2. GADIS MENYEDIHKAN

14 5 2
                                    

Halo,
Sebelum membaca senyum dulu, dong! Hehe :D

Minta krisannya ya teman-teman :)

Selamat Membaca!

2. GADIS MENYEDIHKAN

Gendis menempatkan satu kantong kresek donat di dekat sofa berwarna kuning lalu menyenderkan punggungnya. Tatapannya kosong melihat langit-langit kamar.

Helaan napas keluar dari mulutnya. "Tega banget sih lo sama gue Beeen ....," lirihnya. "Gue kurang apa, hm? Kurang cantik?" Gendis tertawa pelan, lalu menggelengkan kepalanya.

Gendis berangsur melangkah ke meja rias. Menatap pantulan dirinya di cermin. Ah, tampangnya nampak buruk setelah melihat kekasihnya menggandeng perempuan lain di mal tadi. Sebenarnya dirinya sudah capek dengan tingkah laku Ben. Namun,  keinginannya untuk memiliki pacar populer di sekolah amat besar. Dan menurutnya, Ben adalah orang yang tepat. Sudah tampan, kaya, pintar, dan ketua eskul basket. Semuanya sangat sempurna di mata Gendis.

Gosip antara dirinya dengan Ben tersebar sehingga semua murid di sekolah iri padanya. Gendis menyukai popularitas ini. Enggak terbayang kalau ia putus dengan Ben. Berbagai gosip miring pasti akan mengarah padanya.

Pasti karena dia matre

Mungkin karena terlalu ngekang Ben

Kayaknya dia selingkuh, makanya diputusin

Gendis menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Pikirannya mulai ngawur. Itu enggak akan pernah terjadi. Ia mencoba menegarkan hatinya untuk kesekian kali.

"Gendis! Lo cantik! Cuma yaa, si Ben lagi bosan aja. Iya! Ben cuma bosan! Nanti juga dia balik lagi sama lo, Dis!" ucap Gendis optimis sembari menunjuk kembarannya di cermin.

Tidak sengaja, Gendis melihat ada sesuatu di pantulan cermin. Ia pun menoleh ke belakang, ke kantong kresek donat. Gendis mengaprit kemudian menjunjung kantong kresek donat ke udara, menatapnya dengan mata dan mulut yang terbuka sempurna.

"ASTAGAAA! GUE BELUM BAYAAAR!"

~~~

Ray menganga lebar melihat kamarnya yang amat berantakan. Tak berbentuk. Barang-barang yang semula di meja rias ada di mana-mana bahkan ada yang tergeletak di lantai, selimut dan kasur acak kadut, lemari terbuka dengan semua bajunya berserakan di atas lantai. Pokoknya tidak ada yang rapi di sini. Jam dinding aja jadi terbalik, angka enam di atas dan angka dua belas ada di bawah.

"GENDUT SIALAAAN!!"

Keluarga Aditama tengah menikmati makan malam bersama. Berbagai makanan rumahan terhidang di atas meja. Ada ayam goreng, udang goreng, tahu rambutan, oseng toge dan masih banyak lagi berbagai makanan yang hanya disantap oleh tiga orang. Ray, Regian, dan ibu dari mereka, Nalira. Kepala keluarganya, Bagas, selalu sibuk kerja dan pulang larut malam. Tidak pernah punya waktu, sekali ada, Bagas habiskan waktunya untuk mengajak anak bungsunya, Regian, berjalan-jalan.

"Ma, kamarku diberantakin sama si Gendut, Ma!" adu Ray pada Nalira, matanya menatap Regian dengan tajam.

Nalira menoleh pada Regian dengan ekspresi 'apa benar?'.

Regian menggeleng cepat. "Ada gempa tadi," jawabnya, lalu melanjutkan makannya. Tentu saja, isi piring Regian lebih banyak dibanding Ray dan Nalira.

"Ngaco lo!" geram Ray masih menatap Regian tajam, "lo itu masih kelas dua SD, masih kecil, tapi kelakuan kayak kakek-kakek yang udah gila!" hardiknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang