I Like You
Sent by.
Lee SiyeonReceiver:
Kim Yoohyeon
Summary:
Sebuah kisah di balik perasaan Lee Siyeon untuk si pendatang baru: Kim Yoohyeon. Surat berharga dari Lee untuk Kim. Senandika ringan dari main vocal untuk mantan-calon lead vocal.
Author’s Notes:
Kalau kalian membaca ini, posisikan diri kalian sebagai orang yang menerima surat.
...
Untukmu, Seseorang.
Kekuatan apakah yang telah kaubawa hingga aku terpaku seakan gelitik detik berhasil membeku?
Tidak sampai seribu hari dari waktu yang pernah dijanjikan untuk mengudara, akhirnya aku mendapatkanmu yang segera akan mengantarkan pada persinggahan yang disebut sebagai paradise.
Sepanjang rasa akan angan-angan yang terus mengular bersama alur tiupan napas, pernah aku terhimpit dalam posisi terjepit. Sempat ragu akankah kau ataukah dia yang perlu kurengkuh. Ketika waktu yang berlalu perlahan membungkusku dalam tanggung jawab akan sebuah memori, pada waktu itu, akhirnya kulepaskan tatap mata ini darimu.
Padamu yang memiliki segalanya dan berhasil mendapatkan apa saja.
Waktu itu adalah ketika aku mengecup impianku yang akan segera terwujud ketika seseorang berdiri bersama Manajer-nim. Kau, waktu itu bersamanya. Rambut yang terikat tinggi dan poni lucu menghias bagian atas kepalamu. Aku terpaku seakan waktu terhenti.
Nyanyianmu, caramu mengambil napas dan menghabiskannya dengan lantunan-lantunan indah itu.
Bagaimana mungkin aku akan menganggapmu biasa-biasa saja?
Aku pernah mengerti keresahan apa yang dimiliki orang itu. Aku pernah mengerti hal baik apa saja yang dimiliki orang itu. Kau tahu orang itu? Ya, dia adalah seseorang yang datang jauh lebih awal dibanding kau. Bahkan, dibandingkan denganku pun, dia ada di sini dan menguasai julukan “si besi baja”.
Bendungan rasa yang kumiliki untuknya adalah tanggung jawab. Aku yang dulu berlari dan meminta. Aku yang dulu membentuk persatuan untuk mengudara bersama dengannya sebagai salah satu bagian karena kurasa dia adalah fondasi terkokoh untuk membangun kastil mimpi ini.
Kami bersama dalam empat, ketika ternyata aku tahu seseorang yang akan mendampingi kami berkata jika tanpa lima, kami akan terlibas. Kemudian, kau datang.
Aku masih ingat aroma yang kukenang pada saat kau datang. Waktu itu, dengan pembawaanmu yang kikuk dan senyum canggung, sapaanmu digagalkan oleh calon ketua kami yang menyapamu terlebih dahulu. Tentu seperti itu. Dia juga melakukan hal yang sama padaku sebelumnya. Kim Minji Eonni benar-benar calon ketua yang baik.
Aku masih ingat. Di antara waktu yang kuhabiskan untuk mendengarkan kuliah singkat dari orang yang mendampingi kami, kau menatap takut kepadanya. Pada orang itu. Pada orang yang ingin memiliki apa yang ada pada dirimu.
Hiasan pada warna matamu saat kita berbicara dan nada canggungmu yang sebenarnya manja, aku tidak bisa mengatakan dengan jelas bahwa aku sangat menyukaimu. Sangat, dan bahkan lebih dari ketika aku harus bersusah payah menerima keberadaan anggota baru. Dibanding yang lain, pertemuanku denganmu adalah waktu tercepat untuk menyukaimu.
Pernah pada waktu di mana kita sesekali tinggal hanya berdua, kau bertanya padaku tentang lagu yang akan kaupakai untuk evaluasi bulanan. Masih kuingat, pada waktu itu ketakutan terbesar yang memburumu adalah kau terdepak dari debut line. Sungguh, ekspresimu sangat lucu.
Tapi, apakah kau tahu? Orang itu.
Pernahkah kau bertanya bagaimana perasaannya?
Suatu hari, aku memergokinya duduk di bawah jendela dan membenamkan kedua wajah di antara lutut yang terlipat. Sebelumnya, dia menerima panggilan yang kemudian membuatnya berteriak bahwa ia akan berusaha masuk vocal line, karena dia sudah berusaha semaksimal yang terlihat dan yang sesungguhnya terjadi.
Tubuhku mematung. Menyembunyikan diri pun tidak sempat karena dia terlanjur mengangkat kepalanya saat aku kelepasan membuang napas dengan suara keras. Dia menarikku masuk dan menghimpitku ke dinding sambil memaksa agar aku berpura-pura tidak pernah mendengar apa pun.
Aku pun mengikrar janji.
Sampai kemudian musim berganti. Kau pun ditempatkan sebagai anggota tetap untuk masuk debut line. Aku dapat melihat seberapa hancurnya orang itu, Manis. Orang yang datang lebih dulu dibanding kau, orang yang merangkak lebih berdarah-darah dan hanya bisa menerima ketika kau yang datang baru saja lekas bisa menempati titik yang diidamkannya lebih dulu.
Aku ingin melindungi senyum yang mewarnai paras cantikmu. Aku ingin membiarkan nada merdu terus melantun dari bibir manismu yang kerap menampilkan senyum kikuk. Akan tetapi, aku tidak bisa mengabaikan air mata beku mengkristal dan mengaburkan pandangannya hingga membuat dia terjatuh di jalannya sendiri.
Untukmu, yang suatu saat akan menerima kasih sayang tertulis ini, semoga kau memahami bahwa ... meskipun aku menyukaimu lebih besar, tetapi tanggung jawabku adalah melindungi apa yang terlebih dahulu memanjat menara bersamaku.
Nanti. Suatu hari nanti, ketika aku mencapai puncak lebih awal, akan kuulurkan seutas tali untuk menarikmu ke atas.
Bersamaku.
Maaf, karena aku tidak sanggup mengucapkan maaf padamu atas tatap kecewa yang kala itu tersengat padamu. Karena, jika aku melakukannya, sama saja seperti aku mengkhianati kenangan yang pernah kuukir bersama orang-orang sebelum kau.
Aku akan memahamimu. Aku akan memahami kenapa kau berhenti bicara dan enggan bertanya.Jadi, tunggulah sedikit lebih lama. Aku yang akan menjemputmu, Manis.
Tertanda,
Yang menyukaimu lebih besar dibanding ketua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond In DREAMCATCHER
Teen FictionSebuah permata yang tak akan pernah terganti. Ketika kenangan lebih diuntungkan dibanding pembaruan, hati yang terluka tak akan merasa pedih, kecuali bersalah.