Decima Quinta

1.1K 172 37
                                    


}÷{

Helaan napas pelan kembali lolos, bersamaan dengan dengkuran halus yang keluar dari bibir seorang remaja, kini sedang tertidur pulas di atas sofa begitu damai.

Si pemilik kamar, yaitu Suho kini sibuk menatap lekat remaja itu. Entah sudah berapa lama ia melakukan hal tersebut, namun Suho sadar bahwa itu cukup lama.

Beberapa saat lalu, ketika keduanya terlibat percakapan ringan, ada sesuatu yang janggal baginya. Terlebih ketika sebuah nama yang ia sebut tanpa dapat diperkirakan, yang membuat Changbin diam untuk beberapa saat hingga akhirnya tertawa lepas tak ada beban.

Suho sama sekali tidak mengerti, kenapa dirinya bisa melihat mantan istrinya di diri Changbin. Mungkin hanya sebatas imajinasi semata, namun kenapa harus pada anak lelaki ini? Mereka bahkan sama sekali tidak mirip.

Hal ini membuat Suho berpikir keras. Bertanya pada dirinya sendiri tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Mungkin terlalu menyelami kepalanya, Suho bangkit dan berjalan ke arah Changbin yang masih terlelap. Berlutut di hadapan bocah yang mencebikkan bibirnya dalam tidur itu.

Lagi-lagi bayangan Irene melintas saat maniknya memandang lamat-lamat pada figur pemuda itu. Senyum mereka sepenuhnya berbeda, cara berbicara, pun segala yang melekat di antara keduanya benar-benar tidak ada yang sama.

Namun entah kenapa, setiap kali ia menatap manik ceria milik Changbin, rasanya begitu familiar. Saat senyum terkembang atau gelak tawa mengudara dari bibir itu selalu membawa ingatannya pada sang mantan istri.

Kebetulan macam apa ini.

Changbin menggeliat pelan dalam tidurnya, menyamankan lagi kepala yang berantakan pinggiran sofa yang tak begitu besar tersebut.

Suho pun mengulurkan tangan kanannya, menuruti perintah dari kepala yang menginginkan telapak tangannya untuk menyentuh wajah remaja laki-laki itu.

"Tuan?"

Tubuhnya reflek tegak sembari tangannya yang ditarik menjauh ketika sebuah suara yang berasal dari luar kamarnya menginterupsi.
Suho dibuat gelagapan untuk sesaat, seolah nyaris ketahuan melakukan sebuah kejahatan.

"Kenapa, Bi?"

Sembari melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu kamar, Suho menyahut setelah memastikan Changbin masih tertidur.

"Ada Tuan Oh, beliau ingin bertemu."

Tepat saat nama itu disebut, pintu kamarnya terbuka lebar dan sesosok pria yang namanya di serukan berdiri tepat di hadapan.

Muka tengil dan angkuh Sehun lah yang pertama kali ia temui.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Suho menyelidik.

Diajukan pertanyaan begitu Sehun hanya mengendikkan bahunya, sebelum memasang ekspresi remeh dengan seringai di sudut bibirnya seperti biasa.

"Saya nggak boleh ketemu kakak ipar sendiri?"

Suho menghela napas kasar, muak dengan basa-basi tak bermutu yang Sehun lontarkan.

"Gak perlu basa-basi, ngomong aja langsung apa tujuan kamu kesini."

Sehun tak menjawab, melainkan melongokkan kepalanya ke dalam kamar Suho untuk mencuri pandang. Namun sebelum mantan adik iparnya itu bisa melakukan sesuatu sesuai kehendaknya, Suho telah lebih dulu mendorong tubuh itu. Dan segera menutup pintu di belakangnya seraya menatap tak bersahabat ke arah lelaki yang lebih muda.

"Kalau mau bicara, di ruangan saya aja."

Dan ia menuntut Sehun menjauh dari kamarnya, tidak ingin Changbin bertemu kedua kalinya dengan pria brengsek itu.

[23]Sagum ( 커튼) | K. Suho x S. Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang