1. AWAL

31 8 0
                                    

"Pantes nggak nolak permintaan orang yang udah ngasih kasih sayang ke kita?"

-Caramel Reshara
_______

Dentuman keras yang memekikkan telinga tidak mengurungkan niat gadis bersurai hitam legam untuk pergi dari tempat laknat itu. Seseorang menelfonnya meminta bantuan untuk menjemput laki-laki yang akan dijodohkan dengannya. Jika bukan karena permintaan kedua orang tuanya yang jelas sangat ia sayangi, ia tidak akan mau dijodohkan dengan laki-laki itu.

"KARA!!" Teriak seseorang di meja paling pojok. Gadis itu mengedarkan pandangannya mencari si empu suara. Seakan mengerti, Dava membawa laki-laki yang tengah mabuk berat itu menuju pintu keluar agar Kara tidak perlu repot-repot menghampirinya.

Kara mengambil alih rangkulan Dava. "Thanks." Ucap Kara kemudian memapah laki-laki yang tengah mabuk itu untuk dibawanya pulang.

"Tadi Kara ngomong?" Tanya Dava pada dirinya sendiri. "Gue kira bisu tuh cewek." lanjutnya kemudian kembali ke tempat semula.

"Ck. Nyusahin!" Kesal Kara kepada laki-laki yang tengah duduk di bangku penumpang. Gumaman-gumamannya membuat Kara geram.

"Bisa diam nggak lo!!" Sentak Kara. Namun tetap saja laki-laki itu tak henti-hentinya meracau. Alhasil, Kara mengambil air minum di kursi belakang yang tinggal setengah kemudian ia cipratkan ke arah laki-laki disampingnya. Dan rencananya pun membuahkan hasil, lima kali cipratan laki-laki itu terperanjat kaget dan perlahan kesadarannya kembali.

"Ck. Apa-apaan sih lo!" Sentak laki-laki tersebut. Kara tidak menanggapinya ia malah sibuk dengan ponsel ditangannya.

"Punya mulutkan?". Dan Kara hanya menanggapinya dengan anggukan. "Kalo ditanya tuh jawab!" lanjut laki-laki itu kemudian hendak membuka pintu mobil namun Kara sudah menguncinya sedari tadi.

Laki-laki itu berdecak kesal. "Mau lo apasih?!" geram laki-laki itu dengan nada tertahan.

"Pulang. Gue nggak suka direpotin orang." Jawab Kara kemudian melajukan mobilnya.

•••

"Jangan bawa gue ke rumah!" Larang Radar. Laki-laki yang akan dijodohkan dengan Kara, yang jelas bukan sama sekali tipe Kara.

Kara tidak menanggapi ucapan Radar. Ia terus melajukan mobilnya menuju komplek perumahan Radar. Kara jelas mengerti maksud Radar melarangnya membawa ke rumah. Pasti Radar akan dimarahi oleh Gina. Ibunya Radar.

"Gue kan udah bilang jangan ke rumah!! Selain bisu lo juga tuli ya??" Kesal Radar. Dan lagi-lagi Kara mengacuhkannya. Radar berdecak kesal, kenapa ibunya bisa memilih Kara untuk menjadi menantu. Padahal Radar punya paras tampan yang pastinya sekali kedipan, cewek-cewekpun akan datang tanpa perlu repot-repot pendekatan.

"Turun!" Titah Kara. Radar baru menyadari kalau mobil yang ia tumpangi sudah berada di depan gerbang rumahnya. Radar melirik jam ditangannya. Radar reflek melotot, ternyata jam tiga pagi.

"Mending tadi lo tinggalin aja gue di club." Ucap Radar.

"Turun! besok sekolah!" Titah Kara cuek tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.

"Ngomong sama lo bikin jiwa cool gue cair tau nggak?!!" Kesal Radar.

"Lo itu cuma sok cool. Nggak usah sok-sokan gitu deh!! Jijik gue liatnya." Balas Kara. Ternyata ucapan Kara mampu membuat Radar tersentil gengsinya. Radar menghela nafas pelan.

"Kok lo mau sih dijodohin? Sama gue lagi." Tanya Radar mengalihkan pembicaraan. Sejak tahu bahwa perempuan pilihan ibunya adalah Kara, pertanyaan itu yang muncul pertama kali di benak Radar.

Gengsi ( On Hold )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang