Mulutnya komat-kamit melafalkan rumus yang dipelajari dari kelas satu sampai kelas tiga SMP. Tes tahun ini, adalah tes terberatnya. Tes penentuan apakah ia bisa masuk ke sekolah yang ia jadikan sebagai sekolah favorit dan utama serta impian yang sudah lama ia impikan dengan beasiswa penuh itu. Tangan Ghania juga bolak-balik membuka lembaran buku lalu membacanya sekejap dan kembali menutup untuk memasukkan ke dalam memorinya.
Sekarang, Ghania sudah di ruang tunggu sebelum masuk ke ruang tes. Jantungnya berdegup terasa satu setengah kali lipat lebih cepat dari sebelumnya. Ia mencoba menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya pelan-pelan supaya kegugupannya saat ini.
Amar dan Ririn beda ruang dengannya. Bahkan mungkin nasib sial lagi-lagi menghampiri Amar, cowok itu malah mendapat ruangan paling terakhir.
Ghania menoleh ke arah soundsystem yang berada di langit-langit ruangan itu sedikit berdenging. Sepertinya operator akan berbicara.
"Selanjutnya, peserta nomor 21 sampai 40. Silahkan masuk ke ruangan A." Ghania memandangi nomor yang diberikan panitia tadi pagi. 27. Ini saatnya.
Ia memasukkan buku-bukunya di dalam tas, lalu berdiri dan menjejalkan langkahnya di lantai marmer mengkilap itu. Tangannya merapikan baju seragamnya yang kusut, dan sedetik kemudian Ghania sudah melangkah masuk ke ruang tesnya.
Di ambang pintu, Ghania dapat melihat beberapa kursi yang masih kosong, sedangkan yang beberapa lagi sudah diduduki orang lain. Ruangan kelas ini sangat luas. Kesannya lebih mirip ruang kelas di kampus daripada ruang kelas sekolah biasanya. Kursi mereka bukan seperti kursi kayu biasanya. Di pojok ruangan itu terdapat rak tinggi penuh dengan buku pengetahuan yang menarik hatinya.
Ghania mencari posisi ternyaman untuk mengerjakan soal nanti. Dan ia mendapatkannya. Kursi di dua paling belakang di samping jendela yang menghadap ke luar.
Dari sana, ia dapat melihat swimming pool SMATRICA yang airnya sangat biru berkilauan karna outdoor dan terkena cahaya matahari langsung. Di samping kolam itu, terdapat pagar besi yang ditumbuhi tumbuhan seperti bunga sakura berwarna pink, tapi yang pasti itu bukan bunga sakura. Kurang lebih, seperti kolam renang di dalam anime yang ditontonnya dengan Amar dan Ririn yang berjudul ‘Free’.
"Saya rasa, saya tidak perlu menjelaskan apapun tentang tata caranya karna kalian pasti sudah tau." sahut wanita berkacamata bulat bertubuh gemuk saat masuk ke dalam. Semua peserta mengangguk maklum sama halnya Ghania.
"Tidak ada yang menyontek, melihat catatan, jimat, dan kerjakan dengan baik. Waktu penyelesaian dua jam untuk seratus soal sekolah menengah pertama. Dan satu jam lagi untuk 50 soal umum. Jawab soal yang kalian ketahui dulu," intrupsinya seiring dengan bel berbunyi tanda mereka sudah diperbolehkan mengerjakan tugas. Kertas soal pun sudah berada di atas meja masing-masing peserta.
Ghania melirik soal itu sebentar, lalu mengedarkan pandangannya ke arah peserta lain. Tampak mereka sudah mulai mengerjakannya. Beda sendiri, Ghania lebih memilih untuk berdoa dulu, supaya ia lebih diberikan kemudahan untuk menghadapi soal-soal nanti.
"Tuhan, beri aku kemudahan dan keberhasilan untuk kali ini," batin Ghania.
Setelah itu, ia fokus untuk memperhatikan soalnya. Setiap orang punya cara tersendiri dalam mengerjakan suatu soal. Ada yang langsung mengerjakan, ada yang berdoa terlebih dahulu, ada yang mencari, ada yang membacanya atau sebagainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenada : Still in My Heart
Teen FictionMenjelang ujian nasional SMP, Ghania sudah membuat masalah dengan tidur terlalu nyenyak tadi malam. Sehingga ia harus berlari untuk menuju halte di depan gang kampungnya. Sayang sekali, Dewi Fortuna tidak berpihak kepadanya hari itu dan membuatnya b...