Mobil yang ditumpangi Anna, Rendi dan Sandi sampai di halaman depan mansion. Mansion dengan gaya eropa bercorak keemasan dengan lantai tingkat 3.
"Eunghh," lenguh Anna terbangun dari tidurnya karena merasakan mobil yang di tumpanginya berhenti.
"Sudah sampai pa?" tanya Anna dengan muka masih mengantuk.
"Sudah sayang. Ayo turun," ucap Rendi membantu Anna turun dari mobil.
Anna terpaku melihat tempat tinggal Papa dan Kakeknya. Mansion besar dengan halaman depan yang luas. Dilihat dadi luarnya saja Anna tahu bahwa papa dan kakeknya orang yang sangat kaya. Apakah pantas ia tinggal di sini nantinya? Dan keluarganya yang lain apakah mau menerima dirinya?
"Ayo masuk sayang," ajak Rendi kepada Anna yang masih terdiam terpaku memandangi mansion yang nanti akan di tinggalinya.
Anna tak mengindahkan ucapan Rendi papahnya. Ia masih saja tetap terdiam.
"Sayang ada apa?" tanya Rendi kebingungan pasalnya putrinya tak mau masuk ke dalam mansion untuk berjalan melangkah pun tidak.
"Anna balik ke panti aja pa," ucap Anna memandang papanya.
"Loh kenapa sayang?" tanya Rendi kaget Sandi pun yang mendengar ucapan Anna cucunya juga terjengit kaget.
Anna sedih. "Anna rasa Anna ga pantas tinggal bareng papa, mama, kakek dan keluarga papa."
"Kenapa kamu ngomong gitu Anna?" sahut Sandi tak suka dengan ucapan cucunya.
Anna menggelengkan kepalanya.
"Kamu jangan merasa begitu sayang. Kamu anak papa dan mama, cucu kakek Sandi. Kamu pantas tinggal disini. Kami sudah mencarimu belasan tahun setelah sekian lama papa menemukanmu kenapa kamu tidak mau tinggal sama papa, mama dan keluarga yang lain?" Rendi menahan amarah karena Anna anaknya merendahkan diri seolah tak pantas tinggal dengan dirinya. Anna anaknya yang sudah di cari selama belasan tahun. "Kami sudah begitu lama menunggu kamu untuk bisa berkumpul dengan kami lagi Anna. Jadi, papa mohon kamu jangan begini."
"Maafkan Anna pa," Anna sedih memandang Rendi.
"Sekarang kita masuk. Yang lain udah nunggu di dalam terutama mama kamu Anna."
Rendi memegang tangan Anna memasuki mansion. Anna hanya menundukan kepalanya dan mengikuti langkah papanya memasuki mansion.
Sandi, Rendi dan Anna sampai di ruang tamu. Di depan mereka sudah terdapat keluarga yang lainya menatap seseorang yang di bawa Rendi dan Sandi.
"Pa, apakah dia?" tanya seorang wanita paruh baya yang masih cantik memandang Rendi dengan penuh harap.
"Iya ma, dia putri kita princess keluarga kita!"
Wanita yang bertanya kepada Rendi tadi mendekat ke arah Anna yang masih setia menundukan kepalanya. Diangkat dagu Anna sehingga Anna mendongakan kepalanya dan terlihat raut wajahnya.
"Sayang " ucap wanita paruh baya itu sambil menangis haru tak menyangka dirinya bertemu dengan putrinya yang selama ini menghilang. "Anak Mama."
Wanita tersebut langsung saja memeluk Anna erat seakan tak membiarkan Anna pergi sedikit pun dari hadapannya.
Anna yang tak mengerti memandang ke papanya penuh tanya. Mengerti arti pandangan putrinya Rendi mulai menjelaskan.
"Anna sayang dia mama kamu, istri papa, mama Hani mama kandung Anna," jelas Rendi lembut mengusap kepala belakang Anna.
"Ma-ma." Anna memcicit lirih sambil meneteskan air mata bukan air mata kesedihan namun air mata kebahagian karena bertemu mamanya mama kandungnya yang telah melahirkanya. Anna membalas pelukan mamanya tak kalah erat setelah tau bahwa wanita yang memeluknya adalah mamanya.
"Iya sayang ini mama." Hani menangis terisak yang masih memeluk Anna. Melepaskan pelukanya pada tubuh Anna, Hani menciumi seluruh wajah Anna hingga wajah Anna basah oleh air mata dirinya sendiri dan juga mamanya.
Orang yang ada di situ menatap haru pertemuan antara anak dan ibu tersebut bahkan ada juga yang meneteskan air matanya.
"Mbak Hani gantian aku dong mau peluk princess keponakan aku," ucap wanita paruh baya yang memanggil Hani.
Hani pun menyingkir dari hadapan Anna setengah tak ikhlas.
"Halo princessnya mami. Kenalin aku mami Nana istrinya papi Reno. Panggil mami Nana mami ya." Wanita paruh baya itu yang bernama Nana.
"I—iya ma—mi?"
"Uhhh gemasnya," ucap Nana memeluk erat Anna.
"Mi, kasian Anna itu sesak badanya," tegur seorang pria paru baya suami dari Nana yaitu Reno.
"Hehehe sorry pi," cengir Nana.
Reno hanya menggelengkan kepalanya, "Halo princess papi. Kenalin aku papi Reno adik dari papa Rendi suami dari mami Nana." Reno memeluk Anna.
"H—halo pa—pi?" Anna membalas memeluk papi Reno.
"Hei kalian bertiga engga mau menyambut dan kenalan sama princess kalian yang selama ini kalian tungu-tunggu." Sandi menegur kepada tiga pemuda yang sedari tadi diam terpaku menatap ke arah Anna.
Salah satu dari pemuda itu maju dan memeluk Anna.
"Halo princess kakak. Kenalin nama kakak Fano Andrian Valerin anak dari papi Reno dan mami Nana," ucap pemuda berseragam sekolah yang bernama Fano dengan mata berkaca-kaca hampir menangis melihat princessnya telah kembali dan berada dalam dekapanya.
"Kakak?" beo Anna.
"Iya princess kakak," ucap Fano.
"Kak Fa–no?" ucap Anna.
"Iya princess panggil kakak, kakak Fano," ucap Fano meneteskan air mata haru.
Anna pun membalas pelukan Fano. Disaat Fano menikmati memeluk Anna tiba-tiba pelukan itu terlepas.
"Apa?!" sengit pemuda satunya yang juga memakai seragam sekolah dengan muka mirip Fano.
Fano hanya mendengus pelan.
"Halo princess kakak sayang. Kenalin aku Fino Andrian Valerin adik kembar dari Fano, anak dari papi Reno dan mami Nana," ucap pemuda yang bernama Fino sembari memeluk Anna juga dengan mata berkaca-kaca dan hampir menangis.
"Halo kak Fino," ucap Anna membalas pelukan kak Fino adik kembar dari kak Fano.
"Bara kamu tidak mau menyambut dan memeluk adik kandung kamu?" tanya Rendi kepada pemuda yang memakai stelan baju kantor.
Anna mengalihkan pandanganya menghadap seseorang yang di panggil papanya Bara. Mata mereka bertemu namun raut muka Bara sama tetap dingin, datar dan tanpa ekspresi. Tanpa sepatah katapun Bara meninggalkan semua orang yang ada di ruang tamu tanpa menjawab pertanyaan Rendi.
Entah kenapa Anna merasakan rasa sedih di dalam hatinya. Anna memandang kepergian Bara dengan perasaan campur aduk. Ia takut jika seseorang yang di panggil Bara oleh papanya tak menerima kehadiran dirinya di keluarga papanya karena terbukti dengan kepergianya.
"Sayang, kamu jangan sedih. Kakak kamu Bara mungkin shok melihat kamu. Jadi, ia butuh menyesuaikan diri," ucap Hani menenangkan Anna agar tak sedih.
"Anna takut ma jika kak Bara engga nerima kehadiran Anna disini," ucap Anna lirih.
"Engga sayang kakak kamu pasti senang melihat princessnya telah kembali adik kandungya yang telah di nanti dari lama. Karena kak Bara orang yang paling menanti kamu segera kembali ke keluarga kita," ucap Hani.
"Udah princess kamu jangan sedih dengan sikap kakak kamu nanti juga kak Bara mau berbicara sama princess," sahut Rendi menenangkan Anna. "Sekarang perincess istirahat ya, tadi kan habis perjalanan jauh pasti capek. Mama ajak princess ke kamar," titah Rendi.
"Ayo sayang kamu istirahat pasti capek," ucap Hani mengajak Anna pergi kekamar Anna.
Anna menganggukan kepalanya mengikuti mamanya berjalan sebelum itu ia berpamitan kepada keluarganya ya lain. "Anna pamit istirahat dulu ya."
"Iya princess."
![](https://img.wattpad.com/cover/232484456-288-k363487.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family (Update lama banget baca cerita yg tamat aja)
Roman pour AdolescentsPoat ulang update lama baca cerita tamat aja. Anna Quensha V gadis berusia 16 tahun yang tinggal di panti asuhan Mutiara Kasih. Sejak kecil Anna sudah tinggal di panti ini bahkan keluarganya sendiri pun ia tak tahu. Entah dimana sekarang keluarga ka...