story

152 11 3
                                    

Baru saja aku melihat dia. Hanya beberapa detik. Tapi dia berhasil membuat jantungku hampir meloncat keluar dari tempatnya. Untung aku berhasil memeganginya sehingga jantungku tetap berada ditempatnya. Berlebihan memang, tapi inilah kenyataanya. Sejak bertahun-tahun lalu tidak pernah berubah.

Ini pertama kali aku melihatnya lagi setelah dia menghilang. Bukan menghilang yang sebenarnya. Tapi saat itu dia kakak kelasku. Jadi saat dia lulus otomatis dia menghilang dari pandanganku. Dulu aku mendengar desas desus dari teman-temanku bahwa dia melanjutkan SMA-nya diluar negeri. Dan aku kira aku tidak akan pernah melihatnya lagi.

Dari dulu aku memang hanya berani melihatnya dari kejauhan. Tidak pernah terpikir olehku untuk mendatanginya, mengajaknya berkenalan, atau bahkan nekat menyatakan cinta padanya seperti yang dilakukan oleh gadis-gadis yang juga mengaguminya sepertiku. Aku merasa cukup melihatnya dari kejauhan. Entah itu menontonnya bertanding futsal dari pinggir lapangan sekolah atau diam-diam memperhatikannya saat dia sedang duduk santai didepan kelas. Saat itu kelas kami memang berhadapan, hanya dipisahkan oleh sebuah taman kecil ditengah.

Dia yang selalu membuat jantungku jumpalitan setiap berpapasan di lorong sekolah. Lucu memang saat itu aku hanya bisa menunduk malu pada saat bertemu dengannya. Bahkan aku yakin saat itu dia tidak memperhatikanku. Tetap saja aku tidak sanggup melihatnya dari jarak dekat. Kalau pun aku berani mungkin saja jantungku akan berhenti berdetak secara tiba-tiba.

Dia adalah ketua OSIS dan anggota tim futsal sekolahku saat itu. Siswa paling populer dan paling dikagumi. Prestasi akademinya juga tidak bisa dianggap remeh. Sempurna,  hanya itu satu kata yang bisa menggambarkan dirinya. Tapi tidak sesempurna yang orang bayangkan ternyata. Aku sering mendengar teman-temanku membicarakannya di kantin sekolah. Beberapa kali dia diskors karena membolos pelajaran di kelas, keluar sekolah tanpa ijin pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, dan pernah terlibat perkelahian dengan temannya sendiri. Kata mereka karena hal itulah dia dikirim orang tuanya untuk sekolah diluar negeri.

Setelah lima tahun berlalu, secara fisik dia tidak banyak berubah. Mungkin hanya bertambah tinggi dan badannya sedikit lebih kekar. Selebihnya aku masih bisa mengenalinya meskipun mesikpun hanya melihatnya sekilas. Penampilannya tetap membuatku terpesona dengan kemeja hitam berlengan panjang yang digulung hingga siku dan celana bahan hitam.

Saat ini aku masih menimbang-menimbang apakah aku harus datang dan menyapanya sebentar saja. Tapi masalah apa dia bisa mengenaliku. Dulu kami hampir tidak pernah saling menyapa. Seingatku hanya sekali dia bicara padaku. Saat itu pulang sekolah, aku pulang terlambat karena harus mengumpulkan buku tugas matematika teman-teman sekelasku dan menaruhnya di ruang guru. Ketika keluar dari ruang guru aku melihat dia juga keluar dari ruang kepala sekolah yang berada tepat disamping ruang guru. Dia sedikit aneh, ada beberapa luka memar diwajahnya dan seragamnya berantakan. Tanpa sadar aku terus menatapnya dengan wajah heran.

“Berhenti menatapku seperti itu. Sudah cukup aku terkena hukuman karenamu.” Ucapnya sebelum pergi meninggalkanku yang masih bingung. Apa maksudnya terkena hukuman karenaku? Bahkan aku tidak pernah bicara padanya sebelumnya.

“Hey, apa maksudmu bicara seperti itu?” Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah berlari jauh didepanku dan menghilang ketika aku baru saja sampai di gerbang sekolah.

Sampai sekarang aku masih belum mengerti ucapannya saat itu. Aku tersenyum sendiri mengingat masa remaja yang kuhabiskan dengan cinta yang tidak pernah terungkap. Cinta pertama yang aku rasakan dan masih terbawa sampai sekarang. Kalau dihitung-hitung sudah tujuh tahun sejak aku menyadari bahwa aku menyukainya.

Sekarang aku sedang berada diantara ratusan orang yang menghadiri acara reuni akbar SMP-ku dulu. Ada sepuluh angkatan yang menghadiri acara ini. Aku mengedarkan pandanganku berkeliling. Mencari-cari dia diantara ratusan orang yang hadir disini. Tempat ini sangat luas. Reuni sengaja diadakan di halaman sekolahku dulu. Aku masih memfokuskan mataku memperhatikan sekeliling. Dan aku melihatnya, bersama seorang wanita. Aku mngenali wanita itu. Teman satu angkatan denganku yang pernah dikabarkan pacaran dengannya. Mereka terlihat sangat akrab. Sesekali wanita itu tersipu setelah mendengar perkataan pria dihadapannya. Apa mungkin mereka masih menjadi sepasang kekasih sekarang? wanita itu terlihat sangat cantik dengan gaun merah diatas lututnya dan bagian atas terbuka tanpa tali penopang memperlihatkan bahunya yang indah.

One Step CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang