001

5 0 0
                                    

001~

"Hamba sudah membawanya Yang Mulia sesuai dengan titah anda"  ucap Bai Nao Ceng, orang yang sama yang telah membawa Pacsya Jiu Woo ke dimensi ini. Kepala pria itu tunduk menatap seorang laki laki di depannya. Aura dingin dan dingin membalur tubuh di depannya.

"Hmm"

"Apakah yang harus saya lakukan selanjutnya Yang Mulia?"

Tanpa menjawab pertanyaan bawahannya, laki laki yang duduk di singgah sana itu hanya melambai tangannya memberi tanda untuk bawahannya pergi.

"Baik Yang Mulia, hamba undur diri"

---------

---

Matahari mulai keluar malu malu dari ufuk timur. Ayam jantan berkokok dan semua penduduk yang tinggal di Kerajaan Wu Barat mulai beranjak melakukan aktivitasnya masing masing. Aktivitas masyarakat mulai ramai, pasar pasar sudah riuh dengan suara pedangan yang saling berteriak menjajakan dagangan mereka untuk menarik pelanggan.

Dibalik hiruk piruk aktivitas masyarakat Kerajaan Wu Barat, tepat di pingggir perbatasan dimana terdapat hutan lebat hijau yang dinaungi oleh pengunungan ayasopia, sesosok gadis cantik tertidur dengan lelap di atas rerumputan hijau. Tiap gerak tubuh gadis tersebut dalam tidurnya menghasilkan sebuah keajaiban yaitu tumbuh sulur sulur tumbuhan penuh dengan bunga bunga merekah indah tanpa di sadarinya. Sinar mentari mulai menemus masuk ke dalam celah celah pohon pohon yang lebat hingga memberi pemandangan indah memanjakan mata.

Kelopak mata Pacsya Jiu Woo perlahan membuka menyesuaiakan dengan pancahayaaan yang masuk ke retinanya. Dengan setengah sadar, Pacsya Jiu Woo merenggangkan tubuhnya seperti halnya yang biasa ia lakukan.

"Huh?"

Pacsya POV

Pertama kali membuka mata, hal yang mengejutkanku adalah ketika aku bangun tidak di dalam kamarku melainkan di tempat antah berantah dimana banyak rumput hijau.

"OH GOD! Dimana aku ini. Apakah aku bermimpi? atau apa aku melakukan astral projection lagi? Tapi untuk apa, aku bahkan tidak sedang dalam tujuan apapun " Ujarku lirih sambil mengacak ngacak rambutku karena frustasi.

Oke, Sya tarik napas.....
Hembuskan...
Rasanya otakku mulai lelah untuk mencerna keadaan ini.
Tak bisakah aku berdamai sehari saja?
Kemampuanku dalam melihat hal hal gaib di luar nalar sudah sangat merepotkan. Apalagi ditambah kemampuanku berrektrokognisi ke masa lalu. Dan Shit! Ku harap ini hanya mimpi dan besok aku terbagun di kamar tidurku seperti biasa. Aku sangat sangat berharap  aku tidak akan terlempar ke masa lalu atau masuk dimensi aneh apapun itu.

Namun seperti pepatah mengatakan ekspektasi kadang jauh dengan realita. See, sepertinya pepatah itu sesuai dengan keadaanku sekarang. Sepertinya harapanku tidak akan terjadi atau mustahil untuk terjadi bahkan sampai gajah bertelur dinosaurus sekalipun. Tiba tiba entah darimana datangnya, aku melihat sebuah iring iringan ramai seperti pawai dengan kereta mewah berjalan mendekat ke arahku. Dari kereta mewah itu keluar sosok laki laki tampan mendekat ke arahku. Dengan senyum manis dia melayang layang di depanku.

"Jangan bilang itu huntu, pucek! aku sedang tidak ingin berurusan dengan hal ini lagi, aaah bisakah libur sejenak. Demi dewa neneknya tapasya...ini benar benar memuakkan wuwuwu...wuwu" Gumamku dalam hati.

Tanpa ku sadari, pria yang awalnya melayang layang itu perlahan berubah menjadi manusia dengan tubuh utuh selayaknya orang normal. "Salam Nona Woo, selamat datang di wilayah hutan terlarang di tanah perbatasan Kerajaan Wu Barat" Ucap Sosok laki laki di depanku sembari dia memberi hormat pun begitu dengan para bawahan yang menemaninya.

"Huh, Dinasti Wu? Apa maksudmu dan hei, siapa kamu? Bagaimana kau tahu namaku?"

Dinasti Wu? Kedengarannya agak familiar. Tapi dimana aku pernah mendengar nama ini ya?

"Hamba ini Huang Bao Cheng, Nona. Nona bisa memanggil hamba ini Bao Cheng. Saya adalah penjaga kuil elemen dewi kayu, dewi pelindung" Jelas Bao Chengdengan tatapan penuh hormat.

Oke, aku seperti pernah mendengar nama ini..tapi dimana...tik,tok...tik..tok.
Wait..
Wait...
Wait...
Huang Bao Cheng?
Huang Bao Cheng?
Jenderal Huang Bao Cheng
Oh My God! Jadi, jadi dia,.... Dia pendukung tokoh utama di novel yang telah kubaca semalam.
Damn it!
Jangan bilang,...
Argghhh...!!!!
Bagaimana bisa aku tersesat masuk dalam dimensi tolol ini.
Siapa yang melakukan hal ini padaku??
Sial!Sial!

Author POV

"Jaga jarak! Jangan mendekatiku. Saya tidak ada hubungannya dengan anda semua. Tolong jangan membuat lelucon konyol, dan hei mengakulah huntu jahanam! Kau pikir saya mudah ditipu? saya sedang tidak malas dan muak untuk berurusan dengan huntu seperti kalian semua. Jadi menyingkirlah dariku". Mata Pacsya Jiu Woo menatap waspada pada laki laki di di depannya. Jemari lentiknya bergetar cemas saat memengang batang kayu kering yang dia gunakan untuk menodong  tepat ke arah dada Huang Bao Cheng.

Huang Bao Cheng menghela napas panjang. Senyum manis yang terpatri di bibirnya perlahan berubah menjadi garis tipis yang lurus. Tatapan hormatnya berubah menjadi tatapan tajam dan dingin.

"Apa maksud Anda Nona Woo. Hamba ini benar benar berbicara benar. Hamba disini bermaksud untuk menjemput Anda, Nona. Karena Nona adalah orang suci yang dipilih oleh Tuhan untuk menggantikan tempat dewi perlindungan setelah berabad abad lalu kami menantikan penerus baru" Nada yang keluar dari mulit Huang Bao Cheng mulai tak bersahabat karena Pacsya Jiu Wu menuduh Bao Cheng sebagai huntu atau setan.

Memdengar suara dingin dan tatapan tajam Bao Cheng, nyali setinggi gunung everest milik Pacsya Jiu Woo perlahan menciut. Bulu kuduk gadis itu berdiri. Dia mulai sadar untuk kembali pada sifatnya yaitu berusaha bersikap tenang apapun yang terjadi.

"ERHEM, ba-baiklah. Tak perlu memandangku seperti itu. Mm....ku pikir anda salah orang. Tidak mungkin saya adalah orang terpilih itu. Yah, ee ..saya hanya orang luar dan...saya tersesat. Jadi saya rasa sudah saatnya untuk pergi"






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PACSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang