Bab 5

11 3 0
                                    

Jimin sedang duduk di taman rumah sakit. Dia duduk di atas kursi roda sambil melihat – lihat album yang berisi foto – foto masa kecilnya.

"Aku tidak menyesal," ucap Jimin.

Di tempat yang berbeda, Taehyung sedang bersiap – siap untuk konser. Semangatya menggebu – gebu karena konser ini untuk Jimin. Taehyung pun naik ke atas panggung. Sorakan penonton sangat heboh ketika dia naik ke panggung.

Begitu Taehyung bernyanyi, bersamaan dengan jatuhnya Jimin dari kursi rodanya. Jimin pingsan di taman, dokter Jung dan para suster langsung membawa Jimin kembali ke kamarnya. Untungnya Jimin berhasil melewati masa kritisnya. Tiba – tiba keadaannya memburuk dan membuat kedua orangtuanya panik. Saat itu juga bersamaan dengan berakhirnya lagu yang Taehyung nyanyikan.

"Aku ingin memberitahu kalian. Kalau malam ini aku bernyanyi untuk sahabatku Jimin. Dia sedang sakit jadi aku mohon doanya dari kalian. Semoga dia cepat sembuh agar kami bisa bermain game lagi. Jimin kau sedang nonton kan? Bagaimana penamilanku? Aku keren, kan?" ucap Taehyung sebelum melanjutkan lagu keduanya.

Ketika Jimin sadar, dia meminta dokter Jung untuk memanggil orangtuanya. Ibu dan ayahnya pun masuk ke dalam kamar Jimin. Sementara dokter Jung berdiri di ambang pintu.

"Ibu..." panggil Jimin. Ibunya langsung menghampiri Jimin lalu mengelus kepalanya. "Ibu, Ayah... maaf... dan terima kasih."

"Jimin, sebaiknya kau istirahat," ucap ayahnya. Jimin langsung menggeleng.

"Ibu, Ayah maaf karena aku selalu pergi tanpa izin. Sebenarnya aku pergi menemui Taehyung. Tapi kali ini... aku ingin minta izin. Aku... mau pergi. Apa kalian mengizinkanku?" ucap Jimin.

"Kau mau ke mana nak? Ibu dan Ayah ada di sini untukmu. Jadi jangan pergi ke mana pun," balas ibunya. Air mata ibunya terus berjatuhan. Nyonya Park tidak sanggup jika anaknya harus pergi.

"Izinkan aku..." ucap Jimin lagi. Ibu dan ayahnya pun mengangguk. Dokter Jung yang berada di ambang pintu ikut meneteskan air mata.

"Dokter Jung..." panggil Jimin.

"Ya? Ada apa?" ucap dokter Jung sambil berjalan menghampiri Jimin.

"Terima kasih." Dokter Jung hanya mengangguk. "Aku mengantuk, aku mau tidur," ucap Jimin lagi.

"Iya tidurlah, kami akan menjagamu. Ibu dan ayah ada di sini untukmu," ucap ibunya sambil menyelimuti Jimin.

"Jangan kemana – mana... temani aku ya Ibu, Ayah."

Jimin pun menutup matanya. Dia langsung tertidur, ibunya mengecup kening Jimin cukup lama. Ayahnya juga melakukan hal yang sama.

"Nyonya Park," ucap dokter Jung.

"Tidak apa – apa, dia hanya tidur. Jimin bilang dia mengantuk. Kita juga harus tetap berada di sini untuk menemaninya."

Dokter Jung kehabisan kata – kata setelah mendengar ucapan nyonya Park.

"Anakku Park Jimin, tidak terasa kau sudah sebesar ini. Dulu saat dia kecil dia juga selalu mengatakan itu. Ibu, aku mau tidur. Aku mengantuk," ucap nyonya Park sambil mengelus rambut Jimin.

*****

Taehyung yang baru saja menyelesaikan kosernya langsung menelpon Jimin. Dia ingin mendengar pendapat Jimin tentang penampilannya tadi. Tapi Jimin tidak menjawab panggilan dari Taehyung. Taehyung pun berpikir kalau Jimin mungkin sudah tidur.

"Aku akan menanyakannya saat kami bertemu nanti," ucap Taehyung.

Dua hari kemudian, Taehyung datang ke rumah sakit. Dia juga membawa makanan kesukaan Jimin. Sayangnya, ketika masuk ke kamar Jimin. Kamarnya sudah kosong, Taehyung pun meminta Sungjin untuk mengantarnya ke rumah Jimin. Taehyung mengira Jimin sudah pulang karena Jimin sudah sembuh.

"Selamat siang Bi," ucap Taehyung.

"Taehyung kau sudah pulang nak," ucap nyonya Park.

"Iya Bi, Bibi baik – baik saja? Bibi sakit?" tanya Taehyung. Dia khawatir melihat kondisi nyonya Park.

"Kita harus ke suatu tempat," balas nyonya Park. Taehyung pun ikut dengan nyonya Park meskipun dia tidak tahu akan ke mana. Taehyung langsung menatap nyonya Park ketika mereka tiba di pemakaman.

"Bi, Bibi tolong..."

"Jimin meninggalkan kita beberapa hari yang lalu," ucap nyonya Park. Air matanya ikut jatuh ketika dia mengatakan itu. "Ayo, Bibi akan mengantarmu bertemu dengannya."

*****

"Jimin meninggalkan kita beberapa hari yang lalu."

Aku harap ini hanya mimpi. Kalau ini mimpi aku harus bangun karena ini mimpi buruk. Tapi sayangnya ini bukan mimpi. Sakit, hatiku sangat sakit ketika mendengar ucapan bibi tadi.

"Ayo, Bibi akan mengantarmu bertemu dengannya."

Aku pun mengikuti bibi. Kami tiba di depan makam yang masih baru. Aku langsung jatuh terduduk ketika melihat foto yang ada di atas makam itu.

"Kau harus berjanji padaku. Berjanjilah untuk tidak menangis saat aku pergi nanti. Kau juga harus tetap hidup. Katakan kalau kau akan melakukannya."

Aku teringat pesan Jimin yang melarangku untuk menangis. Aku pun berdiri lalu berjalan mendekat ke arah makamnya.

"Kenapa kau memintaku melakukan hal itu?"

"Karena kau terlalu sering menangis. Gara – gara masalah keluargamu kau jadi sering menangis. Aku jarang melihatmu tersenyum sejak saat itu. Kau selalu tidak bersemangat dan wajahmu murung terus."

"Kau tidak menepati janjimu," ucapku, "kita belum pergi liburan. Dan kau..." Kutarik napas dalam – dalam. Aku langsung pergi dari sana. Aku tidak sanggup berada di tempat ini lebih lama lagi.

"Taehyung." Aku langsung menoleh.

"Bibi, ayo kita pulang."

*****

Semenjak kematian Jimin, Taehyung tidak pernah bicara. Dia berubah menjadi bisu dan sering mengkhayal. Sungjin mengkhawatirkan kondisi Taehyung. Tapi berapa kali pun Sungjin menasehatinya, Taehyung tidak pernah mendengarkannya. Apalagi setelah kejadian hari ini.

Sungjin pun berencana untuk menghibur Taehyung. Dia sengaja membeli makanan kesukaan Taehyung. Dia pun pergi ke apartemen Taehyung. Setelah memarkirkan mobilnya, Sungjin pun berjalan ke pintu masuk.

BRUK!

"Kyaaaa... seseorang jatuh dari atas."

"Ambulance... cepat telepon ambulance!"

"Telepon polisi juga."

Sungjin yang menyaksikan kejadian itu, diam mematung di tempatnya. Makanan yang ia bawa jatuh ke tanah. Sungjin langsung berlari menghampiri tubuh Taehyung yang berlumuran darah.

"Taehyung! Taehyung! Apa yang kau lakukan? Hei, bangunlah! Taehyung!" Sungjin menggoyangkan tubuh Taehyung. Tapi semuanya sudah terlambat. Taehyung sudah tidak bernyawa. Dia telah memilih jalannya sendiri.

"Apa ini?" Sungjin melihat Taehyung menggenggam sesuatu. Ternyata Taehyung lompat sambil memegang bingkai foto pemberian dari Jimin. Karena terbentur, bingkai itu hancur dan terkena darah Taehyung.

Sungjin mengambil foto itu dan menaruhnya di atas dada Taehyung. Lalu mengambil tangan Taehyung dan meletakkannya di atas foto itu.

"Istirahat yang tenang."

Friend [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang