Setelah aku dan teman sekelompokku bahagia melihat hasil karangan bunga yang menurut kami menakjubkan. Setelah kami berbahagia melihat nilai 90 yang diberikan bu Asih atas tugas mengarang itu dan setelah aku mendapatkan uang patungan, pikiranku terbang ke seorang lelaki yang meminta foto hasil karangan kami. Bagaimana ya? Sejujurnya aku tak ingin berurusan dengannya, tapi aku sudah terlanjur meng iya kan permintaannya.
"Nda..." aku mulai memanggil Manda yang saat ini sedang sibuk mengunyah roti bakar yang ia bawa dari rumah.
"Apaan ra?" Jawabnya. Perlahan-lahan ku ceritakan apa yang sedang ku pikirkan. Tentang bunga, penjual nya dan seorang lelaki bernama Raga yang tiba-tiba muncul sampai berakhir meminta foto hasil karangan bunga kami.
"Cakep ga?" Tanya nya dengan mata berbinar dan suara heboh. Untung saja makanan dalam mulutnya tidak menyembur keluar.
"Ahelaahhhh jangan gatel laahh, gua bilangin Rio lu. Jangan gegara ganteng terus lu nyuruh gue nge chat dia ya", jawabku kesal.
"Ahelaahhh serius banget elu mah. Kirim lah, kan lu udah bilang mau ngirim. Lagian secara tidak langsung, dia udah bantuin kita ngasih tau caranya nyimpen tuh bunga", jawab Manda mulai serius.
"Tapi masa gue nge chat dia duluan nda? Gue kan cewek" Jawabku.
"Yaudah tunggu tiga hari, klo dia ga muncul ya lu kirim aja foto bunga nya, udaahhh... Gausah patriarki lah ra, sekali-sekali", jawabnya yang langsung ku iya kan saja karena aku setuju dengan saran nya.
--------------------------------------------------------------
Hari ini, tepat 3 hari setelah aku mendapat nilai bagus untuk tugas karangan bunga itu. Namun Raga tak kunjung menghubungiku. Terakhir kali kami berbalas pesan ya hanya di hari aku dan ia bertemu di toko bunga tempo hari. Tepat nya Selasa sore. Setelah itu? Ia tak mengirimiku pesan apapun dan aku terlalu tidak memikirkannya.
"Ku kirim saja lah daripada aku terbebani janji", batinku mantap.
Pukul 19.31 kukirimkan foto hasil karangan itu tanpa basa-basi apapun. Butuh waktu 2 jam untuk mendapatkan balasan yang malah mengagetkanku.
"Maaf, maksudnya apa ya kamu kirim foto itu?" Balas Raga melalui whatsapp nya itu.
"Lho kan mas yg minta foto karangan bunga ku. Ya itu hasilnya", balasku bingung.
"Oohh... Hera pasti ga lihat status Raga ya?" Tanya nya.
"Enggak", jawabku mulai malas. Sebenarnya dia bercanda atau bagaimana sih? Kok malah kemana-mana pembahasannya. Sok ga ngerti pula.
"Jadi gini, Hera. Aku Anna, kakak nya Raga. Sejak hari Rabu tuh Raga sakit dan langsung diinapkan di rumah sakit. Tapi sayang nya Raga meninggal pas Rabu malam", jelas seseorang yang menggunakan akun whatsapp Raga. Tunggu. Secepat itu? Saat aku bertemu dengannya, dia tampak sehat wal afiat, sehaaat sekaallii... Namun itu fisik luar nya sih, entah kenyataannya.
"Nah untuk sementara waktu, ponsel nya aku yang pegang untuk jaga-jaga kalau ada orang yang belum tahu kabar Raga dan menghubungi Raga ke nomor ini", lanjutnya.
"Innalillahi... maaf ya kak, aku ga liat status nya Raga. Semoga Raga dilapangkan kubur nya ya kak, diampuni dosa nya dan istirahat tenang disana. Kakak dan keluarga yang tabah ya kak", balasku berusaha se-sopan mungkin. Entah apa yang kurasakan saat ini. Aku tak merasakan simpati pada nya. Aku tak merasa sedih. Aku hanya bingung, mungkin. Terkesan tak enak hati karena berpikir aku dikerjai oleh Raga yang menyebabkan aku menjawab singkat terkesan ketus.
"Amiinn... makasih ya Hera atas doa nya. Oiya, kamu temen baru nya Raga ya? Soalnya aku belum pernah dengar cerita tentang kamu", balas kak Anna.
"Iya kak, aku baru ketemu Raga hari Selasa siang di toko bunga. Lalu dia minta aku mengirimi hasil karangan bunga ku. Makanya aku kirim foto tadi. Cerita singkat nya sih gitu kak", balasku dengan harapan sang kakak tak membalas lagi.
"Oalah... Yasudah, anggap saja itu karangan bunga duka untuk Raga hehehe...", jawab kak Anna. Kali ini jawabannya malah membuatku sedih. Aku mengartikan balasannya itu sebagai memori dari otak kak Anna terhadap adiknya. Aku berpikir kak Anna rindu dan mulai membahas kemungkinan Raga meminta karangan bunga duka padaku. Aku curiga kak Anna akan menceritakan "Raga sudah menunjukkan kematiannya karena ia meminta karangan bunga bahkan dari orang yang tak dikenal". Aaahhh tapi aku jahat sekali memikirkan itu semua di saat seperti ini. Memikirkan segala asumsi ku yang tak akan terbukti kebenarannya karena hubunganku dan kak Anna, bahkan dengan Raga, hanya sampai situ saja.

YOU ARE READING
Bung... Ga
AcakHera yang hanya berfokus pada tugas nya mencari bunga demi bahan mengerjakan tugas sekolah, tiba-tiba bertemu dengan lelaki bernama Raga. Namun jangan harap kisah mereka akan menyenangkan. Kenapa?