-ˏˋ 000 ˎˊ-

22 3 2
                                    

*·˚ ༘ ➳〔 welcome! 〕 ࿐ ࿔*

ini adalah surat dari Dika untuk sahabat terbaiknya, lelaki yang pernah meminta izin mencintainya, Jingga. 

mungkin cerita ini belum bagus, mungkin belum dapat memenuhi ekspektasi pembaca.

but, yeah. semoga kalian suka :) 

🍒 happy reading! 🍒


˗ ˏ ˋ ─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ─── ˎ ˊ ˗


"Dikara!" 

Aku bergegas turun ke lantai bawah begitu mendengar suara Ayah yang memanggilku. Dengan berat hati aku meninggalkan langit sore yang sedang asik aku pandangi sedari tadi, berusaha sampai ke lantai bawah secepat yang aku bisa agar Ayah tidak menunggu lama. 

Iris mataku menangkap raut wajah beliau yang tidak begitu ramah. Ada apa sebenarnya? 

"Ada apa, Yah?" 

"Ada temenmu. Jingga namanya."

Aku terkejut begitu Ayah menyebut nama Jingga. Ayah tak pernah suka jika seorang teman berkunjung secara mendadak, apalagi kalau laki-laki. Beliau memang sangat protektif kepada anak-anaknya. 

Kakiku segera melangkah menuruni tangga menuju lantai dasar, aku sudah dapat melihat sosok Jingga yang tengah menunggu di kursi teras. 

Jujur aku tak habis pikir pada apa yang ada di kepala lelaki ini. Kami dekat sudah lama, ia juga sudah tau karakter Ayahku seperti apa. Ya, setidaknya, bilang terlebih dahulu kalau mau berkunjung. 

"Halo, Dik!" 

Aku memukul lengannya pelan, bisa-bisanya ia menyapaku dengan senyum cerah tak bersalah seperti itu. 

"Kamu kenapa nggak bilang dulu?!" Tanyaku kesal. 

"Aku sebentar saja kesini, Dik. Aku cuma mau menanyakan sesuatu." 

Apa lagi? Padahal kan bisa bertanya lewat chat, telepon, atau apapun lah. Kalau bertanya saja untuk apa sampai bertemu langsung seperti ini? Sungguh aku takut Ayah marah. 

"Tanya apa?" 

"Sesuatu. Kamu tak perlu menjawabnya sekarang, tapi berjanjilah kamu tak akan menjauhiku seperti waktu itu." 

Ya, aku mengingat hari itu. Untuk pertama kalinya, aku dan Jingga yang selalu menempel satu sama lain malah menjauh. Lebih tepatnya, aku menjauh. Tak mau berbicara dengannya selama berminggu-minggu. 

Hanya karena sebuah kalimat, yang membuat pikiranku nyaris kacau. 

"Baik, baik." Jawabku. 

Jingga menarik napas, aku menatap kedua iris matanya serius. Bersiap akan pertanyaan atau kalimat apapun yang akan meluncur dari bibirnya. 

"Izinkan aku mencintaimu, Dik. Boleh kah?" 

.

.

.

.

.

˗ ˏ ˋ ─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ─── ˎ ˊ ˗

; Jingga Nabastala ;

; Jingga Nabastala ;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

˗ ˏ ˋ ─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ─── ˎ ˊ ˗

sekian pembukaan dari cerita ini! 

mohon maaf kalau masih ada beberapa kekurangan, aku janji akan menulis dengan lebih baik kedepannya! 

-mochie 🍒

·˚✎ sepucuk surat untuk jingga | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang