1. SEKANTONG KRESEK DONAT

26 5 2
                                    

Halo,
Terimakasih sudah mampir!
Semoga kalian dalam keadaan baik-baik aja, ya!

Selamat Membaca!

1. SEKANTONG KRESEK DONAT

Dulu kau janji bawa berlian untukku
Sekali makan sehari pun tak tentu ....

Ponsel yang tergeletak di atas sofa biru muda itu berdering untuk kesekian kalinya. Meski berdering cukup keras, tetapi tidak membuat si pemilik yang masih terbaring di atas kasur bergeming. Tubuhnya sudah terlalu nyaman di sana sehingga sangat enggan untuk bangkit meskipun hanya sekadar mematikan suara bising itu.

Tangan kanannya yang nakal terangkat ke udara menyisakan jari tengah, Fucking! Ayolah! Semalam dirinya begadang dan ia ingin tidur setidaknya sampai jam tiga sore untuk kerja kelompok biologi.

Matanya terbuka sedikit sembari menyapu sekeliling kamarnya yang gelap. Bokongnya ia dudukkan di atas kasur. Pusing.

Tangan kanannya memijit pelipis bagian kanan yang terasa berdenyut. "Ssh ... Pusing baanget."

Dulu kau janji bawa berlian untukku ....

Cowok itu mendengus ketika mendengar ponselnya kembali berdering. Meski suara Zaskia Gotik sangat merdu, tetap saja ia marah kalau istirahatnya diganggu. Kakinya turun dari kasur lalu melangkah gontai ke arah sofa.

Nak Bucin. Satu nama yang tertera di layar ponselnya.

Digesernya tombol hijau lalu mendekatkan benda pipih itu ke telinganya. 

[Oy, Ray Bangke! Kita nunggu lu dari jam tiga! Kenapa lu nggak datang, hah? Molor lagi ya pasti!]

Ray memutar bola mata sesaat lalu menggeleng heran. "Subuh? Subuh gini lo ngajak kerja kelompok? Plis, jangan gila dulu."

[Don! Subuh katanya? Subuh? Haha!!]

Ray mengernyit ketika temannya mengatakan Don yang ia yakini adalah Doni. "Ini masih subuh, Ji. Di sana ada Doni? Gila ....,"

[INI JAM 7 MALEM, BABI!]

Ray segera menjauhkan ponsel dari telinganya akibat teriakan keras itu dan langsung mematikan sambungan. Dasar! Bisa sakit ini kuping!

Ray mengucek mata kirinya dengan pelan. Diam mematung selama lima detik kemudian menatap layar ponselnya yang mati cukup lama. Ia pun sadar, dengan panik dan rusuh tangannya menghidupkan ponselnya lalu melihat jam yang tertera di sana. 18:55 pm. Tepat saat itu juga matanya membelalak dan mulutnya menjerit histeris!

"AAA!!"

~~~

Kaus putih polos, celana jeans, sepatu kets, dengan tambahan aksesoris kalung dan gelang sudah melekat di tubuh Ray yang sekarang berdiri di depan meja rias. Jangan tanyakan berapa harga barang yang ia kenakan, itu akan membuat kalian jantungan saking banyaknya angka nol. 

Ray mengambil Slick Devil Pomade lalu mengoleskan pada rambutnya dengan pelan. Ia berdiri tegak, mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan.

Ray tersenyum semanis mungkin di depan cermin. "Terimakaaasih ya Tuhan, sudah memberikan paras yang begitu taaampan untuk hamba-Mu yang tidak sombong ini," ucapnya lebay, masih tersenyum manis di depan cermin.

Ray meraih parfum Dolce and Gabbana The One kemudian menyemprotkannya pada sekitaran leher, belakang telinga dan pergelangan tangan. Tubuhnya wangi sekali meski tidak mandi.

Ray memperhatikan penampilannya dari atas ke bawah lalu ke atas lagi, di depan cermin yang ukurannya sama dengan tinggi badannya. Sudah sempurna. Semua kaum hawa pasti langsung nempel padanya.

RayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang