"Mau apa kamu ngajak ketemuan?" tanya Ben. "Aku mau minta hak asuh Lina. Aku mau dia balik ke mama nya. Meninggal Ben? Meninggal? Is that the best reason you could give to her?" jawab Tasya. "Ya mau gimana lagi? Kan biar dia lupa sepenuhnya sama kamu. Biar dia kira dia udah kehilangan seorang ibu," jelas Ben. "Kamu jahat Ben, I don't know why I decided to marry you. Kalo aku bisa kembali ke masa lalu aku gak bakal trima lamaran itu," ujar Tasya. "Pokoknya aku mau hak asuh Lina," ujar Tasya. "Kalo kamu bisa ngomong gitu aku juga bisa minta hak asuh Varo dong?" tanya Ben. "Sebagai seorang ibu aku lebih berhak ngurus mereka," tegas Tasya. "How could you call yourself a mother when you never even visit Lina?" jawab Ben. "Oke, aku mengaku salah. Tapi kamu sendiri tidak pernah menjenguk Varo," kata-kata Ben menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. "I've never call myself as a father of Varo. I'm a father of Lina. Varo ga punya seorang ayah," jawab Ben. "You've changed Ben. How could you."
.
.
.
"Pak Wil, mama kemana?" tanyaku. "Nyonya sedang pergi keluar sebentar," jawab Wilson. "Sebentar lagi nyonya pulang," sambungnya. "Yaudah deh, nanti kalo mama pulang dan nanya aku kemana, bilang aja ke rumah Nick ya," pamitku sebelum pergi. Sebenernya hari ini ada janji ber4 sih.. kayak double date tapi gue di friend zone :") yasudah lah.
Bebek Penyet
Nick : Lu sampe mana?
Bentar lagi gue nyampe nih
Nick : Sip deh
Nick : Gue, Hanna, sama Lina udah nyampe ya
typing...
"Gimana beb? Sampe mana dia?" tanya Hanna. "Bentar lagi nyampe katanya, tapi dia typing dari tadi lama banget," jawab Nick. "Ohh, lagi nyetir kali jadi bahaya," ujar Hanna. "Biasa kan sama Pak Will... hmm.. yaudah lah," jawab Nick.
30 menit kemudian...
"Mana nih Nick? Katanya bentar lagi nyampe, ini udah 30 menit," tanya Lina. "Ga tau.. gue chat ga dibales-bales," jawab Nick. Tiba-tiba Pak Wil menelpon. "Halo Pak Wil? Ada apa ya?" tanya Nick. "Tuan Nick, apakah Tuan Varo masih ada di rumah tuan?" tanya Wilson. "Rumah sa-ya benar. Varo masih ada dirumah saya, kenapa ya?" tanya Nick. "Bolehkah saya berbicara dengan Tuan Varo? Dari tadi saya sudah menelpon Tuan Varo tapi tidak diangkat. Katanya Tuan Varo pergi ke rumah Tuan Nick maka itu saya menelpon tuan," jelas Wilson. "Ohh begitu... umm.. Varo masih di toilet... kayaknya masih lama. Nanti saya telpon Pak Wil lagi ya," ucap Nick sebelum mematikan telepon.
"Aneh.. Pak Wil telepon Varo juga ga diangkat. Kemana ya tu anak?" tanya Nick. "Lin, coba lu yang telepon. Jangan main hp muluu," tegur Hanna. "Guys, guys... liat deh. Ada yang kecelakaan deket sini. Yaampun kesian banget," ujar Lina. "Mana, mana," ujar Nick dan Hanna penasaran. "Loh... itu... bukannya mobil Varo?" tanya Nick dengan muka pucat. "Hah, jangan bercanda kamu beb. Ada-ada aja," ucap Hanna. "Beneran. Itu... mobil Varo, itu plat nya aku inget banget," jawab Nick. "Yaudah ayok kita buruan ke rumah sakit paling deket!" ujar Lina.
.
.
.
"V-va-varo... kamu kok bisa sih sa-mpe kayak gini nak. Anak mama...😭" Tasya menangis saat tau kabar Varo kecelakaan. "Maaf tan... aku ga tau Varo bakal kayak gini. Ini semua salah aku.. harusnya aku ga usah chat dia..😭" kata Nick sambil menangis. "Gapapa Nick.. yang penting sekarang Varo harus buka matanya," kata Tasya dari luar ruangan. "Dok? Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya Tasya saat melihat dokter keluar dari ruangan. "Lukanya cukup parah, ada serpihan kaca menusuk dadanya, mobilnya mengalami benturan keras. Ada kemungkinan Alvaro mengalami amnesia," kata sang dokter. Mendengar itu tubuh Tasya langsung lemas. Muka Nick langsung pucat, termasuk Lina dan Hanna. "Sekarang ibu dapat memasuki ruangan," lanjut dokter. "Makasih dok," ujar Tasya. "Varo..." saat melihat Varo, Tasya langsung menangis deras lagi, tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
.
.
.
Aku... dimana? Ugh... bau obat. Rumah sakit? "Dok! Dok! Varo su-h memb-a matanya," hah? Suara siapa itu? Terdengar samar-samar, uhh kepalaku pusing. "Ro- ro- Varo! Yaampun Varo.. mama khawatir banget nak," ucap Tasya sambil memeluk Varo. "Udah 3 hari kamu gak bangun-bangun," lanjutnya. Hah? Siapa? Mama? "Maaf... Anda... siapa ya?" tanya Varo. Muka Tasya Kembali pucat. "Ka-kamu jangan bercanda kayak gitu ah, ga lucu. Ini mama nak, mama kamu satu-satunya," ujar Tasya. "Aku... gak inget..." "Ro?! Lo inget gue gak? Ini gue sahabat lo. Nicholas," kata Nick sambil menghampiri Varo.
"Maaf Bu Tasya... bisa bicara sebentar?" tanya dokter. "Baik dok..." jawab Tasya. "Ro.. lu gak inget gue? Gue sahabat lo dari dulu, ga inget? Ini ada Hanna, pacar gue. Sama Lina, cewek yang lu suka," ujar Nick. "Sorry.. aku gak inget.." jawabku. "Gak ada gunanya Nick.. Varo memang amnesia," kata Tasya yang baru saja memasuki ruangan. "Varo... ini mama nak. Mama Natasha Amelia Rose, kamu anak mama satu-satunya. Alvaro Carlos Americh," kata Tasya meyakinkan Varo. "Maaf ma.. aku gak bisa inget mama..." "Gapapa nak... mama yakin, nanti kamu pasti inget lagi kok," jawab Tasya. "Papa.. mana ya?" tanyaku. "Umm.. kamu.. gak punya papa nak..." jawab Tasya. "Hah? Mama jangan bercanda deh... aku inget kok... aku juga punya kakak perempuan... ugh... tapi aku gak bisa inget namanya," saat aku mencoba mengingatnya kepalaku sakit lagi. "Se-sejak kapan nak, mungkin kamu masih terlalu capek dan bingung. Mungkin memorimu tercampur aduk, tidur dulu aja ya.. nanti kita baru ngobrol lagi," kata Tasya. Lalu aku Kembali tidur seperti yang "mama" katakan.
2 minggu kemudian...
"Ma, aku ke rumah Nick dulu ya," pamitku. "Kamu yakin? Minta Pak Wil anterin gih," jawab mama. "Iyaa.. lagian kayak aku masih kenapa-napa aja. Aku kan udah sembuh," jawabku. "Sembuh dari mana nya, itu kamu baru lepas perban hari ini. Kalo sakit langsung pulang ya," ujar mama. "Iyaa, dadah." Udah 2 minggu semenjak aku hilang ingatan. Sampe sini masih belom ada kemajuan... masih belom inget apa-apa. Sedih? Yes. 'Cause all the memories that I've built ilang gitu aja.
"Hey Ro..." sapa Nick yang masih canggung sama aku. "Hey Nick..." sapaku balik dengan senyum canggung. Saat masuk ke kamar Nick, Nick langsung memelukku. "No homo tho but I missed you a lot bro," kata Nick sambil memelukku. "Aku bakal berusaha inget kembali kok Nick. Aku ga boleh ngelupain sahabat terbaikku," jawabku. "Uhh, semenjak lu ilang ingatan ngomongnya pake aku kamu.. jadi aneh🤦♂️," kata Nick. "Hehe.. gu-gue bakal berusaha biasain lagi," ujarku. "Gu-gue ga nyangka gue namain lu di hp g-gue bebek penyet," uajarku. "Hahaha, kalo masih belom nyaman pake gue lu gakpapa kok Ro," ujar Nick. "Wow, I don't remember you have this much poster of kpop idols," kataku sambil melihat sekeliling kamar Nick yang dipenuhi poster. "Oh my gosh, Blue Cherry baru aja comeback and I have to buy their album," kata Nick. "Oh, Blue Cherry... I've heard of them. Katanya mereka lagi terkenal banget ya?" tanyaku. "Sorry bro, gue udah suka Blue Cherry dari awal sebelum mereka sepopuler ini," jawab Nick. Tiba-tiba Nick dapet telepon.
Hm? Dari siapa?
HEY HEY HEY!
Halo guys!! sorry for the late update karena jujur, views and vote dikit itu bikin down banget :") bikin ga semangat nulisnya. Jadi berasa "Mana nih readers Rivals? Kok ilang semua..." karena ku pikir kalian bakal tertarik kisah kelanjutan dari Rivals...
Aku udah berkali-kali mikir "Apa ga usah lanjutin aja ya? Yang baca pun dikit.. ga selaku Rivals..." but I decided buat tetep lanjutin ceritanya. Tapi aku update nya pasti bakal jarang hehe ya karena gitu deh, dan kalo next chapter ada tulisan udah ga dilanjutin jangan kaget ya...
Laph yu gais❤ (walau yang baca dikit :" hiks)
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden
RomanceA story when you can't love each other. . . . sequel of previous story : Rivals