III.

257 17 7
                                    

Aku kembali menatap kalung bertuliskan deall ini dileherku dan kemudian kembali tersenyum layaknya orang gila. (atau aku memang sudah benar-benar gila.)

Ini sudah hari ketiga semenjak kejadian itu. Kejadian yang selalu membuatku tidak pernah bisa tidur dimalam hari. 

Ini gila. Maksudku, Aku dan Niall hanya sepasang remaja yang bersahabat. Tidak lebih. Bukankah sungguh klise jika sepasang sahabat akhirnya menjadi sepasang kekasih?

Oh Tidak. Aku tidak akan membiarkan hal klise itu terjadi kepadaku dan Niall.

Akupun kembali terfokus dengan minuman cokelat panas dihadapanku ini, sambil bertanya-tanya apa tujuan Niall menyuruhku -memaksa sebenarnya-  datang sepagi ini di Starbucks dekat rumah. For god sake, ini bahkan masih jam 10 pagi! 

Aku benar-benar akan membunuhnya jika ia berbicara hal yang tidak penting untuk dibahas.

"Dee!!!" Aku terlonjak kaget -bahkan hampir lompat dari tempat dudukku- saat kulihat Pria bermata biru cerah itu memanggilku dengan suara yang sangat amat tidak santai.

Dengan nafas yang masih tersenggak-senggak ia berusaha menarik bangku dihadapanku dan menatapku dengan pandangan berbinar.

Aku hanya menaikan sebelah alisku, menunggu penjelasannya.

"Jadi begini..." Aku hanya menatapnya menunggu penjelasan darinya.

"Kau ingat Zayn?" Aku terdiam beberapa saat, sampai akhirnya mengangguk.

Zayn adalah temanku dan Niall semasa Junior High School. Dan saat kelulusan, ia kembali pindah ke kampung halamannya, Bradford.

"Zayn? Zayn Malik? Kenapa memangnya? Demi Tuhan, jelaskan saja Horan! Kau tahu aku paling tidak suka berbasa-basi."

Kulihat Niall hanya terkekeh dan kembali melanjutkan ucapannya,

"Jadi, ia akan kembali pindah kesini! dan ia akan pindah ke sekolah kita! bayangkan!" Serunya bersamangat, dan aku hanya menatap matanya bingung.

Maksudku, bukankah itu aneh? Zayn dan kami sudah lama tidak saling berkontak, dan sekarang Niall amat begitu bahagia dengan kepindahannya kesini?

"Aku tahu bukan itu yang membuat matamu berbinar dan bahagia, Horan." Kulihat ia hanya memutar bola matanya kesal.

"Stop memanggil nama belakangku, Hudson! Namun kau benar, bukan itu yang membuatku senang!" Aku kembali menaikan alisku, menunggu penjelasannya.

"Dia ikut Zayn kemari Dee!"

"Dia?" Aku menautkan alisku, tanda tak mengerti. Dia siapa maksudnya?

"Dia Ashley! Adik Zayn! Cinta pertamaku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Almost // n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang