Winwin berdecak pelan ketika matanya melihat jarum jam yang menunjukkan tepat pukul delapan pagi. Ia sedikit kesal, karena suaminya—yang bernama Nakamoto Yuta belum keluar dari kamar mereka. Padahal satu jam lagi suaminya itu harus pergi bekerja.
Dengan langkah gontai, winwin kembali berjalan menuju kamarnya dan yuta sembari mengoceh pelan akan sifat malas yang dimiliki suaminya itu sejak mereka masih berpacaran, salah satunya adalah; yuta malas bangun pagi. Hingga berkali kali pria itu terlambat ketika ia masih menempuh pendidikannya.
Tangan kanan winwin bersiap membuka pintu ketika ia tiba di kamarnya dan yuta. Namun ada sesuatu yang membuat winwin mengurungkan niatnya. Samar samar ia mendengar suara yuta yang tengah berbincang—entah dengan siapa, yang pasti suaminya itu tengah menelpon seseorang.
Otomatis winwin mendekatkan telinganya ke pintu kamar; untuk menguping pembicaraan suaminya dengan orang asing tersebut.
"Kapan kau tiba?"
"Sepuluh menit lagi."
"Baiklah.. Aku menunggumu."
Winwin menjauhkan telinganya dengan kedua alisnya yang mengernyit. Batinnya bertanya tanya; siapa orang yang ditelpon oleh suaminya, dan kenapa nada suaminya terdengar sangat ceria di akhir pembicaraan?
Hatinya tentu sedikit panas mendengar yuta yang terlihat sangat akrab berbincang dengan orang asing melalui ponselnya. Sungguh! Winwin sangat kesal, ia dan yuta baru saja menikah. Harusnya yuta lebih sering menghabiskan waktu bersamanya daripada menelpon orang yang menurutnya—dilakukan diam diam oleh suaminya.
Dengan kesal, winwin membuka pintu itu sedikit kasar. Hingga membuat yuta terkejut dan reflek menoleh kearahnya, namun pada akhirnya pria itu mengukir senyum kecil di bibirnya.
"Sarapanmu sudah siap." ucap winwin datar. Tapi ia berusaha untuk menyembunyikan raut kesalnya.
Yuta mengangguk, lalu bangkit dari ranjangnya untuk mendekati winwin. Kedua tangannya ia lingkarkan pada pinggul ramping tersebut, sedangkan wajahnya ia dekatkan pada wajah istrinya; yuta ingin memberikan kecupan lembut pada bibir cherry tersebut.
Jika pada hari sebelumnya winwin senang akan perlakuan yuta tiap pagi, maka kali ini ia menjauhkan wajahnya ketika yuta hendak mencium bibirnya.
"Kau kenapa?" Tanya yuta dengan menatap winwin bingung. Aneh, biasanya istri manisnya ini tak pernah menolak jika ia hendak menciumnya.
"Cepat makan sarapanmu." winwin tak membalas pertanyaan yuta. Ia melepaskan tangan yuta yang melingkari pinggulnya, lalu melangkah menuju dapur.
"Mungkin kah aku bau ketiak?" Yuta bertanya pada dirinya sendiri sembari mengendus kedua ketiaknya.
Pada akhirnya yuta mengendikkan kedua bahunya. Ketiaknya tidak terlalu bau—hanya sedikit asam. Ia menyusul winwin yang kini telah duduk di meja makan seraya memainkan sereal honey stars miliknya menggunakan sendok.
Yuta menarik kursi lalu duduk disamping istrinya. Jujur saja, ia ingin protes pada winwin yang tiap pagi hanya bisa menyiapkan sereal beserta susu sebagai pendampingnya. Namun protes itu tak pernah ia keluarkan, karena ia sendiri juga sama dengan winwin; sama sama tak bisa memasak.
Saat yuta mulai memakan serealnya, ponselnya yang masih berada di kamar berdering. Ia kembali menuju kamar, tanpa sadar bagaimana kesalnya wajah winwin saat ini.
"Oh? Kau sudah sampai?"
"Ya! Cepatlah keluar! Kakiku mulai pegal karena berdiri terlalu lama."
"Baiklah.. Aku akan keluar menemuimu." tutup yuta seraya kembali menuju meja makan; ia hanya menaruh ponselnya, tanpa mengucapkan satu katapun pada winwin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is He? •yuwin•
Fiksi PenggemarRasa gengsi membuat winwin engga untuk mengatakan isi hatinya kepada yuta. [ OneShot ] BXB CONTENT! Don't like? Then don't read it!