4. Rindu

8.1K 1.2K 227
                                    

"Kau sungguh sialan, Lee Jeno!!" suara lantang Lucas tak dihiraukan Jeno. Pria yang sedang duduk di kursi kemudi sedari tadi tidak berhenti mengatai Jeno sialan, sinting, sumbu pendek, dan makian lainnya.

Bukan tanpa alasan Lucas bisa berani memaki temannya yang sedang duduk termenung bersandar pada kaca. Lucas sedang asik bercanda dengan mate-nya ketika tiba-tiba suara berat masuk ke dalam pikirannya. Tanpa basa-basi, Jeno—yang lebih tepatnya Xandru--mengirimkan telepati pada Lucas untuk segera menjemputnya di pinggiran hutan. Lucas sempat bertanya alasannya walaupun dijawab dengan nada perintah mutlak, tidak bisa ditolak. Dengan tidak ikhlas, Lucas izin ke mate-nya yang malah diketawai. Sepanjang jalan menjemput Jeno diiringi oleh umpatan dan makian, berharap telinga Jeno bisa panas kalau perlu terbakar.

Lucas langsung memasuki hutan tempat Jeno berada setelah memarkirkan mobilnya di pinggir hutan. Bermodalkan penciumannya, ia mengendus aroma Jeno. Butuh waktu kurang lebih 10 menit sampai ia menemukan seekor serigala berbulu hitam pekat besar sedang menjinjing tas dengan moncongnya. Dengan emosi, lucas melempar serigala itu dengan sebatang ranting kecil, bukan untuk melukai, hanya untuk menunjukan kalau Lucas jengkel dengan temannya.

Jeno yang melihat kehadiran Lucas langsung shift ke wujud manusianya. Dengan tubuh tanpa sehelai benangpun ia mendekati Lucas yang membawa pakaian pesanannya. Tanpa dosa, Jeno memberikan cengiran jenaka ditambahi kata 'thanks' yang dihadiahi umpatan penuh dengki oleh Lucas.

Hingga kedua pemuda itu berada di mobil menuju arah pulang sekarang ini, mulut Lucas tidak henti-hentinya mengoceh. "Sebenarnya kenapa kamu ini? Merusak pohon bahkan ada yang tumbang. Dan rusa yang kita bawa sekarang. Jelaskan!" Lucas begitu menuntut penjelasan Jeno sampai keningnya terus mengerut dari tadi, "ooh semoga tidak ada patroli hutan malam ini dan semoga Renjun bersedia menampung rusa mati itu."

Untung mobil Lucas adalah pick up Jeep bisa beguna disaat tak terduga seperti ini, membawa seekor rusa yang mati korban amarah Jeno.

"Jaemin dijemput pria lain."

"Terus?"

"Dia mate-ku!" jawab Jeno dengan lebih lantang.

"Oh! Kau sudah mengakui dia sebagai mate-mu?" Lucas bertanya dengan nada mengejek.

Jeno, alpha itu mengepalkan tangannya, sorot matanya tajam, Lucas yakin kalau ada manusia biasa yang melihat tatapan itu dijamin orang itu akan lari terbirit-birit atau bahkan langsung pingsan. Ucapan Jeno penuh keyakinan. Dan itu berarti mutlak. Sang Alpha sudah memilih takdirnya.

"Milikku."









AZURA








Jaemin bergerak gelisah di atas tempat tidurnya. Sudah berulang kali ia mencoba untuk memejamkan matanya, bahkan sudah hampir 200 kelinci yang ia hitung tapi otaknya masih belum menunjukan tanda-tanda letih. Badannya ingin segera diistirahatkan namun otaknya masih belum puas berfikir.

Jaemin dipaksa terus memikirkan kejadian sore tadi yang melibatkan ia dengan seniornya di kampus. Pertanyaan bagaimana bisa terus berputar di kepalanya.

Ya. Bagimana bisa Lee Jeno membawanya ke trotoar?

Jaemin masih sangat ingat kejadian yang dialaminya itu. Seingatnya ia masih berada di tengah jalan, jarak antara trotoar sangat lebar, jalan raya tadi bukan jalan yang hanya cukup dilalui 2 mobil. Itu jalan raya yang lebar. Dan mobil yang hampir menabraknya tadi melaju dengan kecepatan tinggi. Jaemin cukup yakin hanya dengan sekali kedipan mata, mobil itu mampu menghantamnya dengan keras. Tapi yang dialaminya justru berbeda, hanya dengan sekali kedipan mata Lee Jeno berhasil membawa tubuhnya yang berada di tengah jalan berpindah ke sisi trotoar yang aman. Tanpa luka sedikit pun. Hanya dalam hitungan detik.

AZURA  [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang