How Does it Feel? : That Unnie
Starring by.
Dreamcatcher's Yoohyeon | Dreamcatcher's SuaWarning:
Cerita ini merupakan kisah semi-fiktif yang berlandaskan dari berberapa kejadian di dunia nyata; tidak ada keterkaitan dengan tokoh-tokoh yang tertuang dalam cerita ini.
__________
Bagaimana rasanya ... apabila diabaikan dan tak dianggap ada?
Bagaimana rasanya ... ketika kau tak melakukan kesalahan namun kebencian diarahkan kepadamu?
Bagaimana rasanya ... jika kau dihadapkan oleh ketakutan luar biasa di setiap engkau membuka mata?
Apakah kau merasakannya?
Aku juga, bekerja keras ... sama sepertimu.
***
Mereka masih berlatih menari ketika aku melangkah masuk. Ransel yang kubawa pun masih ada di balik punggung, begitu berat. Meskipun demikian, aku membungkuk untuk mereka yang sejenak menghentikan kegiatannya manakala aku dan Manajer-nim datang.
“Annyeonghaseyo, Oppa,” sapa mereka ramah pada orang di samping kananku. Mereka membungkuk, lalu menegakkan punggung nyaris bersamaan.
Pikirku, mereka pastilah sudah cukup mengenal dan karib dengan Manajer-nim, sehingga tak sungkan memanggilnya seperti itu. Aku tersenyum tipis di sela sapaan ramah mereka. Semoga aku bisa dekat dengan mereka dan Manajer-nim setelah hari ini.
Ketika itu, aku berpikir segalanya akan mudah.
Salah seorang dari mereka, yang berwajah paling ramah, tersenyum ke arahku dan kemudian bertanya pada orang di sisiku, “Inikah yang kaubilang akan ditambahkan pada kami, Oppa?”
Manajer-nim menganggukkan kepalanya. “Hm, berbuat baiklah padanya. Aku menemukannya tidak lama setelah Yoobin, dan mereka seumuran. Jadi, kuminta bimbingan kalian padanya. Soal namanya, berkenalanlah sendiri, jangan tanya padaku, oke?”
Manajer hanya mengatakan itu sebelum akhirnya berbicara pada salah satu yang berwajah imut namun memiliki sorot mata paling tajam di antara mereka, layaknya bayi serigala. Tidak lama mereka berbicara, aku pun melangkah masuk setelah ditarik oleh seseorang yang mengaku sebagai Yoobin.
“Selamat datang,” ujar gadis itu sambil menggamit lenganku. “Aku Lee Yoobin.”
“Kim Yoohyeon,” balasku sambil mengangguk canggung, dia pun tampak pemalu namun memaksakan diri untuk menyapaku lebih dulu. Dari beberapa aktivitas semua anggota yang ada, seperti ada mata yang melihatku dari suatu sudut, dan aku tidak berani balas menatapnya.
Beberapa langkah sebelum Manajer-nim menuju bibir pintu ruang latihan, laki-laki dewasa itu membalikkan badannya lagi dan menatap satu presensi yang sedari tadi mengamatiku melalui sudut mata.
“Ah, Sua-ya, mulai sekarang, dia akan jadi teman sekamarmu. Nanti, beritahu dia untuk menempati ranjang atas, ya?” ujarnya, tanpa tampak membutuhkan jawaban, lantas segera pergi setelah mengucapkan satu kalimat penutup, “lanjutkan latihannya.”
Demikianlah kesingkatan itu berlalu.
“Aku Lee Siyeon.”
“Hai, kau Kim Yoohyeon, kan? Aku Kim Minji; calon ketua di grup kita nanti. Senang bertemu denganmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond In DREAMCATCHER
Teen FictionSebuah permata yang tak akan pernah terganti. Ketika kenangan lebih diuntungkan dibanding pembaruan, hati yang terluka tak akan merasa pedih, kecuali bersalah.