satu

833 59 6
                                    

5 tahun menikah. Mila dan Kevin juga belum diberikan titipan berupa malaikat kecil.

Semua teman Kevin dan Mila sudah mempunyai anak. Bahkan ada yang sedang mengandung bayi ketiga mereka.

Tapi kenapa Mila dan Kevin belum diberikan anak?

Setiap hari Mila berdoa dan bersujud dengan derai air mata, tapi belum ada tanda-tanda.

Setiap hari Mila diejek 'wanita mandul'oleh sang mama mertua. Mila diam, karena Mila menyadari bahwa saat ini ia belum bisa kasih mama mertuanya seorang cucu.

Mila tau mama mertuanya pasti sudah ingin memiliki cucu. Apalagi diusia mama mertuanya yang sudah menginjak angka 60 tahun. Apa anak dari adik Kevin belum cukup untuk mama mertuanya?

*****

"Kamu lembur, mas?"tanya Mila saat merapikan dasi Kevin.

"Iya, yank. Gak pa pa kan? Nanti malam makan sama mama aja dulu ya."ucap Kevin mengusap rambut Mila. Beberapa hari belakangan ini, Kevin sibuk dikantor dan meninggalkan Mila dirumah ini bersama mama mertuanya yang kejam.

"Iya gak papa mas. Yaudah yuk turun."ajak Mila dengan wajah sendu menggandeng tangan suaminya.

Bila Kevin sedang kerja, pasti kesempatan sang mama untuk menghujatnya. Mama mertuanya tidak berani menghujat Mila didepan Kevin. Padahal, dulu Mila menantu kesayangan mamanya. Tapi sekarang tidak.

"Pagi, mah."sapa Mila dan Kevin bersamaan.

"Hum, pagi."jawab Marta cuek pun mengambil tempat duduk untuk sarapan juga.

Kevin tidak heran dengan sikap mamanya yang berubah. Selagi mamanya tidak melukai hati sang istri, Kevin akan diam.

"Aku berangkat ya. Mah aku berangkat."pamit Kevin pada Mila dan Marta.

"Iya hati-hati bawa mobilnya, mama belum punya cucu soalnya dari kamu."celetuk Marta lalu meninggalkan meja makan.

Mila meremas kedua tangannya gusar. Mila takut suaminya marah pada Marta.

"Kamu jangan pikirin ucapan mama ya."ucap Kevin mengecup tangan Mila. Mila mengaggukan kepalanya tersenyum sendu. Mereka kemudian keluar rumah menuju pelantaran.

"Kalau butuh sesuatu, kamu bisa telpon aku atau sekretaris aku."ucap Kevin sebelum pergi.

"Iya, Mas."jawab Mila dengan lembut. Percuma Mila bilang pada Kevin kalau sekretaris Kevin yang bernama Putri, tidak pernah mengagkat telponya. Nanti Mila dibilang tukang ngadu lagi sama mba Putri itu.

"Yaudah aku pergi dulu."Kevin mengecup kening Mila lalu masuk kedalam mobilnya.

Kosong.
Hampa.
Sepi.
Setelah Kevin berangkat kerja.

Jam menunjukan pukul 11 siang.
Saat ini Mila sedang berbaring dikasurnya. Entah kenapa tubuhnya lemas dan ingin berbaring saja dikasur.

"Mila!"Marta mengedor pintu kamar anaknya.

"Mama?"Mila segera bangkit dari kasurnya, lalu membuka pintu untuk mama mertuanya.

"Kamu ini! Tidur terus! Suamimu kerja, kamu enak-enakan tidur-tiduran dikamar!"sembur Marta pada Mila yang menunduk.

"Maaf, Ma."cicit Mila.

"Maaf-maaf. Lebih baik kamu kedokter sana, tanya sama dokter gimana caranya agar kamu bisa hamil!"ucap Marta pedas. Selalu ujung ujungnya menyenggol tentang kehamilan.

"Tapi, Ma."Mila hendak membuka suara.

"Selalu ada tapi-tapi! Muak saya liat kamu disini, jadi menantu parasit. Setidaknya kamu bantuin bibi didapur, bila kamu sudah tau kalau kamu itu mandul!"ucap Marta pergi, lalu meninggalkan Mila dengan luka hati yang sudah tergores.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang