empat

56 5 3
                                    

Wafna.

Knock Knock! (6)

Ahlul : p
Ahlul : yang gajawab pki

Aurora : apasi???
Aurora : pasti gak ada yg chat lo mkanya lari kesini kan lo

Zaza : halah pelampiasan aja kita-kita ni ternyata

Ridho : habis di tolak sama selebgram yg kemarin dia

Ahlul : ridho cepu anjg

Zaza : HAHAHA kapan pun Ahlul potek gue bakal selalu jadi orang yang pertama bahagia di atas dia.

Ahlul : sorry bray cogan mah ga potek😎

Wafna : IDIH JIJIK banget
Wafna : yang kayak gini ruqyahin aja

Aurora : modelan kayak dia mah abis di ruqyah setannya malah balik lagi

Ahlul : frik banget kalian ngatain cogan satu ini

Dhiandra : eh Lul mundur dikit

Ahlul : kenapa? ganteng gue kelewatan kan?

Dhiandra : Sarah mau lewat tuh

Zaza : ADOHH NGAKAK SEKEBON

Aurora : brb bawain sapu biar Ahlul nyapu jalan buat Sarah

Ahlul : BAWA BAWA SARAH

Gue tersenyum geli membaca pesan dari grup knock knock. Apa lagi ketika Ahlul kicep waktu disinggung-singgung soal Sarah, mantan pertamanya yang sekarang satu kelas dengan dia. Kami berlima tahu kalau Ahlul sama sekali tidak bisa melupakan Sarah.

Kadang, gue membaca grup itu untuk melepas kejenuhan belajar yang makin lama makin berat ini lewat celotehan yang di keluarkan satu sama lain. Apa lagi di waktu mau ujian-ujian gini.

Di hadapan gue terbentang banyak buku matematika dari LKS, buku cetak sampai buku latihan dan buku catatan yang letaknya sama sekali tidak beraturan. Habis, kepala gue pusing banget mikirin ulangan yang bakal diadakan dua hari lagi.

Gue melirik Zaza yang masih setia sama mejanya alias dia masih menikmati waktu istirahatnya dengan hanya mendengarkan lagu-lagu 5 Seconds of Summer, idolanya, sambil mencoba untuk tidur. Aneh banget, sih, ya Zaza anteng mulu walaupun ulangan akhir-akhir ini makin banyak.

Gue kemudian mengedarkan pandangan ke kelas. Hampir sebagian temen sekelas gue tetap stay di kelas buat bahas soal padahal sekarang lagi istirahat. Sebenarnya, bukan cuma keadaan kelas yang sama sekali gak ada fresh-fresh nya—karena mereka semua udah kayak zombie karena kebut materi—tapi masalah Dhiandra kemarin bikin gue makin mumet.

"Zaza! Wafna! Pada ngapain sih di kelas aja? Ngambis lo pada?" Dari jendela kelas gue, muncul Ahlul perkataannya langsung di sambut tatapan dingin temen-temen ambis gue. Haha, rasain lo. Cowok itu kemudian cengengesan lalu memaksa gue dan Zaza keluar.

Ahlul mencoba menjangkau Zaza dari tempatnya dan langsung menarik headset yang sedang dikenakan Zaza. "Heh conge."

"APAAN SIH ANJIR?"

Ahlul cuma cengengesan waktu Zaza melemparkan buku catatan ekonominya pada Ahlul. "Keluar yuk."

Gue menghela napas. Kayaknya, ada baiknya gue bercerita ke mereka.

🐾🐾

"Menurut gue, lo udah salah dengan pura-pura gak tau sejak awal, Wa." Ahlul membuka percakapan waktu kami bertiga iseng duduk di tangga menuju labor yang sering jadi lokasi kami kalau pengen bolos—selain musholla dan kantin, tentunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Knock Knock!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang