NOTE: Baca pengumuman di akhir. PENTING BANGET!!
***
Setelah mendapat kabar dari Vina yang baru saja menelpon Dania, Angga memutuskan untuk ikutan belajar bareng di basecamp mereka itu malam ini. Padahal mah, akhirnya nanti ga bakal belajar.
Gimana mau belajar, buku aja gak ada dibawa...
"Si Abun datang, nggak?"
Vina mengangguk, lalu kembali fokus pada ponselnya. "Kenapa emang?"
"Pengen gue goreng," jawab Angga datar.
Vina mengangguk-angguk lagi. Ia menghela napas panjang. "Bagus. Jangan lupa bagi ke gue," tambah gadis itu makin ngawur.
"Makanya jangan ngambil keputusan saat marah, Ngga." Vina mulai ngebacot lagi.
"Si Asya nelponin gue dari tadi." Angga mengubah topik. Ia menyodorkan ponselnya pada Vina.
Vina bergidik kaget. Lebih puluhan kali gadis itu menelpon Angga. "Kenapa gak diblokir aja sih?" saran Vina meletakkan ponsel Angga di dashboard.
Angga diam. Ia seperti memikirkan jawaban yang tepat dari pertanyaan Vina, "Kasihan," jawabnya.
"Kasihan?" Vina meninggikan suaranya. "Lo gimana sih? Random banget. Satu sisi lo gak suka sama Asya, satu sisi lo masih merasa kasihan ke dia? Angga.. Angga, makanya tuh anak selalu berharap ke elo." Vina berdecak kesal.
"Lo ngasi harapan," sambung Vina tak suka.
"Gue gak kasi harapan apapun!"
"Lo ngasi harapan, bego," umpat Vina. Ia ingin merontokkan semua helai rambut pemuda itu sekarang. "Itu namanya ngasi harapan."
Angga diam. Ia menghela napas kasar. "Yaudah blokir aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling Me
FanfictionKedatangan siswi baru di kelasnya membuat Angga berniat untuk mengekorinya. Angga yang terkenal ramah awalnya cuma berniat untuk berkenalan dengan gadis berambut panjang dengan manik mata coklat itu. Namun, sifat dari siswi baru itu menarik perhatia...