Part 18

456 39 13
                                    

Faul segera mendekati Lesti dan begitupun dengan Ryan. Mereka berdua mengkhawatirkan keadaan Lesti.

"Bisa berdiri?" tanya Faul. Ia menyodorkan lengannya untuk dipegang Lesti.

Ryan tak mau kalah tanpa bertanya dia langsung mengangkat tubuh Lesti.

"AWW . . ." Lesti kesakitan ketika mencoba membuat kakinya menumpu.

"Ga bisa dipaksakan ini dek. Naik ke punggung Aa!" tawar Ryan.

Faul terdiam di tempatnya. Ia sempat ragu apakah ini kesempatan Faul untuk membuat Lesti dan Ryan baikan? Faul segera sadar. Banyak tangis yang Lesti keluarkan karena Ryan, Jika Lesti harus menemukan pria lagi bukan Ryan orangnya. Jika Lesti menemukan pria yang tepat Faul akan senang hati melepaskan Lesti untuk kebahagiannya.

"Tunggu Ryan, kamu bukan siapa-siapa Lesti lagi. Biar aku yang menjaganya." Tolak Faul.

Faul lalu menurunkan ranselnya dan mengeluarkan sebuah syal atau lebih tepat seperti surban yang biasa dia pakai ketika solat. Faul melingkarkan surban itu ke lehernya. Dia lalu menawarkan punggungnya pada Lesti.

Dua punggung pria yang menunggu di pilih dirinya. Lesti tidak bingung sama sekali. Ia hanya merasa tidak enak karena merepotkan lagi. Lesti memilih punggung Faul dengan cepat. Tidak ada keraguan sama sekali dihatinya selain tidak enak merepotkan.

Faul bangkit dengan Lesti di punggungnya.

"Makasih udah khawatiran dedek ya, aku jalan duluan." Kata Faul sambil mulai menuruni tangga.

Ryan diam, hatinya berat. Ia kecewa.

"Ka Faul maaf ya?"

"Kenapa lagi?"

"Dedek udah hutang berapa sama Ka Faul?"

"Kamu pernah pinjam uang sama aku?"

"Bukan uang tapi jasa."

Faul tertawa, "Ngga ada hutang kok. Aku cuman nolongin aja."

"Ka Faul kenapa pake surban dulu sih?"

"Oh ini? Aku tadi lari jadi mungkin keringatan. Selain itu meminimalisir sentuhan."

"Maksudnya?"

"Kalo aku ngga pakai surban nanti tangan dedek bisa nyentuh secara sengaja atau tidak sengaja sama leher aku."

"Memangnya ga boleh."

Faul tertawa kecil, "Memang boleh?" Faul balik bertanya.

Lesti diam.

"Sungguh jika kepala seorang laki-laki ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik darinya daripada dia menyentuh perempuan yang tidak halal baginya' Hadits riwayat Ath-Thabarani" Faul diam sebentar lalu melanjutkan kalimatnya. "Seorang pria yang melakukan hal-hal yang mengotori kehormatan seorang wanita bahkan hanya dengan memegang atau menyentuhnya maka telah mencela kehormatan wanita itu sendiri. Itu sih pendapatku. Hehe."

Lesti terperangah dia kagum dengan kata-kata dan sifat yang ditunjukkan Ka Faul. Jelaslah sudah sikap Ka Faul selama ini pada dirinya.

Lesti menyadari hal lain, walau ia digendong oleh Faul tapi ia bisa melihat Faul tidak memegang kakinya. Faul memilih mengepalkan tangannya dan membuat berat badan Lesti hanya disangga dengan kekuatan lengan. Alih-alih memegang pahanya seperti kebanyakan orang ketika menggendong. Dan jelas ini bisa lebih melelahkan untuk Faul.

"Ka turunin aja. Kayaknya Ka Faul bakal cape."

"Ngga nyaman memangnya?"

"Bukan. Ka Faul nanti capek."

"Iya nanti aku turunin di klinik ya." Faul membenarkan posisi Lesti di punggungnya. Lesti menguatkan pegangan pada leher Faul. Lesti bisa merasakan nafas Faul yang tampaknya kelelahan. Hati Lesti kembali bergetar.

@ @ @

Kepala Faul terasa berat. Sepertinya ia kecapean karena mengurus kuliah, bisnis dan sekarang label musik yang sedang dirintisnya. Kesibukan yang luar biasa padat memaksa Faul untuk mau tidak mau merelakan waktu tidurnya.

Beberapa hari ini Faul hanya tidur sekitar dua jam. Jika ia bisa menyisakan waktu untuk tidur selama 4 jam itu adalah kemewahan baginya.

Seharian di kelas yang Faul lakukan memang hanya duduk mendengarkan dosen. Tapi kepalanya sakit dan ia tidak bisa berkonsentrasi sedikitpun.

Untungnya kelas hari ini sudah selesai, Faul memutuskan pulang dan akan beristirahat di rumah ketika sebuah panggilan masuk ke ponselnya.

"Assalamualaikum."

'Waalaikumsalam. Ini sama Faul?'

"Iya betul ini dengan siapa ya?"

'Faul. Ini teh Lisna asistennya dedek Lesti.'

"Oh iya teh, ada yang bisa Faul bantu?"

'Faul lagi kuliah ngga?'

"Baru selesai kelas, teh. Kenapa?"

'Ga enak sih sebenernya tapi mau minta tolong. Kebetulan hari ini dedek ada take vocal di kedjora music. Teteh ada urusan cek gaun untuk konser di TV hari minggu. Managernya ada meeting penting di label lama. Ga ada yang anterin dedek. Aduh maaf ya yang kepikiran minta tolong cuman Faul.'

"Oh begitu teh. Siap. Anterin dedek ke kedjora musik aja kan ya?"

'Iya maaf banget. Ga tau lagi mau minta tolong siapa. Dedek bisa aja bawa mobil sendiri tapi hari ini dia dianterin manajer dan udah jalan ke label lama. Kalau naik taksi online. Teteh agak khawatir karena kakinya juga kan masih sedikit sakit.'

"Yaudah teh, gak papa sama Faul aja. Faul juga mau ke kedjora musik kok. Sekalian mau cek hasil rekaman kemarin."

'Makasih ya Faul. Kapan-kapan nanti teteh traktir ya.'

"Ditunggu lho teh."

Faul hampir jatuh ketika ia berdiri. Kepalanya berdenyut hebat. Faul lalu melangkah ke kamar mandi dan segera mengguyur kepalanya dengan air agak bisa merasa lebih baik.

....

Faul menyalakan klakson ketika meilhat Lesti yang sedikit kebingungan mencari mobil Faul. Lesti segera menghampiri Faul.

"Ka Faul beneran ga papa jadinya numpang? Padahal dedek udah bilang mau pake taksi online."

"Udah gapapa sekalian jalan juga kok."

"Ka Faul kok rambutnya basah?"

"Ohh, ini tadi ngantuk jadi diguyur air biar seger."

"Tapi Ka Faul kayak pucet juga."

"Ini karena cahaya kali. Jalan sekarang ya?"

Lesti mengangguk dan segera memasang sabuk pengamannya.

Kepala Faul berdenyut lagi. Faul beberapa kali memukul pahanya sendiri agar tetap sadar dan tidak henti hatinya mengatakan pada dirinya jika ia harus mengantar Lesti dengan selamat.

"Ka Faul? Ada yang ga beres ya?"

"Oh ini kesemutan kakinya. Ga papa kok."

"Dedek aja yang nyetir Ka."

"Dikit lagi kok. Gak papa."

Akhirnya mereka sampai di label musik. Faul turun terlebih dahulu untuk membukakan pintu Lesti.

Lesti turun dari mobil Faul dan bergerak menuju pintu masuk kantor sederhana kedjora musik.

BRUK . .

Lesti berbalik dan menemukan Faul terjatuh ke tanah.

"KA FAUL!" Lesti menghampiri Faul yang pingsan. Lesti panik, pegawai keamanan datang membantu mengangkat Faul masuk ke dalam kantor.

Lesti segera menelepon tante Risa sambil berlari mengejar Faul yang diangkat security menuju ke dalam kantor.

bersambung . . .

Jangan lupa vomen yaa, makasih . . .

Engkaulah JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang