Babak Lama

8 2 0
                                    

Suara motor dinyalakan di pagi hari yang lumayan mendung. Membuat siapapun akan terganggu jika mendengarnya, tak terkecuali untuk gadis manis ini.

"Nga, bangun nak. Udah jam setengah 5". Ucap wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu Anga.

"5 menit lagi bu"

Anga menggeliat kan badannya yang terasa pegal akibat semalam pulang lumayan larut.

"Ayo dong bangun, habis itu langsung nyapu halaman depan nak"

"Enggak ah. Kan ada Bila, dia kan juga masih libur"

Dengan berat hati, Anga pun bangun dari tempat tidur.

"Bil, bangun terus nyapu halaman tuh"

Anga berjalan ke lemari baju untuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk memulai harinya.

"Ogah, orang masih ngantuk juga"

Bila menyahuti Anga yang berbeda kamar dengannya.

"Dasar males"

-------------

"Duh, kenapa sih mendung nya ngga kemarin aja waktu libur. Kan nggak lucu kalo mau berangkat gini hujan"

Saat akan berangkat, Anga masih saja mendumel. Hingga dia lupa kalau bekal yang sudah dia persiapkan ketinggalan di rumah.

Dibutuhkan waktu 1 jam untuk Anga sampai di kantor karena di jalan tiba-tiba hujan turun dengan lumayan deras.

"Untung gue ngga telat. Bisa kena semprot kalo sampe telat."

Dengan secepat kilat Anga pun melepas jas hujan perpaduan warna hitam dan merah mudanya.

"Pak, ini di taro diatas motor ngga papa kan?" Anga bertanya ke satpam yang sedang bertugas di lantai basement kantornya.

"Jangan mbak, taro di dalem aja. Nanti takut kalo kebawa angin jas nya"

Jawab pak satpam sembari menyeruput kopinya.

"Ya udah deh, pak titip jas hujan saya ya. Oh iya pak bos udah dateng apa belum?"

Ia sedikit was was karena sekarang sudah hampir jam 9 dan Anya belum di ada di ruang kerjanya karena kantor Anga ada di lantai 5 sebuah gedung dimana pasti membutuhkan waktu yang lumayan untuk sampai ke ruangannya.

"Belum sih mba, tadi saya lihat masih di cafe depan. Nyari sarapan katanya"

Memang ada sebuah cafe di depan kantor nya yang lumayan untuk sekedar kongkow, tapi juga bukan pilihan yang buruk juga untuk mencari sarapan.

"Syukur deh kalo gitu. Ya udah, saya naik dulu ya pak."

------------

Tidak butuh waktu lama untuk Anga sampai ke depan lift untuk menuju ke lantai 5. Ada beberapa orang yang juga sedang menunggu lift tersebut. Tanpa Anga ketahui ada satu orang yang dari tadi memperhatikannya.

"Kok tumben penampilan nya rada acak acakan, emang ngga di anterin ya tadi"

Ardi teman satu kantor Anga yang ternyata sudah dibelakangnya dan diam diam memperhatikan penampilan Anga.

"Emang sejak kapan ada yang nganterin"

Anga tahu kalau Ardi sudah tahu bahwa dirinya masih sendiri (Jomblo).

"Ya siapa tahu kan dalam semalem bisa dapet cowok. Apalagi kan semalem meeting nya di cafe yang lumayan hits loh, pasti banyak cogan tuh disana"

Ardi hanya bisa tertawa. Dia sudah tahu kalau sebenarnya Anga adalah tipe wanita yang lumayan sulit untuk membuka hati.

"Ada jaminan ya kalo meeting nya di cafe hits, trus bakal langsung dapet cowok? Lo kira gue bocil yang kekurangan kasih sayang"

Lift sudah terbuka dan Anga langsung masuk ke dalam disusul Ardi di belakangnya.

"Aku nggak bilang gitu Nga, tapi coba deh kamu buka hati kamu gitu. Banyak lo sebenernya yang suka sama kamu. Tapi kamu nya cuek gitu sih"

Ardi lebih memberikan penekanan di setiap kata katanya.

"Di, gue bersikap cuek atau enggak, gue yakin kok kalo jodoh nggak akan kemana. Kalo dia emang jodoh gue, dia pasti akan menerima gue apa adanya. Karena emang gue dari sononya udah begini."

Ucapan yang sama, lagi dan lagi. Dan Ardi tidak bisa berkata apa apa lagi.

---------
"Di, gue duluan ya."

Ruangan Anga dan Ardi berbeda, karena memang mereka juga bekerja di divisi yang berbeda.

"Angaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, gila gue kira lo kenapa napa. Lo selamet kan pulang kemarin? Gue tuh udah panik sendiri tau, mana rumah lo jauh banget lagi dari kantor"

Fani, teman satu ruangan satu divisi dan satu satunya teman Anga yang tahu seluk beluk Anga. Karena memang mereka berdua sudah berteman sejak SMP.

"Apaan sih lo Fan, mulai deh lebay. Emang lo kira gue kenapa hah? Gue selamat dan sehat wal afiat ngga kurang satu apapun."

Anga langsung ke ruangannya yang bersebelahan dengan ruangan Fani, dan mulai mengerjakan pekerjaan yang dari kemarin belum ada tanda tanda akan berakhir.

"Gue gini tuh karena lo sahabat gue. Kan gue juga yang repot kalo lo kenapa napa"

Fani pun ikut duduk di kursinya, tanpa melepaskan tatapannya dari Anga.

"Oke oke, makasih sahabat ku tercinta. Gue baik baik aja, yang nggak baik itu laporan bulanan lo buat bos yang belum selesai selesai dari kemarin"

Dengan cekatan Anga mulai mengerjakan pekerjaan yang sudah menunggunya sejak kemarin.

"Ya gue tahu kalo itu. Udah selesai sih sebenernya, tapi kan gue nunggu lo buat meriksa" Fani mengeluarkan smirk andalannya.

"Dih, dosa apa gue di masa lalu sampe punya temen kaya lo"

Anga sudah paham, pasti Fani hanya mengerjakan laporan itu setengahnya. Dan setengahnya lagi Anga yang mengerjakan sekaligus memeriksanya.

"Heh, jarang jarang ya ada manusia kaya gue di dunia. Gini gini gue tuh orangnya loyal tau"

Memang harus Anga akui bahwa Fani lah yang banyak membantunya melewati masa sulit nya dulu. Masa yang tidak akan pernah Anga lupakan dan hampir membuat Anga kehilangan separuh dari dirinya.

"Bodo Fan, dari jaman dulu sampe sekarang itu kata kata maut lo kalo lo ada maunya"

"Tau aja lo, dah gue ke kamar mandi dulu. Bye. Eh file nya ada di data D, di data Fani syantik"

Fani pun meninggalkan Anga dan segala tugas laporan bulannya.

********

Happy reading guys
Mohon koreksi nya kalo ada salah

Maklum baru pertama kali

Hope you like it

xoxo







Kembali SemulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang