Pukul 10.45 malam, Gangnam sedang diguyur hujan lebat. Pun suhu Desember memang selalu rendah, hujan mengakibatkan suhu menjadi dua kali lipat lebih rendah. Sangat dingin, Jisung merapatkan mantelnya sambil memandangi jalan di depan yang tampak sepi.
"Hahh, apa Felix masih menungguku?" tanyanya pada diri sendiri.
Jisung menggembungkan pipinya dan menghembuskan napas gusar. Hujan tak kunjung reda, padahal ia harus segera pergi ke flat sahabatnya—Felix-—untuk mengadakan pesta piyama.
Yongbokiee
Lix, hujan belum reda
Tidur lah lebih awal jika mengantuk,
mungkin aku akan tiba di sana esok hariㅋㅋㅋㅋ
Jisung mematikan ponsel dan kembali memasukannya ke dalam saku. Dua puluh menit berlalu, hujan masih belum menunjukan tanda-tanda reda. Akhirnya Jisung nekat berlari dari halte tempatnya menunggu menuju supermarket di sebrang jalan—sevel.
"Astaga, dingin sekali. Ginjalku bisa membeku sebelum sempat ku jual."
Bodoh, dia berencana menjual ginjalnya sendiri.
Kaki mungilnya melangkah menuju rak ramen, matanya menatap deretan cup yang tersusun rapih dan akhirnya pilihannya jatuh pada cup ramen sedang yang biasa ia beli.
"Ini dia." lalu berjalan menuju kasir untuk membayar sekaligus menyeduh ramennya.
"Terima kasih, Sung."
Jisung tersenyum dan berlalu. "Aku makan di sini, ya." kemudian mendudukkan dirinya di kursi yang masih berada di dalam ruangan. Dirinya hanya berdua dengan Eunsoo—penjaga kasir yang lumayan akrab dengannya tanpa ada pelanggan lain.
Asap mengepul dari dalam cup ramennya. Jisung menyeruputnya perlahan sambil sesekali menatap ke arah luar. Hujan masih turun, bahkan bertambah deras.
"Hahh, kalau begini aku tidak bisa pergi ke flat Felix."
Gerakan sumpitnya terhenti ketika matanya meliat seorang pria dengan mantel hitam dan topi baretnya tengah berlari kecil lalu duduk di kursi luar sevel. "Bodoh, dia bisa terserang flu."
Walaupun kursi di luar masih terlindungi atap, tetapi tetap saja udara di luar sungguh dingin. Apa dia berpikir bahwa dirinya adalah anpanman, batin Jisung.
Jisung berusaha abai, tetapi sosok itu terlalu sempurna dengan surai sewarna langit malam, hidung bangir, dan kulit pucatnya. Kedua mata hazel Jisung terus mengamati pergerakan pria itu.
Jisung masih memerhatikannya mulai dari menggesek-gesekan kedua tangan, menepuk pipinya perlahan, sampai membuka topi baret lalu menyugar rambutnya kebelakang.
Di tangan kirinya dia menggenggam sebungkus rokok dengan bungkus yang tampak asing. "Apa dia orang Jepang?" pikirannya terus berkelana seiring dengan matanya yang setia menatap pria itu penuh puja.
Apa Jisung jatuh cinta? Entah, mungkin iya atau mungkin hanya tertarik karena pria itu teramat tampan?
book baru lagi, mian : )
KAMU SEDANG MEMBACA
Benson and hedges
FanfictionDi hari hujan pun Han Jisung selalu melihatnya, melihat dengan tatapan memuja tanpa berani menunjukan eksistensinya. •minsung •yaoi •baku