—masih di hari ke lima
Di dalam air sungai yang dingin dan mengalir deras, Arin merasakan perlahan tubuhnya yang semakin berat dan matanya yang ingin tertutup.
Suara teriakan Yerin dan seniornya yang lain makin tak terdengar. Semakin lama, ia tak bisa mendengar apapun.
Arin tidak bisa bernafas, rasanya pengap. Semakin ia mencoba untuk menarik nafas, ia malah merasa semakin tersiksa. Ujung jari – jari tangannya sudah melemah dan terapung, tubuhnya serasa melayang.
Tepat saat dia merasa lebih baik menutup mata saja, ia merasa gelombang air berubah, dan sesuatu mendekat padanya.
Matanya tak bisa melihat apapun, kecuali sebuah wajah tirus dengan matanya yang tajam berusaha meraihnya.
Ujung jarinya yang dingin lantas menghangat ketika tergenggam, dan tubuhnya tertarik ke dalam pelukan orang yang menenggelamkan diri untuk menyelematkannya.
"ARIN!" Yerin langsung menghampiri Arin yang digendong ke sungai yang lebih dangkal. Lalu dibaringkan di atas batu – batu kecil dan pasir yang ada di sisi sungai.
Matahari menerpa wajah Arin yang kuyu berusaha bernafas. Masih dalam gendongan, ia dibaringkan, lantas dibawa ke dalam pelukan.
"Arin, sadar!" sentak Dirga. Terlihat panik dengan rahang yang mengeras.
Rambutnya yang basah, bajunya yang lengket karena air sungai, serta bibirnya yang bergetar kedinginan tak dipedulikan. Ia menepuk pipi Arin, berusaha membuat gadis itu sadar. Namun naas, tubuh gadis dalam pelukannya terkulai lemah dengan mata terpejam.
Merasa tak sabar, Rama lantas mendudukan tubuh Arin, membawa tubuh gadis itu dalam dekapannya, merebutnya dari pelukan Dirga.
Menegakan punggung si gadis, lalu ia tepuk dan bawa merunduk untuk mengeluarkan air yang tertelan Arin.
Uhukkk... uhukkk...
Setelah beberapa kali tepukan, Arin mulai bergerak dan terlihat air sungai yang keluar dari mulut dan hidungnya.
Dirga terduduk lemah begitu mendengar suara batuk Arin. Deruan nafas terdengar lega, wajahnya mengadah menatap langit. Memejamkan mata mengucap syukur.
Rama yang masih terkejut memeluk Arin dengan nafas lega. Ikut memejamkan mata berterimakasih pada Tuhan. Mengusap belakang kepala gadis itu menenangkan.
Yerin menitikan air mata, ia sungguh ketakutan. Bayangan buruk sudah menrpanya sedari tadi. Ia merasa bersalah. Betapa bodoh dirinya, sampai membuat Arin celaka.
Gadis berambut sebahu itu mulai menyadarkan diri, berusaha membuka mata dan melihat sekitarnya.
Yang pertama ia rasakan, adalah sebuah tangan yang memeluk tubuhnya erat. Kepalanya ia angkat sedikit, lalu menatap Dirga yang terduduk lemah di atas kerikil sungai. Masih memejamkan mata menenangkan diri. Lalu Yerin yang terisak meminta maaf padanya.
Terakhir, ia menatap Rama yang mulai melepaskan pelukannya, dan bersitatap dengan wajah Arin yang sayu. Tangan Rama masih menahan tubuh gadis itu agar tidak terjerembab.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [OPEN PO check IG allyoori]
General Fiction[B E R T I G A B E L A S] ▪︎selesai▪︎ • College but not about collegelife in campus • Semi-baku • Lokal AU 13 orang terpilih dari dua perguruan tinggi berbeda, untuk hidup bersama selama 47 hari kedepan dalam sebuah rumah yang terletak di dusun terp...