# # O2 ✰

82 21 3
                                    

Juyeon baru turun bersama Chanhee dari bis yang membawa mereka berdua pulang dari kampus kesayangan.

Juyeon pulang lebih cepat dari biasanya karena ibunya menyepam nomornya dengan banyak chat yang intinya menyuruh Juyeon pulang cepat.

Huuf, kalau begini sebaiknya dari dulu Juyeon mengiyakan ajakan temannya untuk hidup sendiri.

"Harusnya dari awal aku ikut mengontrak dengan Kevin atau Changmin, rasanya aneh, aku terdengar seperti anak mama jika menceritakan hal ini" gumam Juyeon pelan.

"Astaga Juyeon tidak apa-apa tinggal bersama kedua orang tuamu, aku malah ingin tinggal saja di rumah bersama orang tuaku, bukanya hidup sendirian seperti ini" timpal Chanhee.

Ah Juyeon lupa, Chanhee merupakan anak rantau dari kota sebelah.

"Tapi aneh Chanhee" rengek Juyeon.

Chanhee menggelengkan kepala. "Nope, tidak aneh Juy"

"Tapi, mana ada anak kuliahan sepertiku yang tinggal bersama orang tuanya?"

Chanhee sedikit berpikir sebelum menjawab pertanyaan Juyeon. Dia menjentikkan jarinya ketika sekilas nama muncul di otaknya.

"Lee Jaehyun! Kak Hyunjae! Bukannya dia tetanggamu?" tanya Chanhee memastikan.

Juyeon diam, berpikir sejenak.

"Oh Kak Jeje, iya, dia tetanggaku, memang kenapa?"

"Bukannya dia juga tinggal dengan orang tuanya? Dan sepupunya juga?"

Juyeon kembali terdiam. Benar juga, kenapa dia bisa lupa dengan tetangganya yang satu itu?

Haah, Juyeon merasa punya teman senasib sekarang.

"Juy, aku duluan" Chanhee menepuk pundak Juyeon sebelum masuk ke dalam kos-kosan tempat dia tinggal.

"Dah Chanhee sampai jumpa besok!"

"Daaah!"

✰✰✰

Setelah melaibaikan tangan ke arah Chanhee dan berjalan sejauh satu km, Juyeon mengambil earphone miliknya lalu menyumpalkan ke dua lubang telinga miliknya.

Lagu berjudul Clover milik boy group The Boyz terputar. Juyeon yang sering mendengar lagu itu berulang-ulang, mengumamkan lirik lagu tersebut.

Dia terlalu asik mengumam sampai tidak sadar bahwa dirinya sudah berdiri di halaman rumah.

"Sampai" kata Juyeon pelan, dia mencopot earphone dari kedua telinganya lalu memasukan kabel panjang itu ke saku celananya.

"Eeh?"

Saat ingin membuka pintu rumahnya sebuah pesawat kertas meluncur dihadapannya.

Dengan rasa keingin tahuan yang besar Juyeon mengambil kertas itu lalu mengintip ke arah datang kertas itu, dia kira dia akan menemukan siapa yang melempar kertas itu padanya.

Tentu saja, dia tidak menemukannya.

Juyeon masuk dengan membawa pesawat kertas itu tanpa curiga ke apa-apa maupun siapa-siapa.

✰✰✰

Sehabis makan dan mandi, juga membantu ibunya mencuci piring, Juyeon merebahkan dirinya ke kasur.

Kamarnya, tempat paling nyaman di seluruh jagat raya.

Juyeon menggulingkan badannya ke sana dan ke sini, dia sedikit bosan, tapi malas bangkit dari gerakan rebahannya.

Juyeon malas bangkit karena Juyeon sudah mendapatkan comfort zone-nya. Dia tidak mau berpindah lalu menghilangkannya.

Tapi maaf tuan Lee Juyeon, tadi anda bergerak-gerak menggelinding loh ^^

Ok kembali.

Juyeon menghela nafasnya panjang. Dia menghadapkan kepalanya ke arah dinding kamar. Lalu menghadapkanya ke arah nakas.

Matanya langsung tertuju pada pesawat kertas yang dia temukan tadi. Dengan satu tangan Juyeon meraih pesawat kertas tadi.

Dia memperhatikan bentuk pesawat kertas yang sudah terlihat tidak sempurna. Mungkin akibat tadi Juyeon tidak sengaja meremasnya karena terkejut melihat ibunya tiba-tiba berdiri di sampingnya.

Dengan jahil Juyeon membongkar bentuk pesawat sampai terlihat seperti kertas pada umumnya.

Matanya melebar ketika dia melihat namanya tercantum di kertas itu.

Adoring Lee Juyeon (4)

Tangan Juyeon sangat besar, lebih besar dari tanganku. Bahkan tangan Juyeon lebih besar dari kepalanya sendiri hahaha.

Tapi bisakah kamu membayangkan saat tangannya mengenggam tanganku erat?

Pasti akan terlihat lucu.

- ur présent

Juyeon menyatukan alisnya bingung. Kertas ini begitu membingungkan.

Tapi Juyeon tidak menyangkal jika sekarang hatinya terasa sangat bahagia. Entah kenapa. Mungkin karena tau dia mempunyai penggemar rahasia or something?

"Dari siapa ini?" tanya Juyeon pada dirinya sendiri sambil membolak-balikkan kertas tersebut.

Sedihnya Juyeon tidak menemukan clue apapun. Oh, kecuali tulisan ur présent dibagian bawah surat.

"Your present? Hadiahku? Hah? Tapi kenapa dia menulis e-nya begitu?"

Juyeon memutar otak, dia sangat bingung.

"Otakku tidak berkerja dengan baik di malam hari" gumam Juyeon sambil memegangi kepalanya.

Juyeon kembali membaca surat kecil itu. Dia tersenyum lebar.

"Surat ini bisa menjadi mood boosterku"

Juyeon bangkit, dia berjalan ke arah meja belajarnya sambil memainkan selotip yang dia ambil dari nakas.

"Sebaiknya di tempel menggunakan selotip kertas agar tidak rusak"

Setelah berhasil menempelkan kertas tersebut Juyeon tersenyum lebar lalu kembali merebahkan diri di kasur.

• ✰✰✰ •

☆ sorry for typo(s) .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

paper planeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang