Black Orchid

12 0 1
                                    

"Nona Eva, apa anda sudah siap?!" Ucap pak Edy dari balik pintu kamarnya.

Eva terperanjat dan segera bergegas merapikan pakaian dan menarik tas laptopnya. Ini hari pertamanya sebagai asisten tuan Leon.

Jantungnya berdegup kencang, entah kenapa ia merasa gugup dan rasa penasaran yang begitu menggebu seperti apakah sosok Tuan Leon majikannya? Apakah rumor tentang kutukan itu benar? Begitu banyak pertanyaan yang berseliweran di dalam kepalanya.

Akankah ia mendapatkan jawaban yang diinginkannya? Ah.. sudahlah yang terpenting sekarang bagaimana caranya aku mendapat kesan baik dihadapan Tuan Leon, hingga ia membatalkan kontrak seumur hidup itu, gumamnya.

Sesekali ia menarik roknya yang terus naik saat berjalan karena terlalu ketat. Sepertinya ia salah mengambil ukuran pakaian yang telah disediakan untuknya.

Apakah aku harus memakai pakaian seperti ini setiap hari. Huff! Benar-benar merepotkan! kalau saja aku tidak dibayar mahal karena pekerjaan ini, sudah tentu aku lari dari kastil ini.

Eva menarik nafas dalam-dalam.
"Kenapa Nona? Apakah anda kurang sehat?"

"Aah..tidak..bukan begitu pak Edy, saya baik-baik saja cuma agak sedikit nervous!", Ucap Eva terkekeh.

"Oh..tenang saja Nona..Tuan memang tegas tapi jika kau mengenalnya lebih dekat ia adalah orang yang baik." Ucap pak Edy dengan sumringah.

Tak ada raut tertekan diantara kerut-kerut wajahnya. Sepertinya ia menikmati pekerjaannya, Batin Eva berbisik.

Tapi, kalau memang dia baik mana mungkin dia membuat kontrak tak masuk akal itu?! Tidak boleh meninggalkan kastil tanpa seizin bos, tidak boleh jatuh cinta?! Baik ke sesama pegawai apalagi sama bos?! Hah..aturan konyol! Aku ini kan gadis belia yang sedang mencari cinta sejati?! Masa.. tidak boleh.. dan kenapa bos tua itu begitu pede siapa pula yang bakal jatuh cinta sama dia iiyy..! Dasar bos aneh!" Gerutu Eva.

"Nona sebentar lagi kita sampai di ruangan tuan Leon.. nona?! Kenapa anda terlihat kesal?! Apakah ada sesuatu yang menyinggung nona?!"

"A..ah..tidak! Hanya saja saya teringat dengan adik saya yang begitu bahagia ketika saya pergi..", Eva tertawa mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ingat Nona, kau harus merendahkan pandanganmu jangan sekali-kali menatap wajah Tuan Leon, jika terpaksa berhadapan langsung lebih baik Nona memejamkan mata itu adalah cara yang paling aman..", bisik pak Edy dengan wajah serius.

"Hah..! Jadi rumor itu benar?! Bagaimana cara menghindari tatapan kalau sering berinteraksi dengan bos tua itu?! mungkin kalau sekali dua kali ketemu sih..masih bisa..tapi kalau..", mata Eva terbelalak seakan tak percaya nasib buruk yang akan dihadapinya. Belum melihat wajah majikan ia seperti sudah sial.

Oh..Tuhan dosa apa yang dilakukan leluhurku hingga aku harus menanggung semua derita ini. Seumur hidup hanya bekerja tanpa cinta yang menemani...

"Huss..Nona anda tidak boleh menyebutnya bos tua.. ia tidak setua yang anda kira..hmm..maksud bapak fisik tuan Leon masih sangat muda dan gagah.."

"Oh..ya?! Kok..pak Edy tahu?! Apa bapak pernah melihat wajahnya?! Apakah dia tampan?!", Pak Edy berusaha menutup mulutnya rapat-rapat menghindari pertanyaan Eva yang bertubi-tubi.

Sementara Eva terus mendesak pak Edy untuk memberikannya jawaban.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki yang semakin mendekat. Semua orang menunduk hormat kepadanya.

Hentakan sepatunya menunjukkan bahwa ia adalah orang yang kuat dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Seketika suasana menjadi hening. Eva menarik ujung rok dan meremasnya. Pak Edy memberikan isyarat agar ia segera menurunkan pandangannya. Tanpa banyak bertanya Eva langsung menuruti perkataannya.

Tuanku Hantu?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang