Pagi ini ku keluarkan apa yang sudah kujaga dari semalam. Kupandang-pandangi setiap dua jam sekali karena aku khawatir mereka rusak. Aku tak bisa tidur nyenyak. Kucoba memastikan mereka tetap cantik, ku masukkan mereka kedalam kulkas saat sudah tengah malam. Kucoba menghubungi Raga untuk bertanya bagaimana treatment lanjutannya, namun Raga tak kunjung membalas. Entah sengaja atau sudah tertidur pulas. Karena aku tak tahu bagaimana treatment "benar" nya, jadi lah aku tak bisa tidur untuk mengecek mereka setiap 2 jam sekali.
Aku dan kelompokku hanya perlu waktu 5 menit untuk menyelesaikan tugas menghias bunga itu. Sudah ada vas kaca di kelas, hanya perlu diganti airnya. Kubuka kertas koran penutup bunga beserta daun-daunnya. Kuperhatikan kelopak bunganya yang ternyata baik-baik saja. Manda, teman sebangku ku mulai memotong tangkai bunga agar pas saat disusun dalam vas. Lalu saat bunga sudah tersusun, giliranku meletakkan daun pandan di kanan kiri nya. "Eh kurang, tunggu", protes Putra mengagetkan. Tiba-tiba juga ia lari entah kemana dan kembali membawa daun-daun yang katanya dipetik dari pinggir lapangan. Kami mulai menyusun daun hasil curian Putra tadi. Letakkan di kanan, di kiri, di atas, dimana-mana yang menurut kami bagus untuk dilihat, walau daun curian itu malah menggantikan daun pandan yang tadinya sudah serasi dalam vas. Lalu hasilnya ...
"Eh foto dulu, foto", ucap Manda bahagia.
"Pinjam hp dong yo", lanjut Manda menodong Rio yang kamera ponsel nya paling bagus diantara kami ber-empat.
Satu foto, dua foto, "ada yang mau foto bareng karangan ga?" Tanya Manda.
"OGAH. Gua ga narsis kayak lu." Jawab Putra menyindir sekaligus bercanda.
"Yeeeee awas lu ya kalo minta foto nya. Ga bakal gua kirimin. Foto nya buat gue, Rio sama Hera aja", sahut Manda jutek. Selanjutnya, Manda tidak memedulikan apa kata Putra. Ia sibuk memegang ponsel Rio untuk mengirim foto karangan tadi ke akun whatsapp nya sendiri dan ke whatsapp ku.
"Tuh ya ra udah gue kirim ke whatsapp lu", lanjutnya.
"Thanks nda... yaudah yuk ke ruang guru, laporan sama bu Asih", ajakku.
"Eh patungan nya gimana nih? Berapa-berapa ra?" Tanya Rio.
"Tujuh puluh ribu bagi empat berapa?" Tanyaku membalas Rio.
"Tujuh belas ribu lima ratus", jawab Manda cepat. Aahh anak itu memang cepat jika berurusan dengan matematika.
"Yaudah ntar aja dah, ayo laporan dulu", kataku.
YOU ARE READING
Bung... Ga
RandomHera yang hanya berfokus pada tugas nya mencari bunga demi bahan mengerjakan tugas sekolah, tiba-tiba bertemu dengan lelaki bernama Raga. Namun jangan harap kisah mereka akan menyenangkan. Kenapa?