Bagian 3

4 0 0
                                    

"Maaf ya buat yang tadi." Ucap Rina saat berboncengan dengan Syafi,

"Iya ngga papa kok. Habis ini mampir ke taman yuk."

"Hayuuk.." Teriak Rina kegirangan.

Sesampainya di taman, mereka duduk berdua saling bercanda dan tertawa. Tak lama kemudian, Rina terdiam sesaat,

"Sampai kapan ya seperti ini." Ucapnya dengan nada sedih.

Syafi yang berdiri tak jauh darinya menatapnya dengan wajah tersenyum.

"Tenang saja, sampai kapanpun, aku akan menemanimu."

"Terima kasih ya." Jawab Rina singkat, wajah sedihnya mulai pudar. Kini ia tersenyum ceria.

"Kita pulang yuk.." ajak Rina

"Sebentar ya.."

Syafi membetulkan ikatan pada tangannya yang mengendur, bengkaknya sudah kempes namun sakitnya masih belum mereda.

"Arrghh .."

"Eh..kenapa?" tanya Rina penasaran.

"Gapapa kok." Jawab Syafi sambil menyembunyikan tangannya.

"Itu tangan kamu.?"

"Gapapa kok."

Mereka berdua pulang menaiki sepeda motor, hari sudah cukup sore. Langit mulai meredup, matahari pamit dari singgasananya.

Di sore hari jalan-jalan mulai ramai dengan kendaraan-kendaraan besar,

Syafi mengendarai sepeda motor sambil menahan sakit di tangan kanannya.

Tak lama kemudian muncul mobil besar dari persimpangan jalan , Syafi yang kaget tak sempat mengerem karna tangannya susah digerakkan.

Brakk...

Sepertinya matahari tak ingin pamit sendiri,

Kadang ia butuh teman untuk menemani

Maafkan aku yang tak bisa berlari bersamamu lagi

Kendaraan mereka langsung menabrak truk besar yang melintas dari sisi jalan. Kecepatannya tak seberapa, namun laju kendaraan Syafi yang tak sempat mengerem cukup membuatnya terpental sejauh 5 meter. Helmnya peot karna langsung menghantam kepala truk dan membuat nya tak sadar diri. Rina yang dibonceng di belakang pun ikut terpental kepalanya terbentur aspal dan membuatnya pingsan seketika.

Senja kali ini tak lagi sama,

Ia terasa sangat berbeda

Mungkin hanya persepsiku saja

Seperti hal nya dengan mu,

Walau sudah dewasa,

Aku masih menganggapmu sama

Cepatlah sembuh wahai adinda

Diary SyafiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang