggelengkan kepala gemas.

"Soft hour gimana? Memangnya Hyunjoon kenapa?"

"Kakak tau kan kalau kaki Hyunjoon sedang sakit? Nah, aku hanya ingin memberi Hyunjoon semangat"

"Dengan cara Eric?"

Eric mengangguk, "Dengan cara Eric, kalau cara biasa kurang seru, cara Eric lebih seru"

Hyunjae tersenyum gemas. "Ya sudah ayo sini kakak ajarin"

✰✰✰

Setelah menghabiskan waktu dua jam. Akhirnya Eric paham cara membuat pesawat kertas tersebut, dia langsung saja membuat sepuluh pesawat kertas untuk diterbangkan ke rumah Hyunjoon.

Ah, hampir lupa. Eric tinggal bersama Hyunjae di rumahnya. Eric dititipkan di sana karena mama dan papanya sibuk berkerja, mama Eric tidak mau anaknya menjadi anak nakal jika ditinggalkan sendirian di rumah.

Tapi tenang, mama papa Eric akan selalu menelpon Eric setiap akhir minggu, dan mengunjungi Eric setiap akhir bulan.

Sudah cukup membahas Eric, kita kembali membahas si Hyunjae.

Si Lee yang satu ini menatap pesawat kertas contoh yang dia buat untuk mengajari Eric tadi. Dia penasaran apakah pesawat kertas itu bisa terbang sesuai harapan atau tidak.

Segera dia bangkit, mengambil pesawat kertas tersebut, lalu melewati jendela besar yang memisahkan antara kamarnya dan balkon kecil di luar.

Saat hendak menerbangkan si pesawat kertas, Hyunjae malah menarik tanganya kembali. Tidak jadi menerbangkan si kertas.

Pasalnya kertas yang dia gunakan adalah kertas coretan surat untuk sang pujaan hati.

Iya benar, Eric sempat melihat isi kertas itu. Tapi dia tidak peduli, toh, sudah rahasia umum di keluarga mereka jika Hyunjae menyukai Juyeon.

"Terbangin jangan?"

Hyunjae masih menimang-nimang. Kemudian dia melirik ke arah jam.

"Masih jam 3, Juyeon pasti belum pulang"

Setau Hyunjae, Juyeon kembali ke rumah jam 3 lebih 15 menit. Entah apa yang Juyeon lakukan sebelum pulang.

"Dia tidak mungkin membaca ini" Hyunjae mengedikan bahu, setelah itu dia melempar pesawat kertas tadi keluar balkon.

Tidak seperti ekspetasi Hyunjae, pesawat itu malah oleng ke kanan lalu turun ke bawah dengan cepat.

"Yah gagal, tidak apa-apa, malah bagus, pesawat itu tidak sampai balkon kamar Juyeon"

Hyunjae mengedikkan bahu, dia berjalan masuk dan kembali merebahkan diri di kasur tanpa tau kemana sebenarnya si pesawat mendarat.

✰✰✰

Slow update!

☆ sorry for typo(s) .
chalullaby, 2O2O


      

paper planeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang