PART I

29 5 0
                                    

Instagram: Miftah_Jannah_19

Jangan lupa tinggalkan jejak

Happy Reading😙

Koridor sekolah siang itu sedang lengang dari para siswa yang berlalu ke kantin. Dean sedang bermain basket di lapangan outdoor yang berhadapan dengan kelas XI IPA 3 saat ia melihat seorang siswi berdiri melamun di jendela. Hanya sekilas. Dean kembali mendribble
Bolanya hingga ke ring. Baru saja satu tembakan lolos, Dean kembali melihat jendela tadi.

Keningnya berkerut. Baru beberapa saat lalu di melihat jendela itu, dan sekarang cewek itu sudah menghilang. Bukankah orang yang melamun membutuhkan waktu yang lama? Atau hanya dia saja yah. Dean menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan.

"Woy, Dean. Napa lo?" Itu suara Erlan.

"Ga-"

Aaaaaa...

Teriakan nyaring mengagetkan semua orang. Dean tersentak, langsung saja menolehkan kepalanya ke arah jendela kelas XI IPA 3 dimana teriakan itu berasal.

"Lari. Kayaknya ada yang pingsan," seru Daniel saat melihat anak PMR membawa tandu.

Saat akan mengikuti langkah teman-temannya. Dean melihat seseorang berlari tergesa-gesa naik melewati semua orang ditangga yang juga akan pergi ke tempat asal suara teriakan itu.

"Kepalanya berdarah. Kayak habis dihantamin ke benda keras gitu. Ih ... ngeri."

"Iya, baru gak ada orang yang ngeliat pelakunya lagi." Percakapan dua siswi itu membuat Dean menghentikan langkahnya di hadapan mereka.

"Yang teriak tadi siapa?" tanyanya.

"Itu Kasih, teriak karena liat Arsela pingsan dan kepalanya berdarah," jawab salah satu siswi.

Setelah mendengar jawaban siswi itu. Dean langsung berlari menaiki tangga. Sampainya disana, kelas sudah penuh sesak oleh para siswa yang juga penasaran. Dean membelah kerumunan dan langsung masuk. Orang pertama yang dia lihat adalah Kasih yang berdiri shock di dekat jendela. Lalu mengalihkan tatapannya mencari Arsela tidak jauh dari tempat Kasih berdiri.

Dean terdiam. Pemandangan di depannya sanggup membuat bulu kuduknya berdiri.

Kepala Arsela berdarah. Luka di bagian kepala kiri, dan darahnya sudah mencapai kerah bajunya. Pasti sakit sekali. Betul perkataan dua siswi tadi, lukanya seperti bekas hantaman ke benda keras. Tapi siapa yang berani melakukan kekerasan secara terang-terangan di lingkungan sekolah? Dean tersenyum miring. Dia tau siapa pelakunya.

                           * * *

Tidak ada yang berjaga saat orang itu masuk ke ruang rawat inap Arsela.

"Kamu udah baikan? Gak sakit lagi?" tanya orang itu khawatir sesaat setelah duduk di kursi dekat ranjang Arsela yang sedang duduk.

"Udah agak mendingan dikit," jawabnya sambil tersenyum menenangkan.

"Kata Dokter kamu dapat lima jahitan di kepala." Beritahu orang itu

Arsela mengangguk. Pantas saja ketika dia bangun kepalanya sakit sekali.

"Kamu liat pelakunya?"

"Sayangnya nggak," jawaban Arsela membuat orang itu menghembuskan napasnya kesal.

"Kak, aku takut. Kejadian kayak gini bakal keulang lagi, kayak dulu." Akhirnya air mata yang ditahannya sedari tadi turun juga.

"Aku gak tau salah aku apa. Tiba-tiba aja ada yang narik kepala aku terus dihantamin ke tembok. Rasanya sakit ... " lirihnya pilu.

I Am Not Okay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang