Short Party

19 2 0
                                    

Disclaimer : Tite Kubo

Warning : Out of character.

.

.

.

Mata kuliah Biosains 1 telah terlewati. Dua jam penuh di dalam kelas entah mengapa serasa lama sekali. Ia juga tidak tahu sudah belajar apa barusan. Extracellular Matrix, Glikoprotein, Xenobiotik dan sebagainya. Entah apa tadi itu semua—yang jelas Ichigo tidak mendapat poinnya. Pikirannya terlalu fokus dengan janji yang ia punya sore ini. Ia akan bertemu dengan Kuchiki Rukia dan berlatih di dalam toko Urahara. Hal sederhana yang membuatnya menjadi tak sabaran. Ia sudah menantikan ini karena sudah seminggu mereka tidak bertemu. Ichigo tidak bisa seenaknya pulang pergi ke Seiretei karena Byakuya selalu memandang skeptis kepadanya—baiklah, itu masih bisa ia abaikan. Tapi, jika harus selalu merepotkan Urahara untuk meminta tolong agar memberinya Senkai gate, ia akan merasa tidak enak. Coba ia bisa membuka sendiri jalan ke sana, semua ini pasti tidak akan terasa sulit.

Andai saja Rukia bisa seperti dulu bertugas di Karakura, selalu berada di sisinya baik di sekolah atau di dalam rumah. Tentu hal itu akan meringankan semua masalahnya. Ia pasti tidak akan merasa kesepian seperti ini. Yah, selalu ada ruang kosong ketika gadis itu tidak berada di sisinya. Seperti hanya ada kegelapan dan juga patah semangat.

Ichigo berjalan sedikit tergesa menuju ke lemari loker miliknya. Setelah sampai di depan lemari tersebut, tampaknya ia harus berhati-hati. Tangannya dengan perlahan membuka pintu loker—dan beberapa surat berjatuhan keluar dari dalam sana. Ichigo hanya mendesah.

"Ichigo!"

Kebetulan sekali Keigo mendadak menyapanya. Ia tidak mungkin menyempatkan diri untuk mengurus semua surat itu. Paling hanya surat-surat yang diselipkan dari celah pintu agar bisa masuk ke dalam lokernya.

Dengan cepat Ichigo memunguti surat tersebut dan memberikannya kepada Keigo. "Tolong pegang ini."

Karena kebingungan, Keigo mengambil alih saja surat-surat itu. Sementara Ichigo tengah sibuk mengambil sesuatu dari dalam loker.

"Wah, curang, kau selalu mendapatkan surat penggemar!" setelah menyadari apa yang dipegangnya, Keigo baru berkomentar. "Aku benar-benar salut padamu, Ichigo!"

Ichigo tidak terlalu menanggapinya. "Yah, aku serahkan itu padamu. Kau bebas membacanya." Ichigo kembali menutup pintu lokernya dan menguncinya. Lain kali celah yang berada di atas loker akan ia tutup dengan lakban dari balik pintunya.

"Kenapa kau tidak membacanya sendiri?"

"Ada banyak buku pelajaran yang harus kubaca." Ichigo menepuk bahu Keigo. "Jangan ada satupun surat yang terlewat. Kau mengerti?"

"Tapi Ichigo, apa ini berarti kau tidak hadir ke pestanya Orihime?"

Ichigo tersentak, ia bahkan telah melupakan itu. "Mungkin aku datang tapi, agak terlambat," ujarnya tak yakin. "Yang jelas tetaplah bersenang-senang tanpaku, okay?"

Wajah Keigo tampak sedih dibuat-buat. "Kau harus datang, jika tidak kau akan mengecewakan banyak orang, terutama Orihime."

"Yeah, aku tahu."

.

.

.

Renji berdiri di depan kaca setinggi badannya yang dapat memantulkan dirinya keseluruhan. Oh, Renji sebenarnya tidak suka memandangi matanya sendiri. Ia hanya ingin memastikan apakah wajahnya terlihat bodoh saat mengatakan sebuah pengakuan.

"Rukia... kita sudah melewati ratusan tahun bersama-sama. Dari masa kecil hingga bergabung menjadi pasukan Shinigami."

Renji rasa sampai sini wajahnya masih saja tampan. Kemudian ia melanjutkan kata-katanya. "Apa kau memiliki pikiran untuk menikah? Aku dengar tetua Kuchiki tidak akan membuka sesi lamaran untukmu. Jadi, aku yakin mereka membebaskan masa depanmu. Kurasa, Kuchiki-taicho juga tidak mempermasalahkan hal ini..." detik ini Renji malah lupa kalimat apa yang harus ia katakan lagi. Padahal ia sudah merangkainya semalaman penuh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang