-Ketika rasa itu hinggap, cara untuk menghilangkannya hanya satu yaitu berusaha melupakan. Tapi itu sangat tidak mudah-
"Dan..woi! Dan!" Angga berbisik mencoba memanggil Dania yang dua jarak bersebrangan beda kursi dengannya.
Bu Salma sedang menjelaskan membuat dirinya tak bisa bersuara lebih keras lagi. Cukup tadi dia sudah disuruh berdiri di depan kelas sambil mengangkat kaki selama 10 menit. Gara-gara berteriak tidak jelas bahkan sampai menggoyang-goyangkan tubuh guru itu. Dasar anak dugong. (Paan sih..bidadari, bidadari) Hm, untung Bu Salma. Kalo pak Rakri, hedehh...sepekan baru kelar tuh hukuman.
Angga berdecak. Dania sengaja mengacuhkannya. Gadis itu malah terang-terangan menutup kedua telinganya.
Angga beralih menatap gadis disamping Dania yang masih fokus mendengar bu Salma menjelaskan. Ia tersenyum lebar. Membayangkan betapa manisnya gadis itu saat memandangnya tanpa ekspresi tadi.
"Uww...cantik amat sih, neng geulis" Angga menopang dagu sambil terus menatap dari belakang gadis itu. Rambutnya saja sudah bikin Angga kesemsem. Gimana wajahnya sih, ah.
"Woi, Angga. Ngapain lo pe'a?"
Angga mengumpat kesal melirik tak suka ke arah Abun yang sudah merusak aktivitas indahnya."Ck, apa sih lo. Belajar sono. Biar punya otak dikit," sarkas Angga lalu kembali memandang Zara dengan terpana.
"He, anjing. Trus lo kagak belajar." Kali ini Abun menarik dagu Angga dengan tidak santuy nya membuat pemuda itu meringis kecil.
"Sakit, kampret." Angga mengusap dagunya lalu menoyor kepala Abun, "gue mah udah pintar," sambungnya lalu menarik rambutnya ke belakang, bergaya sok ganteng sambil menaikan satu alisnya.
Abun mencibir saja. Ia tak mau mencari masalah dan malah bernasib sama dengan Angga yang tadi sudah kena hukuman.
"Ok. Jadi, kalian coba ngerjain tugas halaman 123, bagian b, ya. Ibu mau keluar sebentar," lata Bu Salma mengakhiri penjelasannya.
"Keluar lama juga gak papa kok, bu," bisik Ajil lalu bertos ria dengan Junior sambil terkikik. Diikuti oleh Abun dan Angga yang mengangguk setuju.
"Dan kalian.." keempat pemuda yang tadinya asyik dengan dunia mereka, menoleh. Entah, merasa bila Bu Salma memang memanggil mereka.
"Bikin masalah, awas ya!"
Benar. Itu untuk mereka berempat.
Angga terkekeh, "hehe..gak kok, bu. Angga kan anak baik," katanya sambil mengangkat tangan memberi tanda 'peace'.
"Jangan banyak gaya kamu, Angga. Nanti ibu suruh jadi satpam kelas, mau?" Kata Bu Salma dengan nada marah yang dibuat-buat. Setelah itu keluar dari kelas mereka
Teman-temannya terkikik senang. Angga selalu saja kena omelan seperti ini.
"Gue lagi elahh.." Angga memutar bola matanya.
Ia ingin sekali mengumpat keras, namun niatnya ia urungkan saat ekor matanya kembali melihat gadis yang kini sedang meminum air dari botolnya.
Ia berbinar, minum air aja cantiknya udah memancar gitu. Uh.."Woi, Dan!" Angga mencoba kembali memanggil Dania. Ia masih malas untuk sekedar mengangkat kaki dan berjalan menuju tempat gadis yang sudah membuat berbinar.
Dania menghela napas kasar, malas sekali bila harus berurusan dengan Angga. Ia tahu bila pemuda itu mau bertanya soal Zara yang kini jadi teman semejanya.
"Dan, dari tadi lo dipanggil tuh sama cowok yg telat itu" sepertinya Zara juga sudah muak mendengar pemuda itu berkali-kali memanggil Dania.
"Ck, gak usah dijawab. Dia itu gak waras," kata Dania berbisik sambil menghadap Zara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling Me
أدب الهواةKedatangan siswi baru di kelasnya membuat Angga berniat untuk mengekorinya. Angga yang terkenal ramah awalnya cuma berniat untuk berkenalan dengan gadis berambut panjang dengan manik mata coklat itu. Namun, sifat dari siswi baru itu menarik perhatia...