Flashback
dimana tragedi "peminjaman jaket hitam" terjadi.
.
"Nabila, hujan."Yang di panggil Nabila cuma decak, ketara kesalnya di balik sambungan telpon. Air hujan, bahasa Thailand, dan kunyahan keripik singkong adalah backsound percakapan mereka.
"Gue udah bilang mendung sejak sebelum gue pulang, ukeku sayang. Makanya, jangan asik gambar mulu!"
Si uke yang tak lain tak bukan adalah Satya desus kesel, sedikit nyesel karena abai sama Nabila tadi. "Tanggung, bangsat."
"Udah gue ingetin, anjeng."
"Terus gimana ini?"
Sesungguhnya, susah pake banget buat Nabila kalo harus abai sama uke kesayangannya yang tsundere akut ini. Gemes, kampret. Tapi, marathon drama di hari hujan + camilan itu nomer satu buat Nabila. Titik.
"Kok tanya gue?"
"Jemput, jancok."
"Ogah, gue lagi nonton Together with me the next chap—fuck, adoh bang Korn ganteng—"
"Nabila!"
"Pulang sendiri, jancok. Gausah manja!"
Satya ngedumel. Memaki maki sahabat sehidup ga sematinya itu karena lebih milih film homonya. Padahal dia lebih nyata, di depan mata. Protesnya sih, gini "hubungan lo backstreet, ga pernah ngasih asupan live. Jelas gue lebih milih nontonin Hana Baozi atau P' Both sama New year, bye!"
Bener, sih. Kalo Satya jadi Nabila, dia jelas milih yang nyata walaupun virtual daripada yang asli tapi rahasia. Satya desus, kepalanya dongak ke atas. Hujannya masih deres. Tiba tiba dia dapet ide dan langsung ngambil hape buat nelfon orang di panggilan cepat angka 4.
"Bang Yudha!" teriak kenceng begitu panggilannya ke sambung.
"Kenapa, dek?"
"Dimana?"
"Neduh, habis dari bengkel Brandon. Why?"
"Kok neduh?" bodo, Satya malah tanya balik, ngegas pula.
"Gue lupa bawa jas hujan."
"Halah," pupus sudah harapan Satya. Padahal cuma abangnya orang terakhir yang bakal dia mintain tolong buat jemput.
"Kenapa, sih? Belum pulang?"
"Deres gini hujannya."
"Pesen taksi online aja. Rencana gue juga langsung cabut ke Malioboro, gak pulang."
"Yaudah, bye!"
BIP!
Satya gak marah, dia cuma kesel aja. Masalahnya, duitnya sekarang cuma nyisa dikit, karena buat beli kertas gambar. Mana cukup buat mesen taksi online? Mau naik bis juga kudu lari ke halte dulu. Kalo dia gak bawa tas sih, oke. Ini di tas isinya tugas semua, bro. Kalo basah, kacau.
Akhirnya Satya cuma bisa diem, berharap hujannya reda. Sesekali dia celingak celinguk, siapa tau dia bisa nebeng temen atau orang yang dia kenal. Sampai muncul seorang cowok lumayan tinggi yang jelas Satya kenal. Tangannya hampir ke angkat dan suaranya hampir aja keluar.
Tapi, luntur gitu aja waktu Satya liat cowok itu gandengan sama cewek. Matanya ngeliat dua makhluk beda jenis kelamin itu lari ke parkiran. Si cowok bukain pintu buat si cewek. Dia senyum sama ceweknya begitu naik ke kursi kemudi dan ninggalin parkiran kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
versUS [my]
Short Story[COMPLETED] "lo aneh. kemaren deklarasiin diri jadi lawan gue dan sekarang, kenapa lo sok peduli?" -Satya "karena lawan bisa jadi kawan, atau mungkin malah jadian. ibaratnya air sama minyak, sama sama cair tapi tetep berlawanan. gabisa nyatu, tapi b...