Cerpen dari Momozaa20 sebagai cerpen favorit
Penulis: Sara
Aku hanya terdiam memandang langit.
Tidak tahu ke mana harus melangkah, hatiku gundah, mencari cara dan jalan agar bisa
kembali. Gelap gulita.
"Hei bocah!" Aku menoleh mendapati seorang pria berseragam tentara, ia tengah mencoba menghampiriku.
Hal ini membuatku teringat akan Anastasia, di mana dia? Adikku yang malang.
Terakhir yang aku ingat, ia bersamaku. Tapi kini mengapa aku sendiri?
"Hei!" panggil tentara itu, aku memaku, apakah aku akan ditembak seperti tadi? "Dasar tuli!" Ia mendatangiku.
Badannya berdarah, seragamnya benar-benar tidak terurus, lusuh.
"Kamu kenapa?" Bodoh! Mengapa malah kata-kata itu yang meluncur dari bibir ini.
"Aku mati tadi pagi tepat saat ingin membawa mayatmu," ucapnya santai. Tunggu! Aku? Mayat?
"Hansel!!!" Teriakan Anastasia membuatku menoleh, rasanya sangat dekat. Gadis berambut pirang itu kini menangis, memeluk tubuhku.
Kalau itu tubuhku lalu aku apa?
Gadis berusia 16 tahun itu meraung tanpa henti, seragamnya penuh dengan darah yang
mengalir deras dari kepalaku.
"Hansel, jangan mati." Dia terus meracau.
"Hei! Aku di sini, tidak mati!" Aku berteriak kencang tapi dia seolah tuli.
Para pasukan Nippon itu menarik tubuh adikku secara paksa. Gadis manis itu melawan.
Wajah cantiknya sudah lebam karena tamparan dari para tentara Nippon yang tak berperasaan itu.
Aku meringis melihatnya. Aku mendekat berusaha menggapai tubuh Anastasia.
"Tidak ada gunanya," ucap tentara itu. Aku mengangkat alis.
"Kamu mati! Mati!"
"Omong kosong, aku tidak mungkin mati, tidak. Dasar pribumi." Aku mungkin menghina
terlalu dalam, tapi ini kenyataannya. Aku terlalu takut jika terjadi sesuatu pada Anastasia.
"Terima kenyataan."
Aku melayang pergi. Jiwaku tidak bisa kemanapun selain bertahan di sekolah ini.
*
Sudah berapa puluh tahun aku di sini?
Entah aku tidak menghitungnya.
Saat ini, sekolah ini bertambah bagus. Sudah banyak perubahan dari zaman ke zaman.
Hanya saja koridor tempatku meregang nyawa ini tidak pernah dikunjungi. Benar-benar
angker. Tapi memang banyak mahkluk sepertiku di sini.
"Hiks... Hiks..." Aku mendengar suara tangisan, bergeridik sendiri aku mendengar tangisan itu, mungkin jika disimpulkan aku adalah hantu penakut.
Aku mendapati seorang gadis, aku yakin dia manusia.
Aku mendekati nya, ini pertama kalinya aku mampu menghirup aroma parfum, setelah
puluhan tahun aku tidak bisa bernapas.
"Kenapa?" Dia sadar? Sadar akan kehadiranku?
Aku menjawab, "Kamu bisa denger dan lihat aku?"
Wajahnya yang sembab menatap manik mataku. Manik mata yang mengingatkanku akan
Anastasia.
Jika aku masih punya jantung mungkin jantungku akan berdetak kencang. Wajahnya cantik, dengan dagu panjang namun sempurna dan hidung mancung. Sangat cantik, membuatku teringat Anastasia.
Ia mendelik.
"Aku bisa lihat hal yang gak bisa dilihat orang. Dan aku juga benci makhluk seperti kamu. Pergi!"
Aku mundur, salahku apa? Hansel van den Hugh tidak pernah menerima penolakan.
"Apa? Kenapa jadi marah sama aku?" Gadis itu mendekat, entah kenapa aku yang hantu
tapi aku yang takut.
"Jangan buat hariku makin kacau, kapan aku bisa hidup normal, punya pacar, kapan?" Aku
jadi iba.
"Pacar? Pacar itu apa?" Gadis itu tampak makin gusar, sedangkan aku hanya meringis tidak
tahu apa-apa.
"Dua orang yang berkomitmen, dasar setan!" umpat gadis itu lalu pergi, aku tertawa melihat ekspresi lucunya.
"Hei, namamu siapa?" tanyaku agak berteriak.
Dia berhenti. "Giselle."
Aku berhenti tertawa. Giselle adalah nama impian Anastasia jika kelak ia memiliki
keturunan.
Aku tidak salah menduga, dia cucuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Member FPP
Short StoryCerpen-cerpen pilihan terbaik karya member FPP generasi 1