Langit malam benar-benar mencekam. Angin berusaha untuk menusuk tulang persendian. Hujan satu persatu turun datang.Tapi itu tetap tak menggoyahkan.
Hati gadis malang itu tetap teguh. Dirasa suasana seperti ini malah memperdalam ceritanya.
Butiran air mata itu dengan cepat turun seperti rintikan air hujan, membasahi pipi pucatnya. Pakaian bergaris itu jelas milik orang sakit.
Tubuh gadis itu menggambarkan kesakitan.Kamu mengerti kan?
Tubuh berbalut tulang dengan rambut yang separuh hilang?
"Bisakah kamu merelakan ini?" gadis itu bermonolog.
Tubuh ringkih itu bergetar kala angin semakin terasa dingin.
Sejenak menatap pemandangan kota dari atas sana. Lampu malam berkelip indah, hiasan kota. Dari atas gedung rumah sakit ini tentu mencakup pandangan.
Merenung sejenak, berpikir ; ini akhir dari semuanya bukan?
"Kamu pikir ini menyelesaikan?."
Sejenak tubuh gadis itu tersentak saat mendengar suara orang dibelakangnya. Membalikkan badannya menatap sumber suara.
Dengan mata berlinang gadis itu tentu bisa memastikan gerangan disana, sedikit terkejut.
Terkekeh dengan miris berkata
"Ada urusan apa sampai Huang Renjun repot-repot datang kesini?"
Pemuda yang ditanya berdecak kecil sebelum berkata. "Pikirmu aku akan repot-repot kalau itu hanya kamu?" sinisnya
"Lalu apa urusa—
"Urusan ku hanya bertugas untuk mengingatkan betapa payahnya sahabat ku berjuang demi dirimu."
"Jangan merasa bahwa hanya kau yang paling tersakiti di dunia ini Hara!"
"Apa kau pikir dengan lompat lalu mati disini maka semua masalah akan selesai? pemikiran pendek mu itu hanya akan menghasilkan masalah baru untuk orang-orang."
"Bagaimana dengan sahabatku yang membuang mimpinya untuk menyembuhkan penyakitmu? kamu pikir perjuangannya apa? Aku tau kamu lelah dengan penyakit ini tapi apa kamu bisa berjuang lebih untuk orang-orang yang telah merawatmu?"
"Bunuh diri tidak akan pernah menyelesaikan masalahmu, maaf tapi hanya akan menambah beban sahabat—
"Sahabatmu itu bukankah juga kekasihku?" Sela Hara.
"Sialan, apa kau pantas menyebutnya kekasihnu saat kau saja berusaha meninggalkan di—
Suara deritan pintu terdengar. Terbuka dengan kasar, menampilkan seseorang dengan tampang tak terbaca disana.
Sepertinya habis berlari kesetanan, dengan mata merah juga rambut berantakan, kelelahan disana.
"Hara?" panggilnya.
"Ayo turun, udara malam ini tak baik untuk kesehatanmu." bujuknya lembut.
Pemuda yang berbicara ini dengan perlahan mendekat. Siapapun juga bisa merasa dia menekan semua emosinya.
"Hara-ya. Ini dingin, kamu harus tetap hangat dalam selimut, ayo kita turun?"
"Tidak."
"Mengapa? "
"Na Jaemin,apakah kamu sekali saja tidak pernah merasa lelah?"
"Tidak."
"Aku saja merasa lelah. Sangat lelah untuk berandai bisa mendampingimu selamanya. Setelah 10 tahun penantianmu bukankah akhirnya hanya tangisan di pemakamanku?"
"Kamu berani-berani—
Jaemin menatap sahabatnya itu, dengan pandangan yang mengisyaratkan untuk diam.
"Apapun akhirnya, aku hanya ingin kita berjuang bersama." jelasnya.
"Aku saja merasa lelah. Sangat lelah untuk berandai bisa mendampingimu selamanya."
Sepasang tangan terulus di pinggang Hara. Begitu lembut seolah takut akan menyakitinya.
"Ya- mengapa kamu sebaik ini?" Isak gadis itu
Isakan tangis memilukan terdengar, berbagai perasaan tertumpah ruah dalamnya, putus ada dominannya.
Tubuh gadis itu terasa bergetar hebat.
Pelan-pelan ia merasa tolerir tubuhnya sudah mencapai batasnya, dengan pandangan berkabut.
"Kalau begitu, sekali lagi bantu aku berjuang Jaemin."
Tubuhnya benar-benar ambruk setelah mengucap kata penuh permohonan seperti itu.
Badan kecil itu kini terdekap dalam pelukan sang kekasih. Jaemin dengan cepat menyuruh tim medis dari belakang untuk segera datang.
Mencoba menguasai kepanikan dalam dirinya.
Hampir gagal saat melihat tubuh Hara membiru dengan kejangan hebat disekujur tubuhnya. Belasan tim Medis datang dengan cepat, mengankat gadis ini untuk diberi pertolongan medis secepatnya.Jaemin berlari menyusul diantaranya, seakan tak membiarkan gadisnya merasa sendirian. Mengucapkan kata terimakasih pada Renjun.
Mengehela nafas, Renjun terus melihat bayang-bayang orang itu hilang hingga dipenghujung jalan.
"Lee Hara. Bukankah Jaemin dan aku sangat mencintaimu dengan segenap hati?"