Pagi hari telah tiba Anna segera bangkit dari tempat tidurnya keluar menuju dapur untuk memasak makanan untuk anak-anak di panti.
Berkutat dengan berbagai bahan makanan.
"Nak Anna sudah kamu mandi sana dan siap-siap biar ibu yang lanjutkan memasaknya," ucap Ibu Nada yang baru saja datang dan melihat Anna memasak.
"Tapi ini tanggung bu tinggal dikit lagi selesai," ucap Anna yang masih sibuk dengan memasaknya
"Udah gak papa sini biar ibu selesain sana kamu siap-siap biar nanti engga telat masuk ke sekolahnya," suruh ibu Nada memaksa Anna.
"Ya sudah deh bu Anna tinggal dulu ya," pamit Anna untuk membersihkan diri.
Setelah bersiap-siap dan memakai seragam sekolahnya Anna menuju ruang makan dan sudah tersaji berbagai makanan.
"Anna tolong bangunin adik-adik panti ya untuk sarapan bersama," ibu Nada meminta Anna dirinya masih menyusun peralatan makan.
"Iya bu." Anna melangkah pergi membangunkan adik-adik panti yang masih tertidur.
Makan bersama pun berlangsung tenang tak ada yang berbicara karena ibu Nada mengajarkan kalau makan tak boleh sambil berbicara.
Setelah makan dan membereskan piring-piring kotor Anna pamit berangkat ke sekolah.
SMA DAISY.
Anna sampai di sekolah terfavorit di Bandung. Setiap perjalanan Anna menuju kelasnya banyak yang membicarakan dirinya. Memang dirinya tidak punya teman di sekolah ini karena ia berasal dari panti dan di cap sebagai anak haram. Meskipun begitu Anna sudah terbiasa dengan cacian dan makian murid di SMA DAISY itu sudah seperti makanan sehari-hari bagi Anna jadi Anna sudah tak memperdulikan cacian dan makian mereka.
Bel pulang berbunyi seperti biasa Anna melangkah keluar gerbang, dirinya bergegas cepat ke tempat kerja hari ini dikarenakan tempat kerjanya akan ramai menjelang malam.
Sesampainya di cafe belum banyak pengunjung yang datang mungkin satu jam lagi akan ramai.
"An, tolong ini pesanan pengunjung nomer 11 antarkan." Yuna penjaga kasir menitah Anna untuk segera mengantarkan pesanan seseorang di meja pojok ruangan.
"Tapi ga ada orangnya kok dimejanya?"
"Oh, tadi orangnya ijin dulu ke toliet. Letakan aja di mejanya orangnya udah pesan gitu tadi."
Anna menggangguk segera melaksanakan perintah. Tubuhnya dari belakang ada yang menyenggolnya ketika akan meletakan gelas minuman dan gelas dalam genggaman Anna terlepas pecah ke lantai.
"Aduh," Anna meringis disertai kekagetan melihat kekacauan yang tidak disengajanya.
Lelaki dibelakang Anna yang tak sengaja menyenggolnya merasa bersalah, "Mbak maaf saya ga sengaja. Ga lihat tadi sambil balas chat soalnya."
Anna segera menengok kebelakangnya, "Ah ya mas, ga papa ini juga salah saya yang kurang hati-hati."
Yuna menghampiri Anna mendengar pecahan gelas.
"Jangan gitu mbak ini juga salah saya. Biar nanti saya yang ganti rugi buat kerusakanya." Lelaki itu masih menampilkan raut bersalahnya.
Yuna ikut menimpali, "Ya sudah mas itu gampang. Maaf, atas kekacauan ini."
"Ya mbak saya juga ikut andil."
"An, kamu beresin dulu ini jangan sampai pecahan gelasnya kena pelanggan lain mumpung masih lenggang. Biar minuman mas nya nanti gue ganti."
Anna segera mengumpulkan pecahan gelas yang besar dan terlihat. Saking fokusnya Anna tangannya tergores pecahan beling itu. Darah pun tercecer dilantai. Anna meringis karenanya.
Lelaki itu segera memberikan tisu ke Anna untuk menghentikan pendarahan pada tanganya.
"An, ya ampun tangan kamu berdarah. Kamu kok ga hati-hati sih, udah biarin aja ini nanti biar diberesin sama Redo kita obatin dulu tangan kamu."
Ano yang baru keluar dari dapur habis mengecek persedian bahan makanan melotot melihat Anna yang terluka tanpa dijelaskan Ano sudah tu apa yang terjadi melihat pecahan beling berserakan di lantai.
Ano segera membawa Anna keruanganya sekilas juga berpamitan pada lelaki tadi. Lelaki tadi tersenyum tipis selepas kepergian Anna dan Ano.
**
Sambungan telepon terhubung ada pembicaraan sangat serius di dalamnya.
"Tuan saya sudah mendapatkan sampel darah dan rambut nona."
"Bagus kerja kamu. Bawa cepat ke rumah sakit keluarga saya menunggu disana."
"Satu hal lagi tuan saya tidak sengaja menyakiti nona untuk pengambilan sampel darahnya."
Orang yang dipanggil tuan diseberang sana menahan napas sesaat.
"Kali ini kamu saya maafkan asal dia tidak kesakitan berlebihan. Cepat bawa sampel itu kesini."
"Baik tuan."
**
Selang sehari setelah kejadian cafe itu.
Dua mobil mewah memasuki halaman Panti Asuhan Muara Kasih. Turunlah 2 pria berjas, satu masih muda satunya tua dan bodyguardnya.
Ibu Nada tergopoh keluar panti mendengar kedatangan mobil mewah dari anak pantinya.
"Selamat siang saya Nada pengurus panti di sini. Ada keperluan apa ya tuan datang ke sini?" Ibu Nada meneliti pria berjas di hadapanya dengan dahi berkerut tanda tanya.
"Apa bisa kita bicara di dalam? Ada hal serius yang harus saya bicarakan."
"Baik silakan tuan." Ibu Nada terlebih dahulu melangkah diikuti seseorang yang dipanggilnya Tuan diikuti satu pria tua dan satu orang berjas lagi seperti tangan kananya.
"Tanpa basa-basi saya akan menyampaikan bahwa salah satu putri saya tinggal di sini dan saya akan membawanya pulang setelah sekian lama saya mencarinya. San, kamu berikan berkas buktinya."
Sang tangan kanan segera memberikanya. Ibu Nada meneliti semua berkas itu.
"Satu lagi ini bukti terkuat untuk menyakinkan. Kalung ini tidak ada yang mempunyainya karena dibuat khusus."
Ibu Nada meneliti semuanya dan tercengang. Semua bukti benar adanya. Siap-siap dia akan melepas salah satu anak asuh kesayanganya. Anak asuh yang telah lama merindukan sosok keluarga.
**
Anna berjalan kaki untuk menuju panti tempat tinggalnya. Anna memang kalau berangkat dan pulang sekolah selalu berjalan kaki dirinya tak naik kendaraan umum untuk menghemat pengeluaran keuangannya agar nanti bisa digunakan untuk kebutuhan yang lainnya.
Setelah menempuh waktu sekitar 20 menitan Anna telah sampai di depan rumah panti. Ada 2 mobil sport mewah dan 2 bodyguard di depan panti, mungkin itu para donatur yang sedang baik hati menyumbangkan uangnya pikir Anna.
Anna segera melangkah memasuki panti tetapi langkahnya di hadang oleh 2 bodyguard berpakaian hitam-hitam.
"Anda siapa nona? Anda tidak diperbolehkan masuk!" ujar pria berbadan besar dan kekar dengan datar.
"Ma—maaf saya penghuni panti ini. Biarkan saya masuk," ucap Anna sedikit takut dengan tampang mengerikan bodyguard itu.
"Tidak bisa nona saya tidak percaya!" ujar bodyguard satunya.
"Biarkan dia masuk." Ibu Nada yang mendengar berisik dari arah luar panti segera melihat dan ternyata Anna baru saja pulang sekolah.
"Ayo nak masuk, kamu kok tumben pulang cepat?" tanya ibu Nada sembari berjalan masuk diikuti Anna.
Anna mengganguk sopan kepada bodyguard yang menghalanginya tadi. "Iya bu soalnya tempat kerjaku libur."
"Ya sudah kamu ganti baju dulu sana ada yang mau ibu sampaikan nanti kesini ya," ujar ibu Nada yang sudah sampai ruang tamu.
"Iya bu." Anna berlalu pergi dan tak sengaja matanya melihat pria tua dan pria paruh baya yang menatap ke arahnya penuh keiigintahuan.
Pria paru baya itu melihat Anna terus sampai Anna menghilang dari pandangan matanya.
"Apakah dia..."
01/09/20

KAMU SEDANG MEMBACA
My Family (Update lama banget baca cerita yg tamat aja)
Teen FictionPoat ulang update lama baca cerita tamat aja. Anna Quensha V gadis berusia 16 tahun yang tinggal di panti asuhan Mutiara Kasih. Sejak kecil Anna sudah tinggal di panti ini bahkan keluarganya sendiri pun ia tak tahu. Entah dimana sekarang keluarga ka...