Bagian 5 - GARDEN COFFEE & TEA

100 6 0
                                    

Haii...

Author balik sebelum tahun baru, padahal kemarin bilangnya mau lanjutin kalo habis tahun baru hehe..

Berhubung hari ini lg seneng makanya author kasih lanjutannya sekarang, sekalian upload cerita baru judulnya "one step closer" ini oneshoot, jangan lupa baca ya... :)

happy reading..

Hari ini kedai kopi Alan resmi berganti nama menjadi GARDEN COFFEE & TEA. Ternyata respon dari pelanggan kami yang terdahulu lumayan bagus. Aku senang ternyata mereka menyukai perubahan ini. Lega rasanya melihat tempat ini semakin ramai. Semoga Alan juga menyetujui keputusanku ini. Aku memandang langit dari balik kaca yang menghadap kejalan dan tersenyum. Apa kabar kamu Alan?

Semua karyawan sibuk melayani pelanggan. Termasuk Elsa yang sibuk dibalik meja kasir. Aku melihat Dio yang sedang sibuk berbincang dengan rekan-rekan kerjanya yang datang berkunjung untuk melihat cafe barunya.

Hari ini waktu berjalan terasa sangat cepat. Mungkin karena kami semua terlalu sibuk dengan pelanggan sehingga tidak sempat memperhatikan jam. Aku menyuruh semua karyawan untuk pulang terlebih dahulu. Aku tahu mereka sangat lelah karena mereka sudah bekerja ekstra keras hari ini.

Aku sedang membersihkan dapur saat aku mendengar seseorang memasuki tempat ini. Aku pastikan itu adalah Dio, karena yang mempunyai kunci tempat ini hanya aku dan dia.

“Kamu belum pulang?” Ternyata benar Dio lah yang bertanya.

“Belum. Masih ada sedikit pekerjaan. Aku harus membersihkan tempat ini dulu.” Jawabku setelah meliriknya sekilas dan kembali menata gelas-gelas yang selesai aku cuci. “Kenapa kamu kembali kesini? Aku kira kamu udah pulang.”

“Aku tadi pergi ke kantor sebentar untuk menyelesaikan pekerjaan. Aku kira tempat ini belum tutup makanya aku kembali kesini. Kau belum berencana untuk pulang?”

“Sebentar lagi. Pulanglah jika kamu ingin pulang.”

“Aku akan mengantarmu pulang.”

“Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri. Rumahku dekat dari sini, hanya lima belas menit naik bis.”

“Ini sudah malam. Tidak mungkin aku membiarkanmu pulang sendirian apalagi menggunakan kendaraan umum seperti itu.”

Aku mengela nafas. “Baiklah tunggulah di mobil. Aku akan menyusul.”

Dio mengangguk dan pergi keluar. Sebenarnya dia orang yang baik. Hanya saja sikapnya terkadang terlalu dingin dengan orang lain. Dan sifatnya yang sering meremehkan orang lain.

Aku segera menyusul Dio ke mobilnya setelah memastikan semua jendela tertutup rapat dan pintu telah terkunci. “Ayo.” Ajakku setelah memasang sabuk pengaman.

“Dimana rumahmu?”

“Ikuti saja petunjukku.”

Dio melajukan mobilnya. Kami tidak banyak berbicara. Dio hanya sesekali bertanya keadaan kedai hari ini. Dan aku sama sekali tidak tertarik untuk tahu tentang pekerjaannya. Aku hanya menjawab pertanyaannya dan sesekali memberi petunjuk arah menuju rumahku.

Lima belas menit kemudian mobil Dio telah memasuki pekarangan rumahku. Dio keluar terlebih dahulu dari mobil dan membukakan pintu untukku. Aku keluar dan melihat Ibuku telah berdiri sambil tersenyum di depan pintu. Sepertinya dia mendengar suara mobil Dio masuk pekarangan tadi. Kemudian Ibuku mendekat kearah kami.

“Terima kasih sudah mau mengantar Tita pulang. Kamu teman Tita?”

“Sama-sama tante. Saya rekan bisnis Tita di kedai. Nama saya Dio, tante.” Dio memperkenalkan diri pada Ibuku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Coffee and TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang