Perjanjian Seumur Hidup

16 1 2
                                    

"Ini kamar nona silahkan beristirahat kalau perlu sesuatu Nona Eva bisa menghubungi saya..", ucap pak Edy lelaki paruh baya kepala pelayan di kastil tua.

Eva merebahkan dirinya di tempat tidur yang empuk terasa nyaman walaupun sedikit berdebu. Kastil yang terlihat kuno dari luar ternyata didalamnya begitu modern banyak peralatan canggih di sana.

Setiap ruangan dan koridor dilengkapi CCTV. Terdapat ruang kendali dimana segala aktifitas dalam dan sekitar luar kastil dapat dipantau. Ruang kendali juga berfungsi sebagai pusat data dan segala aktivitas bisnis yang dimiliki keluarga Rafael. Semua itu dikelola oleh ahli-ahli terbaik di bidangnya.

Tenaga kerja yang profesional dan loyal menjadi aset berharga bagi keluarga Rafael. Mereka mendapat fasilitas yang disesuaikan dengan kinerja dan keahliannya masing-masing.

Termasuk Eva, ia telah dilatih dan dipersiapkan untuk menjadi seorang asisten penerus keluarga Rafael yang mesti serba bisa. Meskipun pada awalnya ia tidak menyadarinya hingga akhirnya ia menerima wasiat ayahnya.

Semua serba tiba-tiba kepalanya terasa pening. Dengan berbagai kejadian dan kejutan ini, membuat energinya terkuras habis. Eva pun terlelap dengan sepatu dan setelah baju kerja yang masih menempel di tubuhnya.

Ia tak menyadari bahwa sejak tadi dari kejauhan seseorang sedang memperhatikannya dari bangunan lain yang jendelanya menghadap searah dengan jendela kamar Eva.
Tentu saja karena kecerobohan Eva yang lupa menutup tirai jendela kamarnya hingga siapa pun dapat melihat isi kamarnya.

Laki-laki bertubuh tinggi itu tersenyum sinis. Aura bangsawan yang kuat siapa pun pasti mampu mengenalinya. Ia adalah tuan Leon  yang sedang menatap tajam keluar jendela.

"Apakah dia asisten baru itu?", Ucapnya dengan suara yang terdengar berat seperti tokoh antagonis di film action. Sebagian wanita mungkin menganggap suaranya seksi. Namun, tidak bagi para pelayan yang mendengarnya. Suara yang membuat mereka menundukkan kepalanya lebih rendah agar tak dapat melihat wajah tuannya.

"Benar Tuan, ia baru tiba hari ini..", pak Edy dengan sigap menjawab pertanyaan tuannya.

"Hmm..lalu kenapa ia terlihat begitu lelah? Apakah kau sudah menyuruhnya melakukan semua tugas-tugasnya?"

"Belum Tuan, mungkin nona Eva kelelahan karena perjalanan yang cukup jauh dan..", pak Edy ragu melanjutkan perkataannya.

"Dan apa?!"

"Hmm..anu.. Tuan, mmh..mungkin juga karena terkejut..", terbayang dalam benak pak Edy saat Eva yang hampir saja pingsan saat melihat surat perjanjian yang diperlihatkan kepadanya.

"Ia sangat terkejut saat melihat surat perjanjian seumur hidup yang Tuan berikan.. itulah sebabnya mengapa saya menyuruhnya untuk beristirahat di kamarnya."

"Hmm..bagus! Biarkan ia mencerna setiap kata yang ada dalam surat itu. Karena tidak ada pilihan baginya untuk menolak. Kau pergilah..kembali besok pagi bersamanya untuk menghadapku."

"Baik Tuan, saya permisi..", pak Edy meninggalkan ruangan itu.

Terlintas peristiwa lain yang tidak diceritakan kepada Tuannya. Senyuman kecil tersungging di wajahnya saat mengingat Eva yang hampir pingsan namun begitu berapi-api saat mengumpat Tuan Leon yang telah membuatnya menjadi pelayan dan terjebak dalam kastil tua menyeramkan sepanjang hidupnya.

Sementara itu, Tuan Leon dalam sekejap sudah tak berada di ruangan itu, sudah menjadi rahasia umum bahwa Tuan Leon kerap menghilang tiba-tiba tanpa seorang penjaga pun yang melihatnya. Jika hal itu terjadi maka itu pertanda Tuan Leon sedang berada di puncak menara kastil. Sebuah ruangan khusus yang hanya Tuan Leon yang dapat memasukinya.

Ruangan dimana suara-suara aneh dan misterius selalu terdengar saat  munculnya bulan baru. Suara biola bahkan suara tangisan yang terdengar memilukan.

Tuanku Hantu?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang