LEMBAH SERIBU MAYAT

170 3 0
                                    

#RCPCreepyPasta acc min cans🙏

Sc: Cerita Horror

Malam itu adalah salah satu malam berbadai dalam kunjunganku di daerah tropis saat aku tak sengaja menemukan terowongan tua itu. Malam terpanjang dan paling mengerikan seumur hidupku. Aku tidak menduga bahwa aku berhasil keluar dari hutan hidup-hidup dalam keadaan terluka di tengah badai dan gemetar kedinginan. Tapi sekarang aku sudah kembali di Wittenberge, masih dalam proses pemulihan dari trauma dan berusaha melupakan malam menyeramkan itu yang ku lewatkan di dalam perut bumi seorang diri. Tanganku masih sering terasa sakit. Ada hari-hari dimana rasa sakitnya membuatku merasa lebih baik aku memiliki satu tangan saja yang berfungsi normal dari pada memiliki tangan lainnya yang selalu menyiksaku. Dokter berkata kalau aku beruntung. Kalau aku menunggu sedikit lebih lama lagi, mereka terpaksa harus mengamputasinya. Walaupun sekarang aku sudah tidak yakin lagi kalau amputasi adalah pilihan yang buruk. Paling tidak aku tidak akan tersiksa lagi menahan rasa sakit entah sampai kapan.

Temanku Mario adalah salah satu penduduk lokal yang ramah di sebuah pulau kecil di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Dia telah mengundangku untuk datang mengunjungi dan tinggal bersama keluarganya. Kota asal Mario sangat cantik, bertengger di lereng sebuah gunung api tidak aktif di dekat mulut sempit sebuah teluk yang tampak lebih mirip sebuah danau besar dari pada lautan. Penduduknya sangat ramah dan baik. Mereka selalu menyapaku dengan antusias dan memintaku untuk berfoto bersama mereka ke mana pun aku pergi. Sebenarnya tampangku biasa-biasa saja sih, tapi mereka memperlakukanku seperti seorang bintang film terkenal.

Mario menggodaku dan berkata kalau rambut pirangku, wajahku yang pucat dan selalu tampak serius, belum lagi tinggi tubuhku yang mencapai 193 sentimeter membuatku tampak seperti seorang raksasa yang bodoh dan lamban. Aku yakin orang-orang itu menulis kata-kata yang lucu di foto kami yang mereka masukkan ke media sosial. Mario membawaku berkeliling mengunjungi tempat-tempat mengagumkan yang hanya pernah aku lihat di majalah-majalah National Geographic. Pantai-pantai tersembunyi berpasir putih dengan air jernih seperti kristal yang berkilauan di bawah terik matahari. Di hari kelimaku, dia membawaku camping di sebuah kawasan hutan bakau di dekat sarang buaya muara. (“Tempat ini aman tidak, sih?” tanyaku bimbang. “Asal api unggunnya tetap menyala!” jawabnya terkekeh-kekeh merasa geli melihat kekuatiran ku.)

Saat kami kembali ke kota, dia memberitahuku mengenai keberadaan sebuah jalan setapak terpencil yang indah namun gampang dilintasi di kawasan perbukitan raksasa di bagian barat daya pulau. Desa terdekat dari situ berada di lereng barat sekitar tiga jam berjalan kaki dari jalan utama. Konon kabarnya orang-orang di desa itu agak kurang ramah kepada pendatang. Dan mereka juga mempraktikkan ilmu hitam.

“Kau pernah mendengar legenda tentang Poppo’?” tanya Mario padaku suatu malam saat kami sedang duduk-duduk di balkon sambil minum bir dan merokok.

Aku tergelak. “Apa?” entah kenapa kata aneh itu terdengar lucu di telinga Jermanku sampai-sampai aku mengira telah salah dengar.

“Poppo’.” ulangnya sambil mengambil sebatang rokok lagi dan menyalakannya.

“Tidak. Apa itu Poppo’?”

“Hmmmm… Poppo’ itu bukan semacam hantu, sih. Tapi lebih masuk ke kategori makhluk aneh. Makhluk malam.” dia menghembuskan asap rokok ke hadapannya.

“Seperti vampir? Strigoi?”

Dia menganggukkan kepala dengan pelan. “Ya semacamnya. Tapi Poppo’ adalah manusia biasa yang mempraktikkan ilmu hitam.”

“Kedengarannya menyeramkan. Jadi, apa yang dilakukan Poppo’ ini? Mengisap darah orang-orang?”

“Dia hanya menyerang orang-orang yang lemah. Seperti yang lanjut usia atau sakit, wanita-wanita hamil, bayi, balita, anak kecil, orang-orang yang luka berat…”

Horor StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang