*·˚ ༘ ➳〔 dikara's letter 〕 ࿐ ࿔*
to : jingga nabastala
sepucuk surat yang kedua.
tanggal sepuluh, bulan ketujuh.
🍒🍒🍒
˗ ˏ ˋ ─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ─── ˎ ˊ ˗
Halo lagi, Jingga.
Ini aku lagi, sahabat kecilmu, Dika. Aku baru saja kembali sehabis keluar rumah sejenak untuk menghilangkan rasa jenuh karena terus-terusan berada di rumah.
Ga, akhir-akhir ini, terutama sejak kepergianmu, aku kembali menjadi Dika yang dulu. Seorang Dikara yang senang berjalan-jalan sendirian di tengah bisingnya kota Jakarta.
Tadi aku berkunjung ke kafe di area Harmoni yang biasa kita datangi jika jadwal pulang sekolah lebih cepat daripada biasanya. Aku juga duduk di kursi biasa kita duduk, tidak jauh dari counter pengambilan minuman.
Aku masih ingat betul, kamu lebih suka duduk di sana daripada di lantai atas yang cenderung tenang. Aku juga masih ingat alasanmu saat aku bertanya mengapa kamu suka duduk di sana, "Karena suasananya agak bising dengan para barista yang membuat pesanan, pengunjung, serta aroma kopi tercium lebih kuat di sini, Dik."
Ah, iya. Hampir saja aku lupa karena terlalu asik bernostalgia.
Hari ini aku akan bercerita lagi, tentu saja tentang kita. Sore itu, selepas kerja kelompok di rumahmu, di atas atap, ditemani hangatnya mentari sore.
...
"Aku pulang ya, Dik, Ga! Terima kasih banyak untuk hari ini!"
Lelaki itu, Arjuna. Teman dekat Jingga, yang juga menjadi dekat denganku karena kita satu kelompok untuk proyek drama Bahasa Indonesia. Setelah Juna pamit untuk pulang lebih dulu, tersisalah aku berdua dengan Jingga di ruang tengah.
Hanya hening yang saat itu menyelimuti ruang tengah. Jika tadi ada ocehan-ocehan Juna yang membuat kami terbahak-bahak, kini hanya tinggal hening yang seolah memeluk dua orang manusia kaku ini.
"Aku mau ke atap. Kamu mau ikut, Dik?" Tanya Jingga.
Saat itu, aku masih sibuk mengerjakan properti drama. Menyelesaikan bagianku juga merapikan beberapa properti lain yang sudah dikerjakan anggota kelompok yang lain.
Jadilah aku menolak, aku memutuskan untuk menyusul Jingga nanti saat aku sudah menyelesaikan pekerjaanku.
Jingga mengangguk, ia kemudian pamit dan berjalan menuju tangga untuk naik ke atas.
Sekitaran lima belas menit aku mengerjakan pekerjaanku, sebelum akhirnya fokusku buyar dan aku mulai merasa bosan. Aku bangkit, merapikan sisa-sisa potongan kain flannel yang tadi aku gunakan untuk membuat properti, juga menyusun kembali jarum serta benang yang aku gunakan untuk menjahit kain flannel.
Aku melangkah menyusul Jingga yang sedang berada di lantai atas, lebih tepatnya di atap. Cowok itu memang menyukai langit sore.
"Awas jatuh, Ga." Ujarku ketika melihatnya duduk di pinggiran atap.
Aku ikut duduk di sebelahnya, menatap indahnya langit sore yang terpampang luas di hadapan kami.
"Kamu nggak takut, Dik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
·˚✎ sepucuk surat untuk jingga | Na Jaemin
Fanfiction[JAEMIN NCT FANFICTION] ·˚ ༘ ❝ Ini tentang kamu, Jingga. Seorang lelaki yang pernah meminta izin untuk mencintaiku. ❞ ·˚ ༘ © mochie , 2020.