2. TEMAN BARU

14 7 2
                                    

"Dasar cewek! Ditanya satu jawabnya dua puluh tujuh!"

-Caramel Reshara
_______

Seorang gadis dengan seragam putih abu-abu yang sudah tertarik keluar dan rambut acak-acakan tak henti-hentinya menitikkan air mata. Mengapa mencintai harus sesakit ini? Ia bahkan mencintai dalam diam, dan tidak pernah bercerita dengan siapapun termasuk sahabatnya. Tapi kenapa ia mendapatkan perilaku yang tidak berperikemanusiaan seperti ini?

Sepuluh menit yang lalu ia diseret paksa ke kamar mandi oleh geng bullying di sekolahnya. Gadis bernama Lula itu hanya pasrah. Tidak ada perlawanan sama sekali. Cacian, makian, umpatan. Semua masih teringat jelas dikepala Lula. Di tengah-tengah isakannya, ia menyebut nama seseorang yang awalnya sangat ia cintai menjadi orang yang sangat ia benci setelah kejadian ini.

"Ra..dar."

•••

Radar dan Kara sudah berada di parkiran sekolah SMA Garuda sejak lima menit yang lalu. Namun mereka tak kunjung turun dari mobil sedangkan bel masuk akan berbunyi sepuluh menit lagi.

"Lo mau sampe kapan duduk terus?" Tanya Radar. Ia sudah jengah dengan Kara yang hanya diam dan tak kunjung turun dari mobil.

"Lo masih marah gara-gara sekolah pake mobil lo?" Tanya Radar lagi. "Ck. Lo kan tau Ra mobil gue disita." lanjutnya.

"Tante Gina nggak nyita mobil lo." Ucap Kara. Radar bernafas lega. Setidaknya Kara sudah mau berbicara.

"Kenapa lo nggak bilang sih? Kalo tau gitukan pake mobil gua aja." Oceh Radar.

"Cuma bannya dikempesin." Lanjut Kara. Sedangkan Radar berdecak kesal.

"Udah ah! Ngomong sama lo bikin gue darah tinggi." Kesal Radar kemudian ia hendak keluar dari mobil tapi ucapan Kara membuat ia mengurungkan niatnya.

"Gue malu." Ucap Kara sambil memandangi jendela.

Radar menahan tawanya. Tapi ketika ia melihat keringat dingin di pelipis Kara membuat tawa Radar pecah. Kara menoleh menatap tajam Radar sehingga Radar berusaha mati-matian untuk tidak keceplosan lagi.

"Punya malu lo?" Ejek Radar ketika sudah bisa menetralkan dirinya.

"Lo nyadar nggak sih? Kita itu jadi sorotan." Kesal Kara.

"Kalau gue mah udah biasa. Secara, gue kan ganteng." Ucap Radar sombong. Melihat Kara yang menunduk membuat Radar merasa bersalah. Apa ucapannya tadi salah?

"Eh. Nggak gitu kok Ra maksud gue. Gue kan udah lama sekolah disini jadi udah biasa. Hehe." Ucap Radar cengengesan.

Kara menghela nafas kasar. "Bukan itu maksud gue."

"Terus apa?" Tanya Radar kepo.

"Dulu Tante Gina ngidam apaan sih? Kok anaknya super pede gini?" Jawab Kara datar.

Sabar,sabar untung lo cantik Ra. Ehh? Batin Radar.

Bel masuk sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Kara sudah berada diruangan kepala sekolah setelah diantar Radar. Kara menghela nafas kasar. Sudah dua menit sepuluh detik lamanya Kara menunggu kepala sekolah ini untuk menyebutkan ruang kelas yang akan ia tempati.

"Saya diterima di kelas apa Bu?" Tanya Kara berusaha untuk bersikap lembut.

"Oh iya. Saya malah lupa tidak mencarikan kelas untuk kamu. Saya kagum dengan prestasi-prestasi yang kamu dapat di sekolah kamu dulu. Saya bangga murid seperti kamu bersekolah disini." Ucap Ibu Kepala Sekolah antusias.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gengsi ( On Hold )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang