[2]

295 28 4
                                    

Kini Nafisa, Azma juga Afa sudah ada di kampus mereka universitas impian Nafisa.

Nafisa dan Afa sudah terpisah karna beda jurusan, Nafisa dan Azma berjalan di koridor dengan buku yang berada di tangan mereka.

"Eh Ma masa tadi aku liat ustadz Fikri naik motor" ucap Nafisa dan Azma mengeriyitkan dahinya, apa salahnya coba naik motor? Aneh kadang si Nafisa tuh.

Nafisa: kok aku dibilang aneh sih?

Author: emang aneh, lagian orang naik motor aja dibicarain.

Nafisa: kan aku ikutin dialog buatan mu authorrrrr.

Author: oh iya yhak, ya udah lah back to the topik.

"Apanya yang salah coba, orang naik motor wajar lah kalo orang naik awan baru perlu di omongin" ucap Azma, tanpa disadari Nafisa tersandung sesuatu dan hampir ingin terjatuh tapi ada yang menopang dirinya. Nafisa pun langsung melihat tubuh yang menopang dirinya, laki? What cowok?

Dan Nafisa pun langsung berdiri seperti semula, ia mengambil buku yang jatuh dan ada yang membantunya. Nafisa pun melihat siapa yang membantunya ternyata.

"Ustadz Fikri" beo Nafisa melihat Fikri yang memakai jaket berwarna hitam dengan kaos warna putih polos dan gaya rambut yang disampingkan ke kiri, membuat ketampanannya bertambah.

'Aaaa, masyaAllah indahnya ciptaanMu' batin Azma tersenyum ke arah Fikri.

Nafisa dan Fikri pun kembali berdiri, Fikri merapikan jaketnya yang sempat kusut sebentar dan kembeli tersenyum.

"Kamu ngak papa?" tanya Fikri pada Nafisa yang sedang tersenyum menatapnya, Fikri melambaikkan tangannya seketika Nafisa tersadar dan reflek menggeleng.

"Alhamdulillah" ujar Fikri tersenyum sembari menghembuskan nafasnya.

"Ngak nanya in saya ustadz?" tanya Azma tersenyum, Fikri hanya tersenyum kikuk dan menggeleng. Azma kembali memasang wajah datarnya.

"Ustadz tidak papa?" tanya Nafisa menaikkan kedua alisnya seraya tersenyum.

"Alhamdulillah tidak apa" ucap Fikri tersenyum dan membasahi bibirnya yang kering dengan lidahnya.

"Mmm, kalo bisa disini ngak usah panggil ustadz Yha" ucap Fikri dan mereka berdua mengerutkan dahi.

"Terus panggil apa?" tanya kompak mereka berdua membuat Fikri tersenyum manis.

'Ya Allah manis banget senyumnya, astagfirullah' batin Nafisa beristigfar.

"Panggil... Terserah kalian" ucap Fikri dan seketika mereka langsung berpikir.

"Mas?" tanya Nafisa, Fikri tersenyun bahagia mendengar panggilan 'Mas' dari Nafisa.

"Boleh" ucapnya tersenyum dan Nafisa menundukkan wajahnya tak berani melihat ketampannan Fikri.

Afa sedang berjalan-jalan mencari Nafisa, otaknya selalu dipenuhi Nafisa-Nafisa terus. Bucin memang.

Saat sedang jalan ia melihat orang yang sedang ia cari, Afa tersenyum. Tapi senyumnya pudar melihat Fikri sedang bersama Nafisa. Afa pun langsung menghampiri mereka dengan wajah datarnya, cemburu lah namanya.

"Ekhemmm" mereka pun langsung menoleh ke arah deheman itu berasal, jantung Nafisa semakin tidak beraturan dua lelaki idaman-nya ada disini, ya Allah rasanya pipi ini memanas.

"Ngapain berduan?" tanya Afa dingin, Azma tak terima dirinya dianggap tidak terlihat apa? Bisa-bisanya dibilang berduan.

"Eh kuda nil, berduan apa cobak? Lah aku disini!" ujar Azma berkacak pinggang tapi wajah Afa terlihat seperti orang bego, tepatnya bego benaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When Hearts Speak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang